44. Kabar Kenes

275 48 10
                                    

Assalamu'alaikum
Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma sholi alaa syaidina Muhammad

Jangan lupa follow akun aku juga ya.

***

Malam ini, Aas kedatangan dua orang tamu pria beda usia yang katanya adalah saudara  dari kampung halaman.

"Ini ponakanmu semuanya?" tanya pria yang lebih tua.

"Ponakan mantan suamiku, tepatnya," jawab Aas membuat pria yang lebih muda memperhatikan Fat dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Udah nikah?" tanya pria bernama Braja.

"Belum, masih kuliah."

"Kamu yang biayain?"


Fat makin merasa tak enak, hingga akhirnya ia memilih pamit beralasan hendak belajar. Hingga tiba di kamar, bukan belajar yang ia lakukan. Malah memeriksa isi papper bag pemberian Ali. Sebuah kotak kado berpita merah muda berada di sana. Perlahan Fat membukanya dan mendapati boneka kaktus nan lucu.

"Dia kenapa ada-ada aja sih idenya?"

Selain sebagai boneka, benda itu juga mampu mengeluarkan suara nyanyian, joged, dan merekam.

Fat geli sendiri memainkan boneka kaktus itu, ia hingga tertawa-tawa sampai akhirnya tertidur memeluk mainan tersebut.

***

Cuaca pagi ini lebih dingin dari hari sebelumnya, musim penghujan tiba membawa sensasinya sendiri. Fat sarapan bersama adik dan bibinya di ruang makan dengan keadaan hening. Selesai sarapan Qima dan Mima pamit lebih dulu berangkat sekolah, sedangkan Fat ditahan oleh sang bibi.

"Semalam itu namanya Bara, dia kerabat jauh Bibi."

Fat mengangguk, belum tahu ke mana arah pembicaraan Aas.

"kamu mau nggak kenalan lebih jauh sama dia?" lanjut Aas.

Fat tertegun, ini terlalu cepat. Dia saja belum lihat wajah Fat. Lagipula Fat malas berkenalan dengan pria.

"Bibi maunya kamu sama dia, biar makin mempererat hubungan persaudaraan kita." Aas bicara serius membuat Fat tak bisa berpikir jernih.

"Kata Bibi, Bibi udah nggak punya saudara?" ucap Fat hati-hati.

"Ceritanya memang unik, kita bertemu lewat media sosial. Bibi iseng cari nama Braja, dan ternyata ketemu sama dia," jelas Aas.

Bukan mau suudzon, dilihat dari raut dan gerak-geriknya seperti ada niatan jahat terselubung dari dua pria itu. Komentarnya atas diri Fat saja buruk seperti itu. Seolah tak suka bila Fat dibiayai Aas.

"Kamu pikirkan baik-baik, nggak apa kuliah sambil menikah. Toh, sama-sama baik, kan?"

Perkataan Aas terngiang-ngiang di telinga Fat hingga ia tiba di kampus. Membuatnya sedikit tak fokus dengan materi pelajaran. Namun, Fat sadar dia harus sebaik-baiknya menggunakan kesempatan menimba ilmu ini.

Hingga jelang sore saat kelas selesai, di gerbang kampus terdapat keributan. Tak jelas apa penyebabnya, dipastikan kedua pria yang bertengkar hingga adu jotos itu bukan anak ilkom seperti Fat.

Dalam Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang