CHAPTER 6

186 7 0
                                    

Sambungan sebelumnya...
Sesampai di depan pintu kamar, Jeno terus membuka pintu kamar dan pemandangan yang terpapar di hadapannya bukanlah sesuatu pemandangan yang indah namun sebaliknya...

*Di kamar Jeno dan Jaemin*

Siang sudah bertukar menjadi malam, suasana langit di luar telah bertukar warna yang kelam. Keadaan dalam kamar mereka juga suram dan gelap gelita hanya diterangi cahaya malap dari lampu tidur di samping kasur. Jaemin mulai terusik dari tidur lenanya, dia mulai mencari-cari sesuatu di sampingnya namun tidak menemui apapun. Jaemin mula membuka matanya dan hanya dapat melihat kegelapan. Jaemin memanggil nama Jeno berkali-kali namun tiada sahutan memandangkan Jeno masih di bawah bersama Mark dan Haechan. Tubuh Jaemin kaku membeku, dia tidak terbiasa berada dalam gelap berseorangan. Selalunya Jeno akan menemaninya dalam kegelapan. Nafas Jaemin mula tidak teratur, air mata mulai berjujuran di pipinya. Dia teringat kembali kejadian yang dia alami pada usia 15 tahun, Jaemin terperangkap dalam lift seorang diri di hotel kerna bekalan listrik yang terputus tiba-tiba. Waktu itu Jaemin, pergi seorang diri tanpa Jeno untuk ke tandas, semasa Jaemin hendak naik ke lantai Jeno berada, bekalan listrik terputus dan itu membuat dirinya terperangkap dalam lift tersebut. Jaemin bernasib baik kerana Jeno sadar akan ketiadaannya di sampingnya waktu itu, Jeno mulai mengarahkan bawahannya untuk mencari Jaemin. Saat Jeno menemui Jaemin waktu itu, tubuh Jaemin bergemetaran berkeringat dan dia menangis histeris dipelukannya sampai pingsan. Sejak kejadian itu, Jaemin tidak bisa ditinggalkan seorang diri dalam gelap. Traumanya akan menyerang dan Jaemin akan terkena panick attack.

Air mata Jaemin berjujuran deras, nafas terengah dan butiran keringat mulai timbul pada wajah Jaemin. "Nono..Nono..Nono." Bisikan nama Jeno yang hanya terkeluar dari mulutnya. Jaemin cuba memberanikan dirinya untuk keluar dari kamar itu untuk mencari keberadaan Jeno. Namun kerana panick attack nya menyerang saat dia berusaha bangun, dirinya terjatuh terkulai, kakinya lemot tidak dapat menampung dirinya untuk berdiri. Tenaga Jaemin terkuras. Jaemin mulai meracau histeris, dia mulai menggapai apa sahaja yang ada berdekatannya. Satu demi satu suara pecahan barang terdengar, mungkin saat ini sudah banyak pecahan barang yang bertaburan di lantai kamar mereka.
"AGH! NONO! NONO! NANA TAKUT! TOLONG NANA! NONO! NONO! HIKS! HIKS!"
Kalimat itulah yang terlontar dari mulut Jaemin terus menerus, bahkan Jaemin tidak sadar dirinya sudah terluka akibat serpihan yang bertaburan di lantai.

********

Jeno yang tiba di kamar mereka dikejutkan dengan pemandangan yang tidak indah baginya saat dia menghidupkan lampu kamar mereka. Keadaan Jaemin yang meracau tanpa sadar, luka-luka yang terdapat pada tubuh Jaemin. Baju Jaemin mula bercak merah, ternodai darahnya. Mark dan Haechan yang baru sampai di belakang Jeno kaget melihat keadaan kamar Jeno yang berantakan dan Jaemin yang menangis histeris di tengah-tengah kamar.

Jeno mulai mendekati adik kesayangannya, dia mendekati secara perlahan, tidak mahu menakutkan Jaemin lebih lagi. Kelihatan di situ mata Jaemin yang mulai memerah akibat berterusan menangis. Pemandangan itu membuat hati Jeno iba, sedih serta marah akan dirinya kerna tidak bisa berada di samping Bunny-nya pada waktu yang pas.
"Nana, Bunny... hey sayang, ini Nono di sini." Sapa Jeno lembut sambil menggapai tangan milik Jaemin. Jaemin yang terasa tangannya disentuh, mendongak melihat sosok yang dia tercari-cari dari tadi. "Nono..."

Jeno mulai menarik Jaemin ke pangkuannya, perasaan yang tidak sanggup melihat wajah Jaemin yang memucat dan mata yang kemerahan. Jeno merutuki dirinya kerna tidak becus menjaga Jaemin, terlalu leka dengan perbualannya sehingga melupakan harta berharganya yang berseorangan di kamar. Jaemin yang mendapat perlakuan itu, makin deras tangisannya, meremat kuat pakaian Jeno, melepaskan rasa takut yang dialami.

The Evil Twins 【 HIATUS 】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang