12. "I'm (Only) Looking At You", Your Eyes Tell

1K 163 6
                                    

Hari minggu yang cerah memang seharusnya digunakan untuk bepergian keluar lalu bersosialisasi, idealnya, mungkin pergi brunch dengan teman yang jarang ditemui dilanjutkan dengan life update seperti kata orang biasanya.

Bukan berbaring dengan kaki saling menindih yang dilakukan Hazel dan Tessa saat ini, adegan ini jadi kebiasaan keduanya bagi siapapun yang melihat. Matanya menerawang langit-langit kamar Hazel. Entah apa yang lewat dalam benak mereka.

"Ada restaurant konsepnya kayak American's diner. Gue udah gak makan dari jam 1 siang tadi, dan sekarang udah jam berapa? Jam 8 malam. 7 jam gue gak makan, 1 jam lebih lama kayaknya gue bakal meninggal, menurut lo gimana?"

Tanya Tessa masih tidak mau menatap Hazel. Mereka memang barusan selesai bergosip panjang lebar, tentang kehidupan orang lain tentunya karena bicara tentang kehidupan sendiri sudah habis rasanya. Sekarang energi keduanya terkuras, sekaligus lapar ternyata.

Hazel mengerutkan wajahnya sesaat. Bertanya-tanya kenapa Tessa harus menyelipkan kata berlebihan seperti akan meninggal jika mereka tidak segera memakan sesuatu. Tapi bukan komentar Hazel mengenai betapa berlebihannya Tessa yang sahabatnya itu inginkan.

Maka dari itu kini ia ikut membuka mulutnya, memberi pertanyaan yang juga meleset dari apa mau Tessa.

"Tapi daritadi mulut kita kalau gak gosip sambil nyemil, seharusnya gak se lapar itu kan?"

Tessa menghela nafas berat saat mendengar jawaban Hazel. Temannya ini tidak mengerti bahwa konsep mengemil tidak sama dengan makan berat.

"Not the same! Gue perlu makanan sesungguhnya."

"Dan harus di restaurant yang konsepnya begitu?"

"Emang apa salahnya nyoba sih, Zel? Kita berdua udah terlalu cupu karena apa-apaan berteman dalam rumah mulu."

"Hemat, Tes. Kan kita nih masih nunggu wisuda bulan depan, terus..."

"Terus kan rencananya lo mau pindah ke Australia ikut orang tua lo, ninggalin gue sendirian disini!"

"Miss Tessa Adriana, lo juga bakal jadi sawadeekhap girl bentar lagi. Kan juga ikut orang tua lo ke Thailand, kita sama-sama pergi."

Tessa cemberut. Padahal itu benar, Tessa dan Hazel memang sama-sama berniat meninggalkan Indonesia begitu wisuda selesai. Tessa akan melanjutkan usaha keluarganya yang berpusat di Thailand, sedangkan Hazel baru akan memulai magang di perusahaan milik sahabat kakeknya.

"Gue paling buruk masalah long distance, jadi siap-siap aja persahabatan ini bakal karam begitu kita pindah."

Mode dramatis Tessa hanya Hazel tanggapi dengan decakan kecil. Mana mungkin juga pikirnya, jika sampai Tessa berani ingin putus pertemanan dengannya, yang ada Hazel akan terus-terusan mengganggu Tessa sampai sahabatnya itu menyerah dan lanjut berteman dengannya.

Hazel sudah cukup tidak punya teman. Masa harus kehilangan Tessa juga karena jarak? Rasanya sangat tidak enak bahkan untuk dipikirkan.

"Siap-siap juga digangguin kalau lo berani mikir buat cut off gue dari kehidupan ini." Ancaman Hazel terasa begitu serius, Tessa sampai mengangkat bahu karena takut.

Ia serius saat bicara kemungkinan mereka tidak berteman nanti, tapi Hazel jauh lebih serius mengancam untuk tidak memikirkan skenario yang tak akan pernah ia biarkan terjadi.

"Ada chick and waffle? Gue tau ini malam tapi lagi craving begituan, kalau American Diner harusnya ada kan?"

"Kesana langsung aja gak sih? Cek aja dulu, tempatnya gak begitu jauh kok dari komplek perumahan lo ini, kurang dari tiga kilo deh kayaknya."

Hocus PocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang