11. Gotta Learn to Dance In The Rain, But You Got Me (I'm Constant)

1.1K 171 31
                                    

"REMEMBER WHEN YOU COULDN'T TAKE THE HEAT? I WALKED OUT, I SAID 'I'M SETTING YOU FREE'--"

Nyanyi Hazel, pagi-pagi sekali sambil membersihkan ruang tengahnya. Beberapa hari berlalu sejak dirinya dan Atlas sepakat untuk melupakan semua dan mencoba jadi teman lagi. Entahlah, energi Hazel sejak membuka mata sudah melewati angkasa.

Setiap langkah terasa ringan, membawanya untuk melakukan berbagai hal diluar kebiasaan. Salah satunya membersihkan rumah sambil menyanyikan lagu. Ini bukan gaya Hazel, perempuan itu senang menggerutu kalau sudah urusan membersihkan rumah.

Tapi rasa bahagianya tidak berlangsung lama, suara ketukan yang terdengar mendesak mulai memenuhi indera pendengarannya. Apalagi siapapun yang mengetuk dengan kesan urgensi berlebihan, Hazel yakin itu Atlas omong-omong, kali ini mempertemukan permukaan jari-jarinya bukan di pintu melainkan atas kaca jendela.

Suaranya semakin nyaring, Hazel harus mematikan speaker dan melepas alat pembersih rumahnya sembarangan, tidak mau repot dengan harus menaruh pada tempatnya. Ia jadi penasaran.

Begitu membuka pintu dan melihat Atlas, Hazel sejujurnya hanya ingin menunjukkan raut datar karena ini sesuai ekspektasinya. Tapi ketika yang ia temui memang Atlas, tapi ekspresi yang lelaki itu tunjukkan terlihat kesakitan, Hazel tidak bisa menahan diri untuk ikut terlihat khawatir.

"Hazel, gue kesakitan!"

Pernyataan tersebut adalah hal pertama yang Hazel terima dari Atlas hari ini, sontak saja perempuan itu segera mengambil tangan Atlas yang masih diperban akibat perkelahian beberapa malam yang lalu.

Alisnya mulai mengkerut, bersamaan dengan ekspresi khawatir yang terpatri. Kedua tangannya kini menangkup tangan Atlas, tapi berusaha secara pelan memeganginya, takut jika menyakiti pria itu pada akhirnya.

"Kok bisa? Gunain tangannya berlebihan lagi?" Hazel mendongak untuk sesaat, membiarkan Atlas melihat raut protesnya dengan jelas.

"Kan gue udah bilang, tangan yang ini jangan digunain secara berlebihan dulu. Masuk, kita ganti perbannya lagi."

Hazel sudah ingin melepaskan tangan Atlas, tapi ternyata pria itu jauh lebih sigap, menggunakan satu tangannya untuk mengambil alih tangan mungil perempuan manis dihadapannya ini.

"Tapi bukan tangannya yang kesakitan."

Mata Hazel memicing curiga, Atlas memang selalu mencurigakan.

"Terus, kalau bukan tangan?"

Bersamaan dengan itu, Atlas membawa tangan mereka berdua ke depan dadanya, menunjukkan raut sedih yang dibuat-buat secara dramatis sebelum berbicara,

"Hatinya yang sakit, Hazel. Hatinya sakit karena kangen banget."

Rasa frustasi menyapa Hazel secara instan, padahal rasa khawatirnya sudah sangat serius, tapi sebenarnya Hazel juga sulit menyalahkan Atlas yang naturalnya memang suka bercanda dalam situasi se genting apapun.

Yang bisa ia lakukan adalah menarik tangannya dengan paksa sebelum mendaratkan bogeman kecil ke depan dada pria itu, terlihat benar-benar kesal yang mengundang tawa puas dari Atlas.

"Fuck you!"

Atlas pura-pura membuka mulut terkejut, sebelum tersenyum miring terlihat menggoda.

"Please!"

Hela nafas kali ini menjadi reaksi yang Hazel berikan, ia juga harus mengeluarkan suara erang jengah saat mendengar Atlas dan segala jawaban yang tiada habisnya.

"Bukan gitu maksudnya, bisa gila gue ngomong sama lo lama-lama."

"Biarin gila, tanggung jawab soalnya lo juga bikin gue gila. Tergila-gila sama lo."

Hocus PocusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang