Jangan lupa vote, dan selamat membaca🤍
09. Tanpa status namun dirayakan
"Jean, "
"hmm? "
"Gue ngantuk. "
"Tidur. "
Rubi ngedecak, masa setelah malam panjang yang mereka lewatin, Jean malah balik cuek. "Semprul! " Rubi menggerutu kesal, kan dia lelah nih, ya maunya dimanja dan diperhatiin gitu.
"Kenapa, sayang? "
Rubi seketika merinding, Jean berbicara sembari mengusap pahanya. "Jean kan semalem ga pake pengaman--"
"Gak usah nunggu hamil, bulan depan kita menikah. "
Kedua bola mata Rubi membelalak terkejut, tangannya spontan menggeplak kepala Jean dibawah. Tentu mengundang ringisan kecil dari bibir tipis si korban. "Sakit! "
"Ngaco lo! "
"Kamu gak cinta sama saya? "
Dejavu saat pertama kali mereka bertemu, dibawaj guyuran hujan saat Jean sedang mabuk itulah yang sempat Jean tanyakan. Rubi berdeham. "Saya juga cinta kamu. Emang mau saya bawa cewe lain lagi kesini? "
"Gue juga bawa cowo kesini ya. "
"Gak! "
"Nah gitu rasanya! Cemburu kan lo. "
"Maaf- bi kalau minta jatah lagi gak apa kan? Nanti juga menikah."
Rubi memicingkan matanya ketika Jean merubah posisi menjadi menindihnya. Bukannya kepedean, tapi Jean ini kalau sudah mulai itu susah berhentinya. Dan sekarang Rubi masih lelah, bahkan bisa memastikan dirinya kalau berjalan akan sedikit aneh nanti. Lah ini?! Mau nambah?! Gila saja, pikir Rubi. "Nikah dulu, baru dapet jatah rutin. "
"Besok aja nikahnya, yuk. "
"Lo nikahin gue karna sayang apa napsu?"
"Main doang isi pikiran lo perasaan. " Lanjut Rubi sembari mengusap-usap lembut Zean disampingnya yang tengah menatap Jean, entah apa arti tatapannya itu. "Lupa gue ada anak kicik, udah dulu ngomongin itunya. "
"Zean cowo, harus tau tentang ini. "
"Ga di umur segini juga bodo. "
Jean terkekeh, menoel hidung Zean. "Bunda kamu galak tuh, Ze. "
Bundaaa?!!
:
"Je! "
"Jeannnn! "
Hari demi hari, dari waktu ke waktu. Rubi dan Jean semkain dekat, mereka setiap hari tidur bersama. Gak jarang keduanya berantem karna masalah status. Rubi yang sudah tau kalau Jean tidak akan mengajaknya pacaran karena cowok itu akan langsung mengajak ke jenjang yang lebih serius nantinya, masih saja mempermasalahkan hal itu. "Jean beliin pembalut. "
Helaan napas keluar dari Jean, membuat Rubi memicingkan matanya lebih dari tajamnya mata elang. "Gamau?! Kalo gak mau ya bilang nggak, gausah kaya gitu. Bikin mood tambah jelek aja. " Habis mengatakan itu Rubi nyelonong meninggalkan Jean, hingga kakinya sampai didepan pagar rumah. Terhenti karena mendengar Jean meneriaki namanya. "Dikamar saya ada totebag, ambil dulu sebelum pergi. Sekarang harus bawa wadah belanjaan sendiri. "
Dikiranya Rubi Jean akan menawarkan diri untuk membeli sendiri atau paling tidak ikut menemani. "Ish! Gak pekaan banget! " Walaupun sembari mengomel, kaki mungilnya tetap melangkah kembali kedalam rumah, memasuki kamar Jean untuk mengambil totebag yang dimaksud. "MANAAA JEE?! " Teriaknya dengan lantang.
Jean mengintip dari pintu, menunjuk totebag yang ada disamping lemarinya. Rubi dengan wajah terekuknya mengambil tas kain berwarna hijau itu. Seketika mata Rubi berair, dilihatnya oleh Jean. Jean pun berlari menghampiri Rubi yang sedang mengusap air matanya yang mulai mengalir. "Cupcup.. bayi saya ini lagi sensitif ya? moodnya lagi gampang berubah hmm? Sini sayaaang.. "
"Rubi sayaaang? jangan nangis banyak-banyak, bukan takut cantiknya hilang. Tapi kasian kamunya sendiri, nanti selama beberapa hari bakal nahan sakit perut. Jangan buang tenaga lebih untuk nangis terlalu banyak. Ya cinta? "
Puk!
Jean meringis kecil sebab Rubi memukul perutnya begitu saja. "Alay."
"Bilang aja gitu, saya gak masalah. "
Wajahnya kembali cemberut, membuat Jean tersenyum gemas sambil membawa tubuh kecil Rubi kedalam pelukannya. "Lagi mau sesuatu? saya bisa jadi jin aladin kamu lagi. "
"Jean, gue kira gue bakal hamil. Gue udah stres banget mikirin itu, lega ternyata ngga gitu. "
"Maafin saya, saya gak bakal ngelakuin itu lagi sebelum kita menikah. Dan waktunya gak akan saya atur, semuanya kamu yang mengatur. "
"Biar kalau semisalnya kamu menikah dan hamil, tidak menjadi beban. "
;
Biasanya perempuan kalo lagi hari pertama pasti malas-malasan karena mood dan kram perut yang dirasakan. Beda sama Rubi yang sekarang punya tanggung jawab buat ngurus Zean, bisa aja Jean yang ngurus tapi itu kalo Jean gak kerja. Sudah banyak libur yang Jean ambil, jadi Rubi menyuruh Jean agar masuk kerja saja. Jean mengiyakan dengan syarat setiap satu jam harus menelpon untuk memberitau kabarnya dan juga Zean. Sudah seperti sebuah keluarga kecil. "Zean mau minum susu ya? kamu laper ya? " Zean terus saja menempelkan mulutnya pada dada Rubi seolah ingin meminta susu. "Aku belum bisa kasih nen, belum tersedia stoknya. "
Ujarnya sambil mencari kontak Jean dan menelponnya. Gak perlu waktu lama telpon sudah tersambung. "Sakit gak perutnya? Saya perlu pulang sekarang? Mau dibawain apa nanti? " Jean di sebrang sana langsung nyeloteh.
"Iya sakit, kan wajar di hari pertama. "
"Zean dimana? "
"Ini gue gendong. "
"Taruh aja dikasur atau di stroller. Nangis gak dia? "
"Ini aja digendong masih kadang nangis, dia kaya mau nyusu di gue Je. "
"No. Itu punya saya. "
"Kamu punya saya. "
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
She's in The Rain • NCTJaehyun & BPJennie
FanfictionSemuanya, terjadi dibawah hujan. "Nikah itu buat orang yang saling mencintai." "Kamu gak cinta sama saya?" "Baru ketemu semprul!" Gimana jadinya kalo Rubi yang latar belakangnya sederhana ketemu sama Jean yang berbalik 180 derajat sama latar belaka...