Page 10 ; Awal tentang Jean

122 26 15
                                    

Selamat membaca, jangan lupa untuk vote🤍

terimakasih





10. Awal tentang Jean






Hari ini Jean mengambil libur kantornya, bukan libur sih. Kerja dari rumah lebih tepatnya. Dirinya lagi gak enak badan, sedikit hangat suhu tubuhnya dan juga sakit tenggorokan.

Rubi dan Jean kini masih tertidur walaupun sinar matahari sudah banyak masuk lewat celah jendela. Zean ditaruh dikeranjang bayi yang baru mereka buat kemarin di samping kasur. Jean khawatir dan tidak mau Zean tertular sakit nantinya bila dekat dengan dirinya. Imun anak berumur 7 bulanan masih belum kuat. "Rubi, masih sakit perutnya? " Jean yang baru terbangun langsung menanyakan Rubi sembari mengusap-usap pelan perut perempuan yang sedang datang bulan hari kedua itu.

Hanya dehaman yang didengar Jean, "Hari ini kamu maunya makan apa? "

"Lo sakit, gausah beli makanan dari luar. Nanti gue masak, tapi agak siangan dikit ya? "

Jean terdiam, agak menahan tawanya. "Ini sudah jam duabelas lebih.. "

Mata Rubi yang awalnya anteng tertutup langsung terbuka lebar, bilang aja melotot. Memgambil handphone nya untuk melihat jam. "Hampir jam setengah satu?! Lo kenapa gak bangunin gue? Zean belum makan dong Je! " Cerocos Rubi yang panik menghampiri Zean, menimang-nimang Zean yang sudah terbangun tapi untungnya tidak menangis. "Zean laper ya? hmm? Maafin aku telat bangun yaaa, kita buat susu sekarang yuk. "

Jean melihat Rubi yang melenggang keluar kamar, beralih melirik seprai. "Wajar dia sensitif, pasti sakit banget. "

;

Zean kini sedang bermain di area bermainnya diruang tamu. Kemarin dia dan Jean mengisi rumahnya dengan semua keperluan Zean. Keranjang bayi, tempat bermain, baju, pampers, susu, dan juga mainan.

Sementara Rubi sedang menata makanan di meja makan sambil memantau Zean didepan sana. Tapi Jean sejak tadi dia pergi dari kamar, cowok itu tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Lekas Rubi kembali menggendong Zean dan mencari keberadaan Jean. Masalahnya dia sudah membuatkan makanan hangat dan juga pir yang dikukus bersama jahe untuk meredakan sakit tenggorokan Jean. Takutnya semua itu keburu dingin.

Di taman belakang tidak ada, didepan juga gak ada. Kamar yang ditempati Jean sebelumnya pun gak ada. Rubi pergi kekamarnya, mendengar suara orang seperti sedang menyikat dari dalam kamar mandi. Dibukanya pintu kamar mandi sebab sudah beberapa kali diketok tidak ada jawaban. "Je? "

"Hmm? "

"Itu udah gue buatin makanan. Ayo makan. "

"Taruh Zean dikasur gih, kamu ganti dulu celana kamu. dikamar mandi kamar satunya. Zean saya yang jaga dulu. "

Rubi terkesiap, setelah dengar penuturan Jean dia baru sadar busa sabun yang keluar dari sikatan berwarna agak kemerahan. "Itu-- gue bocor ya, Je? "

Jean baru menoleh, tersenyum manis hingga menunjukkan deretan giginya. "Iya, sedikit kok. Saya gak tega bilang ke kamu, tadi kamu kayanya sudah marah banget sama saya. "

"Ini dikit lagi juga bersih, sana ganti dulu. " Lanjut Jean yang selalu menggunakan nada lembut, sementara Rubi jadi merasa bersalah tadi udah main marah-marah aja ke Jean.

"Jean-"

"Jangan minta maaf, kamu aja mau bantuin ngurus Zean masa gini aja saya gak mau? "

"Tapi jorok, Je. Ngerepotin juga. "

"Kalo kamu ngerasa ngerepotin saya, mau nurut sebagai tanda permintaan maaf nya? "

Rubi mengangguk. "Sana ganti dulu, Zean taruh di keranjang bayi. Nanti selesai bilas ini gantian saya yang ngurus Zean. Mau nurut, kan? "

"Seriusan gapapa, Je? "

"Masih ragu buat nurut ternyata. "

Rubi langsung berjalan menuju keranjang bayi Zean dan meletakan Zean disana. "Gue nurut, sekarang gue ganti dulu. "

Jean membalas dengan senyuman, "Iya sayang, hati-hati. "

Perasaan Rubi campur aduk. Sedih, malu, merasa bersalah, salting. Rubi berjalan cepat keluar dari kamar, menyembunyikan kesaltingannya. "Lucunya calon istri saya. " Jean yang terkekeh gemas.

;

"Jean, itu ada tamu. Coba cek! Gue lagi nemenin Zean main. "

Jean keluar dengan berlari menuju pintu depan. Rubi pun bingung melihatnya. Sementara didepan, Jean memasang wajah datar menatap orang didepannya kini. "Saya kira sudah lupa sama anak sendiri. "

"Itu tetap anak aku, hak aku buat ketemu dia. "

"Tapi lebih pilih bohong dan nitipin anak ke orang lain? Salah sendiri, kenapa dengan mudah ngasih tubuh ke orang yang gak dikenal di club malam? "

"Jaga omongan kamu, aku kakak kamu. "

"Saya menerima Zean, belum cukup sebagai tanda hormat? "

"Sudah dikasih fasilitas yang lengkap, kasih sayang melimpah sampai-sampai saya yang anak kandung nya dilupakan. Tapi kakak masih bisa merusak kepercayaan ayah? "

"Ibu kamu, saya dan mama yang rawat. "

"Ibu dan anak sama-sama jalang. "

"Jean! "

"Fakta."

"Sekali lagi kamu berbicara kurangajar, saya tidak menjamin keselamatan ibu kamu. "

Jean langsung terdiam, menghela napasnya bersabar. "Anak kakak ada didalam. Ingat hanya menjenguk, jangan ada yang ditanyakan selain soal anak kakak. " Jean dengan berat hati mengenyampingkan dirinya membiarkan orang itu masuk.

ckrek!

tbc.

Bab selanjutnya, Keluarga Jean?

She's in The Rain • NCTJaehyun & BPJennieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang