Terlihat dari jauh seorang pemuda tampan berambut hitam kecoklatan yang menutupi dahinya itu, sedang berdiri dari sebrang rumahnya. Ia memiliki rahang yang keras. Tubuh yang ramping dan tegap dengan tinggi sekitar 180 cm itu memakai baju over size bewarna putih dengan dipadukan celana jeans itu sedang menatap rumahnya dengan mata tajamnya yang sulit diartikan. Dari mata tajamnya itu, ia seperti enggan untuk pulang kerumahnya. Pemuda itu merupakan Jayden. Anak tunggal dari pemilik perusahaan terkenal.
Perlahan, ia mulai menyebrangi jalanan kota Jaksel itu dengan perasaan yang berkecamuk.
Dengan ragu, ia mulai memasuki gerbang rumahnya yang sedari tadi dibiarkan terbuka.
Ia pun mulai memasuki pekarangan rumahnya yang tak kalah besar dari sebuah istana.Setelah membuka pintu masuk, terlihatlah barang-barang yang berserakan, vas bunga yang pecah berkeping-keping bahkan meja maupun kursi yang ada di ruang tamu ini pun tak berada pada tempat awalnya.
Terdengar helaan nafas berat dari sang pemuda bernama Jayden ini."Yang berantakin siapa, yang beresin siapa?" Ucapnya pada diri sendiri.
Kini pemuda itupun mulai membereskan keributan yang terjadi. Tanpa ia sadari, air matanya menetes di pipi tirusnya itu.
Bukan karena tidak ingin membereskan ataupun terkena pecahan-pecahan dari vas, bukan. Ia hanya meratapi nasibnya saja."Hiks... Kenapa nangis coba?! Aish kenapa ninggalin gue sendiri! Emang gue seberani itu?!" Ucapnya sambil membereskan semuanya. Bahkan ia menghapus air mata yang bercucuran dengan keras. Begitu sakit hatinya melihat semuanya seakan-akan mereka tak melihat dirinya disini.
Bahkan kini sudah sebulan lamanya ia pergi entah kemana. Bahkan ia tak mengabarkan teman-temannya yang pasti akan mengkhawatirkan dirinya. Sebulan juga ia absen tanpa kabar.
Apa dirinya tidak takut tinggal kelas? Jawabannya tidak. Toh, ia merupakan salah satu murid yang berprestasi jadi mana mungkin takut.3 jam lamanya ia membereskan barang-barang dirumahnya. Lelah? Tentu saja. Lantai bawah begitu kacau apalagi lebar sehingga sulit untuk membereskan sendiri.
Dan kini, pemuda itu duduk di sofa panjang nan empuk sambil menonton TV serial Boboiboy."Andai aja gua kaya Boboiboy. Punya keluarga yang sayang sama gua, khawatirin gua terus, sedangkan keluarga gua toxic banget. Lebih mentingin kerja. Tiap hari ada aja masalahnya. Kecut banget hidup gua."
★★★
Pagi hari di kota Seoul begitu cerah dan sejuk. Matahari yang baru menampakkan dirinya dimuka bumi, membuat sinar cerahnya menyinari dunia.
Hari yang bisa membuat orang-orang semangat sebab esok hari adalah hari libur untuk para pelajar dan pekerja.
Seperti saat ini, terlihat dari jauh seorang pemuda sedang berjalan melewati pembatas jalan. Ia memakai baju khas anak sekolah high school dengan jas hitam kebanggaan sekolah itu.
Pemuda itu juga tengah memakai headphone bewarna putih yang menutupi telinganya. ia juga memakai tas dan sepatu yang senada dengan headphone nya, yaitu putih. Terlihat pula, ia memiliki tinggi sekita 185 cm.
Ah jangan tanyakan nametag nya, ia selalu memakainya mungkin agar orang-orang tau, kalau dia adalah Riki Abadiyan, atau biasa disapa Riki.Kini pemuda itu berhenti didepan halte. Tak berselang lama, bus yang dinanti-nantikan pun datang. Segera ia menaikinya.
"Huh, untung ga terlambat." Ucapnya pada diri sendiri.
Sepertinya ia memiliki kebiasaan berbicara sendiri. Ah jangan lupakan bahwa ia masih mendengarkan lagu itu. Membuat sebagian siswi yang menaiki bus itu terkagum-kagum.
Tak berselang lama, bus yang mereka tumpangi pun sampai.
Terpampang jelas di gerbang sekolah dengan tulisan
"HIGH SCHOOL"Begitu ia memasuki area sekolah, terlihat begitu luas lapangan utama itu, dengan tiang bendera merah putih yang telah terpasang sempurna dan melambai-lambai terkena angin. Ada juga tanaman dan bunga-bunga disekitaran koridor kelas bahkan pinggiran lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
puzzle
General Fictiontentang 13 anggota dengan 11 pemuda dan 2 pemudi SMA merupakan sahabat yang kini harus berhadapan dengan pembunuh yang sialnya merupakan sahabatnya sendiri. Dengan ketegasan mereka mencari pembunuh diantara mereka dengan menemukan puzzle-puzzle yang...