2. pembunuhan🗡️

20 3 0
                                    

Sebuah apartemen mewah dan begitu ramai akan polisi yang bisa ditebak baru saja sampai dan segera turun dari mobilnya. Terdapat 2 mobil polisi dan 6 polisi yang turun.
Kemudian keluarlah 2 orang pemuda yang satunya masih memakai seragam dengan tampang yang tampan dan tinggi bak seorang pangeran.
Jangan lupakan bajunya yang lusuh dan muka yang begitu lusuh. Dia adalah Heasen mantan ketua OSIS di sekolah High school. Lalu pemuda yang sedikit pendek darinya dengan muka yang tak kalah lusuh, hanya dengan memakai kaos hitam polos dan celana jeans itu adalah Jayden.
Pemuda yang selalu ditanya oleh guru-guru sebab tidak pernah hadir.

Polisi itupun menghampiri 2 sosok pemuda yang begitu panik dan takut.
Hingga salah satu polisi bertanya.

"Apa benar kalian yang menghubungi kami?"

"Be-benar. Se-sepupu saya... Hiks... Dia..." Ah, ternyata Haesen merupakan sepupu dari korban.

"Tenanglah nak. Kami akan memeriksanya."

Tanpa ba-bi-bu, polisi-polisi itupun masuk atas perintah Jayden dan mengantarnya kedalam kamar temannya itu.
Saat pintu kamar terbuka, terlihatlah sosok mayat yang terduduk di pojok kamar dengan wajah yang menunduk.
Wajah yang begitu manis dan lucu itu, tidak lagi terlihat sebab kini tergantikan dengan kurva pucatnya dan darah yang meluncur deras dari lehernya. Bahkan pipinya juga tertusuk sampai ke dalamnya.

★★★

Sekumpulan siswa dan siswi itu kini telah menyelesaikan makannya. Dan kini, mereka hanya menghabiskan waktu istirahatnya dengan berceloteh random.
Hingga sosok perempuan dengan rambut lurus yang diikat dan berwajah bersih manis namun terlihat judes itu tiba-tiba berbicara.

"Eh. Ini apartemennya si Taki bukan?" Ucapnya sambil melihatkan gambar di HP-nya ke teman-temannya.

"Iya, tapi kok, ada polisi sama warga ya?" Sahut Daniel yang merasa khawatir pada teman sebangkunya itu.

"Eh. Itu kak Haesen bukan?" Tunjuk Sean saat melihat gambar seseorang yang terlihat mirip dengan kakak kelasnya.

"Iya juga. Itu kak Haesen njir." Sahut Riki

"Eh tapi yang disebelah itu kak Jayden bukan kak?" Tanya Hemyin.

"Entahlah... Tapi dari badan-badan nya emang agak kaya Jayden sih." Sahut Jean seadanya.

★★★

Di sebuah apartemen mewah, terlihatlah begitu ramai orang-orang yang datang bahkan polisi pun kini tengah mencari sesuatu. Ah, jangan lupakan sebuah garis tanda polisi yang menglilingi apartemen itu.

"Saya mohon pak, cari pelakunya... Hiks an-anak sa-saya, hiks."

"Tenang bu, pelakunya pasti akan ketemu, kita doakan saja yang terbaik ya." Ucap pria paruh baya yang tengah menenangkan istrinya. Sepertinya mereka adalah orang tua korban.

"Suami ibu benar, kami dari pihak penyelidikan akan mencari pelaku sampai ketemu. Dan mungkin, kami akan menyita beberapa barang yang pernah dilakukan korban." Ucap salah satu polisi yang sedari tadi berdiri didepan kedua paruh baya itu.

"Kami juga akan mengintrogasi kan orang-orang yang sebelumnya bersama saudara Taki, juga yang menemukannya."

Hari mulai berganti menjadi siang. Dan kini, sekelompok orang memakai baju kebanggaan berhenti menelusuri apartemen milik Taki.
Bahkan warga-warga mulai menghilang dan kini tinggallah sosok paruh baya yang disangka sebagai orang tua korban dan dua pemuda yang pertama kali menemukan korban.
Kini dua pemuda itu hanya diam membuat sunyi berkelana di pikiran masing-masing. Sedangkan sang orang tua itu terus saja menangis.
Terlalu berlarut dalam pikiran masing-masing, banyak pertanyaan dalam isi kepala dua pemuda tersebut hingga lamunannya dibuyarkan oleh anak sekolahan yang mungkin baru pulang.

"Kak Haesen! Woy kak!" Teriak pemuda yang memiliki pipi chubby.

"Eoh? Sejak kapan disini?"

Pemuda yang ditanya pun hanya tersenyum maklum dan hanya menjawab barusan.
Berbeda dengan pria yang paling berbeda darinya. Pria berwajah datar namun terlihat menawan. Pemuda itu paling disukai warga sekolah sebab damage nya yang luar biasa cool abis. Siapa lagi kalau bukan... El. Pemuda itu menatap sekeliling apartemen temannya sekaligus adik kelasnya itu dengan rasa prihatin. Hingga tatapannya berhenti pada sosok pemuda yang hanya memakai kaos polos dipadukan dengan celana jeans dan sendal kesehariannya. Bahkan rambut ia biarkan saja yang mungkin bisa dibilang lepek?
Bahkan pemuda itu lebih memikirkan sosok paruh baya didepannya dibandingkan dirinya.

"Tante, Tante harus kuat. Taki pasti ga suka ibu tersayangnya nangis terus." Ucap pemuda itu yang tak lain adalah Jayden.

"Taki orang yang baik Tan. Bahkan saya sudah anggap Taki sebagai adik saya." Lanjutnya

"Harusnya Taki tetap tinggal bersama kita, pasti tidak akan seperti ini." Ucapnya dengan bergetar dan suaranya yang serak.

"Bu, semua itu sudah takdir. Kita harus bisa merelakannya. Doakan saja untuk anak kita, ya." Sahut suaminya sambil menenangkan istrinya itu.

Lain dengan El yang terus menerus memperhatikan pemuda dan dua orang tua itu tanpa berkedip. Dipikirannya, ia bertanya bahwa 'dari mana aja lo, sebenarnya Jayden. Gua khawatir sama lu.' 'lo baik-baik aja kan?' mungkin seperti itu pikiran El.

★★★

Hari semakin panas, dan kini sejumlah warga memakai baju serba hitam bahkan dua paruh baya itu tak henti-hentinya menangis saat anaknya telah dimasukkan ke liang lahat. Bahkan tempat yang sepi itu kini hanya ada tangisan dari sang keluarga. Tak kuasa menahan tangis yang amat sakit.

"Tante, yang kuat yah. Maafin Haesen yang lalai buat jagain Taki. Hiks... Hahh harusnya, Haesen jagain Taki selalu." Ucap Haesen yang tengah mengelus pundak tantenya itu.

"Ini sudah takdir Tuhan, sen. Tante sama om hiks juga ga bisa apa-apa, hiks. Kita, sama-sama doain Taki yang terbaik yah," sahutnya dengan suara yang masih bergetar.
Sedangkan haesen mengangguk lemah dengan memeluk tantenya itu.

Seiring berjalannya waktu, kini semua orang ikut berziarah mulai pergi satu per satu terkecuali pihak keluarga dan teman maupun sahabat Taki.
Hingga tak terasa hujan mulai deras dari yang tadinya hanya gerimis kini mulai deras.
Mau tak mau, mereka pun pergi dari tempat itu.

Bahkan jejak-jejak mereka tinggalkan dengan membawa rasa yang berbeda. Siapa sangka orang yang mereka jaga, sayangi, bahkan seperti adik sendiri harus meninggalkan tanpa kata.
Hanya jejak dan kenangan yang tersimpan.
Memang benar ya, orang yang benar-benar baik pasti akan diambil Tuhan terlebih dahulu dibanding orang yang yang masih begitu buruk Dimata Tuhan.

Taki, kelas 10 IPS 1 yang masih berusia 15 tahun itu harus meninggalkan dunia. Anak yang selalu ceria dan ramah itu harus mati karena dibunuh seseorang.
Entah dendam apa, tapi yang pasti Taki tak pernah memiliki musuh bahkan dia anak yang bisa bergaul dengan siapapun.
Tapi takdir memang tak pernah bisa ditebak bukan? Sosok yang ceria diantara teman-temannya, harus pergi terlebih dahulu.

★★★

Dikediaman almarhum Taki, sosok paruh baya itu mulai mengambil barang-barang anak semata wayangnya itu. Bahkan ada rasa tak rela anak semata wayangnya harus menerima semua itu.
Dan kini, salah satu polisi menghampiri 10 anak yang disangka teman dekatnya itu.

"Permisi anak-anak, kami hanya ingin bertanya beberapa tentang si korban. Terutama tadi yang menemukan korban." Ucap pria gagah yang hanya memakai pakaian biasa. Dengan memakai kalung bertanda polisi. Sepertinya mereka ingin mengintrogasi nya.
Sementara heasen dan Jayden menatap satu sama lain kemudian mengangguk menyetujuinya.

"Mari ikut saya."

puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang