8. minum

11 4 0
                                    

"Astaga Jayden! Pantesan dari tadi lo aneh-aneh!"

Kini Jayden telah sampai di ruang tengah dengan muka paniknya. Bahkan kini teman-temannya menatap dirinya dengan tajam seolah-olah mendapat mangsa.

"Jay?" Ucap Kai dengan tatapan dinginnya. Oh jangan lupakan tangan yang menyilang didepan dada.

"Bang. Gue ga lagi-lagi sumpah! Ini yang terakhir." Ucapnya sungguh-sungguh sambil menunjukan jari telunjuk dan tengahnya. Dan jangan lupakan muka paniknya sampai mengundang kernyitan di dahi temannya itu. "-gu-gue ga bakal minum lagi kok bang. Itu yang terakhir." Lanjutnya.

Kini semua terjawab apa yang membuat Jayden panik akan hal itu. Bahkan kini Riki cekikikan tak bisa menahan tawanya dan yang lain hanya membulatkan mulut mereka membentuk kata 'oh' berbeda dengan Kai yang mukanya makin dingin.

Bahkan itu membuat Jayden kebingungan sambil mengernyitkan dahinya. Teringat, ia langsung mengintip dibelakang Jafrian yang tepat didepannya untuk melihat barang dimeja. 'Shit! Gue kecolongan ma nih bocah!" Batinnya saat mengetahui bahwa dimeja tak ada apa-apa. Bahkan Riki kini sudah guling-guling karenanya.

"Kenapa?" Tanya Kai membuat Jayden menoleh kearahnya. "Huh? Ah i-itu, maksudnya, minum es pas malem! Iya! Gu-gue semalem minum es malem-malem!" Ucapnya gugup dengan menunjuk ke sembarang arah.

"Udah deh Jay, lo minum-minum kan? Ngaku aja lo!" Ucap Jihan memanas-manasi Kai bahkan kini ia dapat lirikan tajam oleh sang empu.

"Jay! Gue ga pernah ngajarin lo minum! Gue juga pernah ngomong kalo ada masalah ke rumah abang!" Omelnya.

"Iya..."

"Huh... Awas aja gue liat lu minum lagi. Kita lanjut ke tujuan awal!"

"Kacian, dedek Jeyi dimalahi abang yah?" Goda Riki dengan suara anak kecil yang langsung membuat temannya tertawa dan dihadiahi plotoran tajam namun malah membuatnya lucu bukan menyeramkan.

▀▄▀▄PUZZLE▄▀▄▀

Kini mereka duduk melingkar di karpet dengan minuman dan makanan di tengah-tengah.
Dengan kertas-kertas dan alat tulis ditangan Kai yang kemudian ia taruh dilantai.

"Tadi gue nemuin benang dikolong lemari. Kemungkinan tuh pelaku pake baju hitam." Ucap Jafier dengan memperlihatkan potongan benang ke teman-temannya dan meletakkan di atas buku.

"Tapi bisa jadi, itu baju Taki, kan?" Sanggah Sean.

"Bisa jadi. Ga mungkin juga polisi ga curiga sama benang meski sepotong doang." Ujar Samuel dengan memegang dagunya dan menganggukkan kepalanya.

"Yang lain?" Tanya Jafier dengan menatap satu per satu yang hanya dibalas gelengan oleh yang lain.

"Gak ada. Gue cuma foto tuh jejak darah yang tersisa doang." Ujar Sean sembari mengutak-atik kameranya dan memperlihatkan hasil jepretannya.

"Berarti kita cuman ada surat sama nih benang yang ga tau asal usulnya ples foto tuh bercak darah." Ucap Heasen yang dibalas anggukan oleh yang lain.

"Susah kalo gini. Kita ga bisa nemuin tuh pelaku kalo kaya gini caranya." Sahut Jean


*
*
*

Sepi bet kek hati autor dehhhh
Btw aku baru bisa up dari kemaren aku bingung and males buka wp hehehe...

Sebenernya ada cadangannya sih... Cuman kek kurang yakin gituuuu

Apalagi ini tuh cerita pertama aku buat genre kek giniij
But, aku bakal berusaha biar nih cerita makin seru and ga sepaneng gitu...

Aku juga jadiin setiap chap itu cuma beberapa kata ga sampe seribu, kenapa? Karna author sendiri bingung ngelanjutinnya gimana trus berhentinya dimana? Jadi, aku baru bisa sampe 400 kata dehhh

Maaf ya...
Besok-besok aku usahain bakal lebih panjang and seru...

Tapi jangan lupa vote and komennya yaa

puzzle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang