Nama kura-kura itu koko. Pemberian dari Jiji di saat usia Hares menginjak dua belas tahun. Tepat ketika ia baru saja lulus dari sekolah dasar. Kata Jiji, kura-kura itu relatif berumur panjang jika dirawat dengan baik. Awalnya Hares tidak percaya, tapi ketika usianya sudah menginjak 21 tahun, kura-kura itu masih ada, masih hidup, dan tumbuh dengan sangat sehat meski ukurannya segitu-segitu saja karena kura-kura tersebut merupakan jenis kura-kura Brazil yang berukuran kecil. Hares tentu sangat menyayangi hewan kecil itu. Setiap seminggu sekali aquarium tempat koko tinggal akan dibersihkannya, dan setiap tiga kali dalam seminggu, Hares rajin menyikat cangkang kura-kura tersebut agar tidak berlumut.
Koko memang masih ada, tapi Jijinya sudah tidak. Bukan meninggal, hanya saja Hares tidak tahu Jijinya ada di mana. Pemuda itu sudah pergi dari rumah bertahun-tahun yang lalu, di saat usia Hares masih menginjak 14 tahun. Dan sampai sekarang belum juga kembali.
Hares memang pernah putus asa dan menyangka bahwa abangnya itu mungkin saja memang sudah tidak ada, dia sudah mencari ke mana-mana, bertanya ke sana ke mari. Tapi pencariannya tak membuahkan hasil. Pemuda itu seolah lenyap ditelan bumi, yang membuat Hares yakin bahwa Jijinya masih hidup adalah kiriman uang yang selalu diterimanya semenjak Jiji pergi, dan nomor telponnya masih aktif. Hanya saja setiap Hares menelpon, panggilannya tak pernah diangkat.
Jika Hares rindu pada Jiji, dia akan melihat dan menghampiri koko di aquarium. Pada suatu waktu, hari di mana kura-kura itu dihadiahkan Jiji untuknya. Jiji pernah bilang begini. "Hares, kamu tau kenapa Jiji beliin kamu kura-kura dan bukan ikan hias seperti yang kamu minta? Itu karena kura-kura bisa hidup lebih lama, Hares. Jiji pengen, kalau nanti, kalau seandainya Jiji udah nggak ada, kamu masih punya koko. Itu nama kura-kuramu, kan?"
Hares mengangguk. Lantas kemudian menoleh pada Jiji dengan raut penuh tanya. "Emang Jiji mau ke mana?"
"Nggak ke mana-mana. Kan apa yang Jiji bilang tadi cuma perumpamaan. Jiji udah janji sama bunda nggak akan pernah meninggalkan kamu sendirian. Lagi pula, di dunia ini cuma ada kita berdua, kan? Kamu dan Jiji."
"Tapi … kita masih punya ayah."
Jiji terdiam. Baginya seseorang yang disebut ayah itu sudah tidak ada. Orang itu sudah mati.
"Kita udah nggak punya ayah lagi, Hares. Dari awal kita nggak pernah punya."
"Tapi, kan, ayah belum meninggal? Ayah masih ada."
"Sekarang anggap aja kalau ayah udah nggak ada."
Dan waktu itu Hares hanya mengangguk patuh. Kalau boleh jujur, dia juga tidak suka dengan ayahnya. Ayah yang tidak bertanggung jawab, ayah yang tega meninggalkan mereka dan memilih hidup dengan keluarga barunya. Tapi sebagai anak, Hares masih menyimpan harap. Jika suatu saat nanti, ayah akan pulang dan kembali berkumpul dengan mereka berdua. Hares masih menyimpan harap jika suatu saat nanti, keluarganya utuh kembali. Rumah besar ini sangat kebesaran jika hanya dihuni oleh satu orang.
"Jiji janji nggak akan pernah meninggalkan kamu, Hares."
Tapi nyatanya Jiji berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ma Bro, Jiji
Short StorySetelah kepergian ayahnya dari rumah, Jiji terpaksa bekerja untuk menghidupi dirinya dan juga adiknya Hares. Bertahun-tahun mereka hidup dalam kesulitan, hingga pada saat usia Hares menginjak 14 tahun, Jiji pergi dari rumah. Setelah kepergian Jiji...