Nanti ada Jawabannya

58 12 0
                                    


1887 word

••••

Sebenarnya Tyana bosan, bermain sendirian itu tidak menyenangkan, apalagi dia adalah tipe anak yang cerewet dan banyak tanya, dia butuh seseorang untuk bisa diajaknya berbicara, tapi Hares–abangnya malah molor, ingin membangunkan Hares, tapi dia sudah berjanji tidak akan mengganggu. Atau nanti Hares akan mengusirnya dari sini. 

"Luke, alangkah menyenangkan kalau abang sama Jiji tinggal bareng kita, kan, Luke? Aku bisa gangguin bang Hares sepuasnya, dan aku bisa minta peluk sama Jiji sebelum aku bobo." 

Hares yang mendengar itu hanya tetap diam di kasurnya, aslinya dari tadi dia tidak tidur. Hares hanya berpura-pura. Meskipun Hares tidak benci pada Tyana, tetap saja dia butuh waktu menerima bocah itu menjadi bagian dari keluarganya, dia butuh waktu untuk menerima Tyana seutuhnya, tanpa ada rasa mengganjal di dalam hatinya. Setiap Hares ingin memberikan perhatian lebih pada gadis itu, ada sesuatu yang menahannya. Ada sesuatu yang membuatnya merasa bersalah jika memperlakukan tyana sebagaimana adiknya. 

Ada suara-suara yang terus memenuhi kepalanya setiap kali dia ingin bersikap sebagai abang untuk gadis kecil itu. Suara-suara itu seperti memaki dirinya. 

"Tolol lu Hares. Untuk apa lu sayang sama anak itu? Untuk apa lu susah-susah pengen jadi abang buat dia? Sadar Hares, sadar. Dia adalah anak dari bajingan yang bikin idup lu sama Jiji susah. Dia adalah anak dari perempuan brengsek yang bikin keluarga kalian hancur. Dia adalah anak dari pria tua bangka yang bikin Jiji pergi! Jangan biarin dia di sini, Hares. Usir dia. Usir dia dari hidup lu, jangan biarin diri lu sayang sama dia! Bikin dia menderita kayak apa yang dilakuin manusia-manusia sialan itu ke elu!" 

"Diam, anjing. Diam! Lu bisa diam, nggak?!" teriak Hares tanpa sadar, membuat Tyana yang tengah bermain dengan Luke terkejut bukan main. 

"Abang, maaf," tukas tyana pelan. Ia merasa bahwa Hares marah pada dirinya. Ia merasa terlalu berisik hingga membuat Hares terganggu dalam tidurnya. 

"Aku nggak akan berisik lagi, aku janji. Tapi jangan usir aku." 

Hares menoleh. Melihat Tyana yang terlihat sendu membuatnya merasa bersalah, dan suara-suara itu kembali memenuhi isi kepalanya. 

"Udah, mending lu pergi sekarang, bisa gila gue lama-lama!" teriak Hares membuat Tyana kembali terpaku. 

Hares dalam keadaan kacau, dan ia tak ingin kegilaannya berimbas pada Tyana. Biar bagaimana pun gadis itu tak salah apa-apa, kan? 

"Pulang Tyana, suruh supir atau ayah lu jemput lu ke sini. Gue pengen lu pergi." 

Tyana memeluk Luke dengan begitu erat, meski takut pada Hares, namun ia tak ingin pergi, dia ingin ada di sana, menemani Hares seperti yang biasa dia lakukan. 

"Kalau abang nggak suka sama aku gara-gara ayah, aku minta maaf, walaupun nggak ada yang ngasih tau apa pun ke aku karena aku masih kecil, aku tau, alasan kenapa abang kayak gini ke aku itu karena ayah, kan?" 

"Nggak usah sok tau, dari awal lu dikenalin ke gue sama ayah lu itu, gue udah nggak suka sama lu, jadi mending sekarang lu pergi aja. Gue bukan abang lu, dan lu bukan adik gue." 

•••

Jiji yang sedari tadi berdiri di balik pintu tidak bermaksud ingin ikut campur, tapi perkataan Hares terhadap Tyana sungguh sangat kejam. Meski Tyana tahu bahwa Hares tak pernah menyukainya, anak itu selalu datang lagi dan lagi, dia selalu menemani Hares meski sering dimarah-marahi oleh Hares. Jadi, Jiji tak bisa membiarkan Hares berkata begitu pada Tyana. 

"Hares." Suara Jiji memenuhi ruangan, membuat dua orang yang berada di sana menoleh padanya. Hares jelas kaget, tentu saja. Sekian lama menghilang tanpa memberikan kabar, wajar saja jika Hares kaget melihat kedatangan Jiji yang tiba-tiba. 

Ma Bro, JijiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang