GABRIEL

38 5 0
                                    

Hallo, Sayap-Sayap Gabriello. Sebelum baca, jangan lupa votenya, ya. Makasih.

.

.

.

Keheningan menyelimuti ruang tengah apartemen tatkala Arcello dan seorang pria duduk berseberangan. Arcello mengamati saksama sosok yang kini berada di hadapannya. Sesekali, ia mengedarkan pandangan—memperhatikan sisa-sisa peristiwa yang baru saja terjadi di apartemennya.

Sekali lagi, Arcello menatap pria di hadapannya dengan telak.

"Jadi, siapa kamu sebenarnya?" Sebuah pertanyaan yang Arcello tujukan pada pria di hadapannya berhasil memecah keheningan.

Pria asing yang kini mengenakan pakaian Arcello pun mulai menunjukkan wajahnya dengan jelas. Ada raut tidak nyaman akan pakaian yang ia kenakan karena tampak kekecilan untuk tubuhnya yang tinggi dan tegap, dengan otot-ototnya yang sekal dan berlekuk. Menyaksikan hal menggemaskan di hadapannya, membuat Arcello mati-matian menahan tawa.

Pria asing itu berdeham. Suara berat yang ia miliki berhasil menyadarkan pria mungil di hadapannya untuk berhenti menertawai.

Senyuman Arcello kembali bersembunyi. "Maaf," ucapnya menyesali.

Sejenak keheningan pun kembali menyelimuti.

Arcello menghela napas sebelum ia kembali bertanya. "Jadi, siapa kamu sebenarnya, dan ada perlu apa di sini?"

Cukup lama Arcello menunggu jawaban. Sepertinya, pria asing itu masih syok dengan apa yang telah terjadi pada dirinya. Karena pria di hadapannya tidak kunjung menjawab, Arcello pun mencoba berspekulasi. "Kalau aku tidak salah lihat, tadi kamu punya sayap, 'kan? Berarti bisa terbang?" jeda Arcello, "apakah kamu sebangsa bidadari atau peri, mungkin?" cecarnya.

Masih belum mendapat jawaban atas pertanyaannya, Arcello malah sibuk dengan analisisnya sendiri dan membatin, wujudnya seperti manusia. Punya sayap. Berarti bisa terbang?

"Ya! Pasti bidadari," celetuk Arcello sambil menunjukkan wajah polosnya.

"Eh! Tapi tunggu. Bukannya bidadari itu cewek, ya? Kalau cowok ... apa mungkin ...?" Arcello menggantung monolognya, seolah mencari istilah yang pas untuk melengkapi analisisnya.

Mengamati Arcello yang sibuk bergumam sendiri, membuat pria asing itu berpikir kalau Arcello sangatlah lucu. Tanpa disadari, ia pun tersenyum sendiri. Kelucuan itulah yang berhasil mencairkan ketegangannya.

Sang pria asing akhirnya angkat bicara. "Nama saya Gabriel!" jawabnya dengan tegas.

"Saya malaikat yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjaga Tuan Arcell," jelas pria asing itu menambahkan.

Mendengar pria bernama Gabriel menyebut namanya, Arcello membuka matanya lebar-lebar.

"Kamu tahu namaku?" tanya Arcello.

"Tentu saja." Gabriel menjawab tegas.

Seketika Arcello terdiam. Tidak seharusnya ia menanyakan hal tersebut pada seseorang yang beberapa hari ini telah menyelinap di apartemennya. Mungkin bukan cuma beberapa hari, bisa jadi beberapa pekan, bahkan bulan. Sudah dapat dipastikan kalau Gabriel mengetahui namanya.

"Tadi kamu bilang, kamu malaikat yang ditugaskan untuk mengawasi dan menjagaku, 'kan?" tanya Arcello. "Lalu, kenapa aku harus diawasi dan dijagain?" tambahnya.

Mendengar pertanyaan yang Arcello lontarkan padanya, tidak serta-merta membuat Gabriel menjawab.

Lagi-lagi Arcello tidak mendapat respons dari lawan bicaranya, yang membuat ia penasaran dan merasa gemas. "Kenapa diam?"

GABRIELLO (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang