Haiiiiiii! Gimana? Udah masuk ke dalam kisah Gabriello? Sebelum lanjut jangan lupa votenya, ya.
.
.
Gabriel menggedor pintu apartemen tetangganya. Kepanikan kini melanda. Setelah menemukan tuannya tergeletak tidak berdaya, Gabriel kelimpungan. Sempat ia meminta bantuan pada Mikhael lewat telepati, tetapi apa daya konsentrasinya buyar. Ia tidak bisa berpikir dengan benar. Jalan satu-satunya adalah meminta bantuan menggunakan cara manusia.
Memanggil dokter adalah cara tercepat yang bisa dilakukannya sekarang. Sebenarnya sebagai malaikat, Gabriel paham cara menggunakan ponsel. Hanya saja, ponsel milik Arcello mati kehabisan daya. Tidak ada waktu jika harus menunggu ponsel Arcello terisi. Ia harus cepat-cepat menyelamatkan tuannya.
Berulang Gabriel menggedor pintu unit ketiga dari tempat tinggalnya setelah dua unit terdekat tidak ada yang merespons, kemungkinan penghuninya sudah pergi bekerja. Hanya penghuni unit ketiga inilah harapan ia satu-satunya.
Setelah cukup lama Gabriel menunggu, akhirnya seorang wanita paruh baya membukakan pintu. Ia adalah Raras, wanita yang beberapa hari lalu sempat memberi tahu Arcello tentang kejanggalan di apartemen pria mungil yang kini tengah terbujur sakit. Ia tampak kebingungan saat melihat Gabriel. Pikirnya, ia belum pernah melihat wajah itu sebelumnya.
"Selamat pagi, Bu. Maaf, saya mengganggu," ucap Gabriel tersengal-sengal. "Nama saya Gabriel. Saya tinggal di unit Arcello. Saya mau meminta tolong ...," lanjutnya sambil menjelaskan tujuannya meminta pertolongan.
Mendengar penjelasan Gabriel, Raras tampak terkejut dan khawatir. Semua tergambar jelas di wajahnya.
"Saya panggilkan dokter saja, ya? Tunggu sebentar."
Raras masuk ke dalam. Setelah itu terdengar pembicaraan samar-samar. Gabriel menunggu di depan pintu dengan gamang.
"Dokter di klinik bawah bisa membantu," jelas Raras setelah ia kembali menemui Gabriel.
"Syukurlah. Terima kasih banyak, Bu."
"Tunggu saja di rumah. Tapi maaf, untuk sekarang saya belum bisa ikut melihat keadaan Nak Arcell," jelas wanita paruh baya itu.
"Tidak apa-apa, Bu. Sekali lagi terima kasih banyak."
Gabriel membungkuk sopan sebagai ucapan terima kasih pada Raras sebelum ia kembali ke apartemen, menemui Arcello yang masih tergeletak lemas di atas kasur.
"Tuan, bertahanlah. Tunggu sebentar lagi. Dokter sedang menuju kemari," bisik Gabriel sambil mengusap kening Arcello yang berkeringat deras.
Beberapa saat Gabriel menunggu sambil terus merawat Arcello, tidak lama dokter pun tiba dan langsung memeriksa kondisi Arcello yang masih belum sadarkan diri.
Diagnosis sang dokter menyimpulkan kalau Arcello hanya kelelahan dan stres. Ia juga menyebutkan kemungkinan Arcello sering telat makan. Maka, sang dokter menyarankan agar Arcello beristirahat dengan cukup serta memperbaiki pola makannya. Ia juga tidak lupa memberikan obat untuk Arcello.
Mendengar ucapan sang dokter, Gabriel mengangguk paham. "Terima kasih banyak, Dokter."
"Sama-sama," timpal sang dokter yang tidak lama kemudian berpamitan.
"Bagaimana saya harus membayar, Dok?" tanya Gabriel setelah sampai di ambang pintu.
"Sudah. Bu Raras sudah mengurusnya," timpal sang dokter, lalu pergi.
Oh, ibu yang tadi namanya Bu Raras? Gabriel bertanya dalam benaknya.
Sebelum pintu benar-benar tertutup, Gabriel melihat Raras di depan unitnya. Gabriel paham sopan santun. Ia ingin menemui tetangganya untuk mengucapkan terima kasih sekali lagi. Namun, justru Raras memberi isyarat dengan kedua tangannya, meminta Gabriel kembali masuk. Mungkin maksud tetangganya itu agar Gabriel segera menemani Arcello.
KAMU SEDANG MEMBACA
GABRIELLO (TERBIT)
Ficção GeralGabriel, sesosok malaikat ditugaskan turun ke bumi untuk menjaga pemuda bernama Arcello Maqil. Namun, ketidaksengajaan membuatnya terjebak di dunia manusia dan terpaksa harus tinggal bersama sang tuan. Kehidupan yang Gabriel jalani bersama Arcello c...