Bagian 08

17.8K 1.1K 229
                                    

🦋 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ  🦋

Seminggu setelah kepergian nenek. Mahika dan seluruh keluarga Zaman langsung pulang. Dan Mahika juga langsung masuk sekolah pada hari mereka sampai di pesantren.

Beberapa santri sebenarnya masih bertanya-tanya. Kenapa keluarga Omair begitu peduli dengan Mahika. Sampai seminggu penuh keluarga Omair berada di rumah neneknya Mahika.

Dan saat Mahika sudah kembali ke sekolah. Beberapa mata menatapnya. Tatapan bertanya-tanya.

"Mahika, maaf ya kita nggak bisa datang waktu nenek meninggal. Soalnya jauh, terus nggak dikasi izin juga sama ustadzah," kata Fara.

Riri mengusap lengan Mahika. Mereka duduk mengelilingi Mahika di dalam kelas.

"Yang sabar ya. Nanti Riri beli banyak jajan. Kamu bebas ngambil. Banyak-banyak juga boleh. Kalau ada denda di asrama atau di kelas, Riri aja yang bayar. Kalau kau kemana-mana juga, misal kita bolos beli jajan di luar. Riri aja yang bayar. Tapi jangan sedih-sedih ya."

Mahika mengangguk kecil.

"Maaf ya, maaf banget ini. Kalau nenek udah nggak ada. Nanti yang urusin sekolahmu siapa? Atau mau kita bantu cari Mama Papamu nggak? Supaya nanti kalau perpulangan anak pesantren, kamu bisa pulang ke rumah orangtuamu," kata Fara.

Mahika menggeleng.

"Tapi nanti kalau kita libur. Kamu pulang kemana? Nenek udah nggak ada. Om sama Tantemu juga nggak ada. Nggak mungkin kan kamu sendirian di rumah nenek. Mau makan apa nanti? Kita bantu cari aja ya," imbuh Riri.

Zihan langsung membalas.

"Nggak usah cari-cari yang nggak mau dicari. Mahika punya keluarga. Nanti kalau libur pesantren, dia juga pulang ke rumah keluarganya. Sama kayak kita-kita. Jadi nggak usah cari-cari tuh dua orangtua," ucapnya.

Riri dan Fara saling tatap. Kemudian mereka menoleh ke arah Mahika.

"Keluarga dari mana? Katanya cuma punya nenek?" tanya Riri.

"Kepo banget. Emangnya harus semua keluarga dia ceritain ke kita? Nggak juga! Intinya Mahika punya keluarga. Kalau ada yang berani cari tahu Mak Bapaknya Mahika, aku tonjok hidungnya. Lihat aja!" ujar Zihan mengancam.

Riri dan Fara membuang napas kasar. Apalagi sudah melihat mata melotot Zihan, ciut sudah mental mereka.

"Aku mau ke ndalem. Bajuku yang kemarin tinggal di mobil Pak kyai."

"Ikut dong, mau lihat Gus Zaman," ucap Riri.

Zihan langsung mencubit lengan Riri sekeras-kerasnya.

"AWWWW. ZIHANTU!" pekik Riri meringis kesakitan.

"Buruan pergi. Nanti ada yang ngekor," titah Zihan kepada Mahika.

Saat itu juga Mahika segera keluar dari kelas. Sebenarnya semua orang sudah pulang. Hanya tinggal mereka berempat yang tertinggal.

"Sekali lagi lo rayu Gus Zaman dan cocokin Gus Zaman sama Fatimah. Gue cekik leher lo sampe deg. Terus mati!"

Fara seketika terkejut.

"Pake lo-gue dia, Ri. Kambuh lagi bahasanya," ejek Fara.

Saat itu juga Zihan menutup mulutnya.

***

Sesampainya di ndalem Mahika langsung disambut oleh mertuanya. Kebetulan Umi tengah memasak di dapur. Mahika menghampiri perempuan itu. Tidak lupa menyalimnya.

Zaman Omair (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang