7. Taruhan - 2

98 9 0
                                    

Karena ending gantung saya ingin sedikit melanjutkan
.
.
.

Esok paginya Jeongyeon datang kesekolah dan memasuki kelas dengan terkejut ketika semua teman-teman yang bersangkutan menatapnya, membuat teman yang lain penasaran.

Tak seperti biasanya yang selalu mengucapkan salam kali ini Jeongyeon tak mengucapkan salam dan melewati Doyoung dan Seungcheol yang berdiri diambang pintu seolah menunggunya.

Jeongyeon hari ini memilih duduk sendiri dan mengabaikan semua tatapan bertanya temannya tak terkecuali Tzuyu teman sebangkunya.

"Jeong kamu kenapa?" Jeongyeon hanya menggeleng seolah ingin menghindari semua teman sekelasnya.

"Aku lagi pengen sendiri aja tolong ya Tzu," Tzuyu menatap Jeongyeon sebentar lalu kemudian pergi bersama Dahyun kekantin meninggalkan Jeongyeon sendiri.

Sementara teman sekelasnya yang tak tau apa-apa pergi kekantin Doyoung dan Seungcheol memutuskan untuk berbicara pada Jeongyeon dan kemudian keduanya duduk didepan Jeongyeon dengan memegang sandaran kursi.

"Jeong kita ngga ada maksud kaya gitu, aku juga udah bilang sama Wonwoo kalau kita udah nolak tapi karena Jun udah setuju jadi," Seungcheol terdiam tak bisa melanjutkan kalimatnya karena terlalu merasa bersalah.

"Terus kalian tetep dateng dan setuju buat tanding gitu?! Kalian bisa aja kan biarin mereka nunggu! Ngga usah dateng?! Kenapa malah tetep dateng?!" Jeongyeon bangkit dari duduknya dan meninggikan suaranya kesal hingga Sana yang baru masuk bersama Tzuyu dan Dahyun ikut terkejut.

"Kalian kenapa?" Dahyun bertanya dan kemudian Jeongyeon segera duduk kembali tanpa menghiraukan Doyoung dan Seungcheol.

"Kita bicara lagi nanti sepulang sekolah sama yang lain yang tau tentang ini," Jeongyeon tak merespon apa-apa dia hanya diam dan meremas tangannya kesal.

Sepulang sekolah Jeongyeon segera berlari keluar kelas diikuti oleh Seungcheol hingga keparkiran dan membuat banyak murid menatap mereka.

"Apa?! Aku mau pulang ngerti ga sih?!" Tak mempedulikan tatapan siswa lain yang menatap mereka Jeongyeon berteriak pada Seungcheol yang menahan tangannya.

"Jangan ganggu cewe gua, mending lo pulang sebelum gua hajar lo," Jeongyeon terdiam kaku ketika Wonwoo datang dengan raut wajah yang cukup membuat semuanya takut.

Entah berapa lama Jeongyeon terlibat situasi ini hingga akhirnya mereka mulai saling memukul dan kemudian mengenai wajahnya yang sontak cukup membuatnya pingsan.

Semua orang akan berpikir kalau mereka memperebutkan seorang perempuan jika tidak tau alasan sebenarnya permasalahan mereka. Dan itu membuatnya duduk di ruang konseling dengan kepala berdenyut setelah bangun dari pingsan.

"Jadi katakan! Apa perlu sampai memukul teman sendiri hanya karena seorang perempuan?" Satu guru wanita itu menatap mereka kesal dan Jeongyeon hanya semakin menundukkan kepalanya.

"Maaf bu tapi yang sebenarnya terjadi tidak seperti itu kami tidak memperebutkan Jeongyeon, hanya saja aku dan teman sekelasku ingin memperbaiki masalah kami karena ulah Wonwoo," Seungcheol menatap sang guru dengan yakin.

"Masalahnya berawal ketika 2 minggu lalu kelas kami bertanding futsal dengan kelas sebelah lalu kemudian setelah pertandingan Wonwoo mengajak taruhan, kami sudah menolak tapi Wonwoo mengancam jadi kami terpaksa menuruti, dia juga sering datang kekelas kami ketika jam istirahat hanya untuk melihat Jeongyeon, jadi kami takut ancamannya benar-benar terjadi," Seungcheol menghentikan ceritanya.

"Taruhan? Taruhan apa?" sang guru menatap dengan heran dan penasaran.

"Wonwoo berkata jika kami kalah Jeongyeon harus menjadi pacarnya, kami sudah menolak tapi dia mengancam akan melakukan sesuatu pada Jeongyeon," Seungcheol menjelaskan dan sang guru cukup tau apa yang terjadi.

"Lalu kalian menerima? Kenapa kalian ribut hanya karena seorang gadis? Dan kau Wonwoo seharusnya tidak bersikap seperti itu, sangat memalukan nama sekolah saja," Wonwoo hanya acuh tak peduli ucapan sang guru bk.

"Kami tidak berniat ribut bu hanya saja Jeongyeon teman kami tentu saja aku tidak terima, lagipun Jeongyeon juga tidak akan setuju untuk berpacaran apalagi dengan Wonwoo orang yang urak-urakan," Doyoung datang menyusul ketika Seungcheol mengirimi pesan kalau mereka ada di ruang konseling.

"Dan Jeongyeon juga tidak tau menahu masalah ini dia baru tau setelah kami kalah bertanding," Sang guru menghela nafas menatap muridnya frustasi.

"Begini saja beri waktu satu bulan untuk mereka berdua berpacaran dan kalau Jeongyeon akhirnya mau menerima Wonwoo menjadi pacarnya kalian tidak usah meributkan hal ini dan untuk kalian minta maaflah pada Jeongyeon dan coba bujuk dengan baik-baik jangan memaksa, bagaimana?" Mereka terlihat berpikir sebentar namun tidak dengan Jeongyeon yang hanya menatap dengan tidak peduli.

"Kami setuju bu, dan jika cara ini masih tidak berhasil kami akan datang lagi kemari untuk mencari cara lain, begitu teman-teman?" Doyoung menoleh menatap Seungcheol dan Wonwoo juga Jeongyeon dan semuanya kompak mengangkuk tak terkecuali Jeongyeon yang mengangkuk tanpa sadar.

Satu bulan berlalu, namun hubungan Wonwoo dan Jeongyeon malah semakin jauh, Seolah-olah Wonwoo tidak ingin melanjutkan hubungan mereka dan meski begitu Jeongyeon juga tidak peduli.

Dan satu minggu setelah mereka konsultasi ke guru bk akhirnya Jeongyeon dan teman sekelasnya berbaikan meskipun agak sulit karena pada awalnya  Jeongyeon tetap egois.

"Weh! Aaa tadi ketemu si itu bocil" ya sepertinya Jeongyeon sedang kasmaran namun sayang seribu sayang bukan Wonwoo orang yang sedang ditaksir tapi melaikan adik kelas bernama Hyunjin.

"Ha? Si Hyunjin? Gila aja lu sekarang jadi pecinta berondong," Jeongyeon menatap tak peduli pada Sana dan Tzuyu.

"Ngapain?" Jeongyeon membalikkan badan menatap kaget Wonwoo yang tiba-tiba ada dibelakangnya.

"Ngliatin siapa kamu? Aku ngga suka ya kamu melirikin cowo lain!" Wonwoo menggeram kesal sedangkan Jeongyeon hanya menatap dengan bingung.

"Ha? Emang kenapa? Suka-suka aku dong emang lo siapa gua? Pacar?" Jeongyeon menatap sinis Wonwooyang kemudian bertingkah slay.

"Apa? Apa?! Apa kamu bilang? Aku ini pacar kamu ya," Wonwoo menatap sengit kelakuan Jeongyeon yang agak jadi mengesalkan.

"Ngga mau ya! Pergi aja sana hush hush! Cari perempuan lain aja laaa!" Jeongyeon akhirnya merengek namun Wonwoo tetaplah Wonwoo yang juga tak akan mau mengalah.

"Ngga! Nanti kamu temenin aku ke Amor aku mau beli sesuatu, pulangnya nanti aku beliin es krim," Jeongyeon menatap Wonwoo tak suka.

"Aku bawa motor tau!"

Dan itulah akhirnya hubungan mereka berjalan dengan baik. Meski gaya pacaran Wonwoo dan Jeongyeon tak seperti orang pacaran karena Jeongyeon justru kasmaran dengan bocah yang lebih muda 2 tahun darinya secara terang-terangan. Tapi Wonwoo tetaplah Wonwoo yang tak mau kalah bahkan dengan bocah yang tak tau perasaan Jeongyeon.

_TAMAT_

Mungkin rada gaje ya?

Masih ada yang nunggu book ini ga si?

Maaf banget lama update aku lagi banyak tugas dan sering males buka wattpad jadi ya gitulah

Oke jadi jangan lupa pencet bintangnya itu aja si

Jeongyeon OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang