sebuah rindu

103 7 0
                                    

Part 5

...

Pagi ini pukul 06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pagi ini pukul 06.30, vhi yang tengah bersiap-siap untuk berangkat sekolah tak lupa juga hobi dengan seragam sekolah nya.

Dan tak lupa juga senyuman yang selalu mereka perlihatkan setiap paginya agar bundanya merasa bahagia dan bersemangat berjualan.

"Bun, semoga jualan hari ini habis dan bunda juga cepat istirahat nya" ucap vhi.

"Eohya bun, jangan lupa makannya jangan sampai asam lambung bunda kambuh lagi". Sekarang hobi yang bicara.

"Kenapa kalian begitu cerewet pagi ini?".

"Tentu saja kami cerewet, karena kami tidak mau melihat bunda sakit lagi hanya bunda yang kami miliki sekarang". Ucap vhi

"Benar bun, setelah ayah ninggalin kita hanya bunda orang tua satu-satunya yang kami punya". Sahut hobi

"Tidak perlu menyebut orang yang tidak ada! Anggap saja dia sudah mati"

"Vhi. Apa yang kamu katakan bagaimana pun dia adalah ayah kandung mu, kamu tidak boleh berkata buruk seperti ini" ucap bundanya dengan lembut agar putranya tidak tersinggung dengan perkataan nya.

"Memang seperti itu bukan? Jika dia masih hidup pasti dia ingat putranya berada disini? Pasti dia ingat bagaimana keadaan putranya? Apakah putranya membutuhkan dia atau tidak? Apakah dia mengetahui nya bun? Tidak."

"Apa aku salah jika menyebut bahwa dia sudah mati." Ucap vhi

"Vhi! Cukup bunda tidak pernah mengajarkan mu berkata seperti itu dan kurang ajar seperti ini pada ayahmu. Bagaimanapun dia tetaplah ayahmu dan seburuk apapun dia, dia tetap ayahmu"

"Tidak! Aku tidak memiliki seorang ayah. Ayahku sudah mati! Percuma memiliki ayah jika perannya saja aku tidak pernah merasakan nya"

"Dan harus bunda ingat. Hidup tanpa ayah itu tidak mudah, sulit bun bahkan sangat sulit bun" ucap vhi dengan suara yang agak besar.

"Vhi cukup!! Ada apa denganmu? jangan pernah kau membentak bunda seperti ini. Jangan sampai aku memukul mu dengan sikap tidak sopan santun mu itu!" Sahut hobi marah.

"Apa. hah!! Kau menyalahkan ku sekarang? Iya! Kau menyalahkan ku? Kau lebih memilih pria itu hah! Harusnya kau berpikir apakah kau pernah mendapatkan peran seorang ayah apakah kau pernah? dan sekarang kau malah membelanya?" Ucap vhi yang semakin marah.

"Sudah cukup, hentikan! Kalian ini bersaudara jangan bertengkar seperti ini" sahutnya.

Tanpa membalas mereka vhi berlalu begitu saja dengan hati yang marah. Vhi orang yang paling sensitif jika sudah membahas tentang ayahnya, entah dia dendam pada pria itu entah bagaimana hanya dirinya yang tau.

Setiap kali membahas ayahnya suasana hatinya berubah begitu saja. Amarahnya pada pria itu tidak bisa dipungkiri bahwa dia sangat marah pada pria itu.

Semenjak bercerai vhi dan hobi tidak pernah lagi melihat wajah ayahnya bahkan mereka berdua tidak tau bagaimana rupa ayahnya sekarang. Entah pria itu masih hidup atau tidak vhi tidak peduli sama sekali.

Baginya pria itu sudah mati. Baginya dia bukanlah siapa-siapa, dan baginya dia tidak memiliki ikatan darah dengan pria itu.

Oh, apakah begitu dendam vhi pada ayahnya?

"Perannya saja tidak pernah ku dapatkan apakah masih pantas jika dia ku anggap masih hidup. Rupanya saja aku tidak tau bagaimana? apakah masih pantas aku mengakuinya"

...

Disekolah vhi hanya diam tanpa bersuara walaupun ruang kelasnya itu sangat bising namun dia sama sekali tidak menghiraukan itu.

Disekolah vhi hanya diam tanpa bersuara walaupun ruang kelasnya itu sangat bising namun dia sama sekali tidak menghiraukan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Altaf)

(Langit)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Langit)

"Vhi, kenapa diam saja dari tadi hem?". Ucap altaf pada vhi namun vhi tidak menanggapi sama sekali.

"Vhi hey, kau melamun?". Sekarang langit yang bersuara tapi vhi tetap saja diam.

Karena vhi tidak menjawab, akhirnya langit menepuk pundak vhi pelan agar vhi sadar. "Vhi kau baik-baik saja?"

"Eohya kenapa? Ada apa? Apa gurunya sudah masuk?" Pertanyaan vhi yang sudah mulai sadar.

"Belum, ada apa dengan mu? Apa ada sesuatu yang kamu pikirkan? Jika iya mau berbagi pada kami?" Tanya langit pada vhi.

Langit dan altaf adalah sahabat baik vhi, mereka sangat dekat dengan vhi bahkan banyak waktu yang mereka habiskan bersama. Walau begitu vhi masih saja tertutup pada kedua sahabatnya itu.

Karena vhi berfikiran bahwa masalahnya tidak boleh orang yang tau bukan tidak percaya pada kedua sahabatnya tetapi vhi yakin bahwa dia bisa menghadapi masalahnya sendiri tanpa ada seseorang yang tahu.

...

(Kalau ada yg typo maklumi ya, belum sempat ngeceknya)

Yuk ramaikan..
Vote dan komennya jangan lupa ya..
Bisa mampir ke akun tiktok ku ya, @fit_hoseok
Ig @fitrirmdni_02
Terimakasih...

sebuah rinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang