Yi Pyeong, seorang putri Joseon menjadi upeti bagi kaisar tua. Hanya dalam waktu yang singkat Yi Pyeong menjadi selir dari kaisar tua. Tatkala kaisar petahana naik takhta, Yi Pyeong menjadi selir dari kaisar petahana tersebut.
Menjadi selir merupaka...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1498 / 2050 tahun imlek
Dua tahun berlalu pasca perang antara Kerajaan Joseon yang beraliansi dengan Kekaisaran Ming dengan Kekaisaran Yuan Utara. Pyeong masih tinggal di Istana Gyeongbok bersama ayahnya Raja Hwanjo dan ibu tirinya, Ratu Jin. Pyeong dan kakak laki-lakinya, Sang terpisah jauh ruang tidurnya. Pyeong adalah satu-satunya anggota kerajaan yang belum menikah.
Raja Hwanjo duduk di takhtanya. Sekretaris Han memberi hormat di depan takhtanya.
"Bangunlah, Sekretaris Han. Katakan apa yang engkau bawa untuk aku." Pintanya.
Sekretaris Han adalah sekretaris yang bekerja di bidang Sekretariat Kerajaan. Tugas utama Sekretaris Han adalah menjadi perpanjangan tangan dari enam menteri kerajaan yang menjabat saat itu. Kali ini sekretaris Han membawa gulungan kertas, yang menurut Raja Hwanjo cukup asing. Sekretaris Han menyerahkan gulungan kertas yang ternyata dikirim dari Kekaisaran Ming. Raja Hwanjo paham apa maksud dari gulungan kertas ini.
"Pasti permintaan kaisar meminta upeti yang sudah disepakati." Gumamnya.
Perlahan, Raja Hwanjo membuka gulungan kertas tersebut. Dengan saksama Raja Hwanjo membaca ini surat itu, sampai akhirnya ia terhentak.
"Honghua hwangje masih hidup!" Seru Raja Hwanjo.
"Jeonha. Honghwa hwangje meminta agar mengirim lima sampai tujuh gadis cantik berusia 15 sampai 18 tahun untuk dipromosikan sebagai selir." Kata Sekretaris Han.
Raja Hwanjo menghela nafas panjang. Ini adalah upeti pertama pasca perang aliansi. Raja Hwanjo harus memerintahkan seluruh perfektur daerah Joseon untuk menyeleksi semua gadis berusia 15 sampai 18 tahun untuk dikirim ke Hanyang.
"Tidak mudah untuk menyeleksi ribuan gadis seluruh negeri untuk Honghua hwangjenim"
"Jeonha. Mungkin hamba bisa menyarankan gagasan lain mengenai upeti ini."
"Katakanlah."
"Hamba mempunyai ide, bagaimana jika kita menyeleksinya bergilir? Tahun ini gadis-gadis belia yang kita pilih berasal dari Gyeonggi-do. Tahun depan dari provinsi lainnya. Lalu, kita membuat tim khusus untuk menyeleksi gadis-gadis belia tersebut."
Raja Hwanjo merasa itu adalah ide yang bagus, namun ia ragu bagaimana anak buahnya dapat menyeleksinya.
"Bagaimana kita bisa menyeleksi mereka? Begitu banyak gadis-gadis belia disini, menurut sensus yang direkap oleh Menteri Perpajakan. Bahkan putriku sendiri termasuk dalam sensus penduduk Gyeonggi sini."
"Tiap desa mengirim gadis-gadis belia kepada kabupaten masing-masing, Dari tiap kabupaten tersebut diseleksi lagi untuk dikirim ke Kota Suwon. Lalu, kita mengerucutkan lagi sampai terpilih lima sampai tujuh orang."
---
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
