Bertemu

121 7 0
                                    

Hari menunjukkan pukul 11 siang, menandakan jam makan siang kantor sebentar lagi tiba. Banyak dari karyawan bahkan sudah memikirkan mau pesan makan online apa atau mau pesan menu apa di kantin kantor. Intinya suasana kantor saat itu sudah tidak sefokus tadi lagi, semua karyawan sudah ingin cepat cepat istirahat.

Namun berbeda dengan seseorang di ruang kerjanya kini. Entah apa yang sebenarnya ia lakukan, sedang merencanakan apa, masih saja ia terlihat sibuk. Wajahnya pun tidak secerah saat ia berangkat tadi pagi. Semenjak dipanggil ke ruang direktur utama wajahnya terlihat sangat gusar, sepertinya ia habis di kritik oleh atasan yang tak lain ayahnya sendiri. Ya seorang itu adalah Reynald, chief of marketing dari Aditama's Group.

Siapa sih yang tidak tau tentang salah satu perusahaan besar ini. Perusahaan turun temurun yang dimiliki oleh keluarga besar Reynald dan bergerak di berbagai bidang. Dari mulai bidang properti dan juga real estate bahkan makanan dan juga yayasan kemanusiaan.

Untuk sekarang perusahaan dipimpin oleh oleh ayah Reynald, Andreas Aditama. Jabatan Reynald yang sekarang pun juga karna perintah dari sang ayah. Katanya supaya Reynald belajar dulu tentang perusahaan, juga agar ia bisa berbaur dengan semua karyawan. Ibaratnya dimulai dari bawah dulu, tahu seluk beluk perusahaan dulu baru setelah dirasa sudah cukup mumpuni, tongkat kepemimpinan baru diserahkan olehnya.

Sebenarnya Reynald bukan anak pertama dari keluarga Andreas. Ia memiliki kakak perempuan yang tidak mau ikut campur mengenai perusahaan. Ia lebih senang menggeluti dunia kesehatan. Alih alih menjadi CEO, dia justru lebih memilih menjadi dokter spesialis Saraf di rumah sakit daerah. Suaminya pun rekan sebaya dokter di rumah sakit yang sama. Maka dari itu mau tidak mau Reynald lah yang akan meneruskan perusahaan.

"Oy, gue liat liat melamun baek lo Rey dari tadi. Kenapa sih elaahh sini deh cerita ma gue, kalo lo galau siap nih kupingku mendengarkan" ucap Hendrick sambil berjalan ke arah meja kerja Reynald.

"Apaan sih Hen, lanjut aja kerjaan lo, gak usah ikut campur!" Sengit Reynald dengan tatapan tak suka.

"Eeiitt santai dong bro, jelek banget deh kalo mukanya ditekuk gitu, iya deeh maaf nanti pulang gue bonceng lo"

"Apa hubungannya lo bonceng gue sama gue marah Hen, udah deh balik aja sana. Mau gue korting gaji lo 3 bulan kedepan?" Ancam Rey.

"Sumpah ya bapak ketua satu ini memang galaknya melebihi ayam betelor. Kali aja kalo gue bonceng lo sampe rumah kan lo bisa dapet hiburan dari gue gitu, gratis lagi. Secara nih ya gue tu pembawa suasana ceria, tanya aja sono sama anak anak lain. Ini nih coba tanya Nindy" ucap Rey sambil panggil Nindy yang hendak ke pantry kantor.

"Apaan sih Hen panggil panggil gak jelas lu" jawab Nindy dengan malas

"Ck., tanya doang Nindy cantiik sensi amat. Jujur deh lo ma gue, gue tuh pembawa suasana ceria kan di divisi ini?" Tanya Hendrick dengan semangat.

"Engga, yang ada Lo jadi beban gue selama ini Hen. Jauh jauh lo sana. Oh iya temen gue nggak mau ya sama elo udah gue bilangin masih aja lo ngeyel Hen Hen, katanya tunggu kamu dompetnya setebel dompet ketua marketing kita dulu baru dia mau ma kamu. Nama aja Setia lo tapi nyatanya semua elo deketin ampe mampus" sindir Nindy penuh penekanan.

"Yeuy temen lo mata duitan banget Nin ngeri gue jadinya. Yaudah deh gak jadi sama temen lo tapi sama lo nya aja gimana? Kiw kiw abang akan dengan senang hati dek 24/7 ada buat adek" ucap Hendrick dengan mata genit dan finger lovenya.

"Huweeekk Hendrickk jijay gue lama lama ama lo dah gue pergi aja lah, awas lo nyariin gue lagi gue timpuk ni pake high heels gue yg tingginya kayak harapan orang tua" timpal Nindy dengan wajah gedegnya dan berlalu meninggalkan Hendrick.

Your Side Where stories live. Discover now