Chapter 2 - Sunset Eyes

81 8 0
                                    

.

.

.

Perlelangan budak di sebuah tempat mewah yang terpencil di suatu kota di Inazuma pun dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perlelangan budak di sebuah tempat mewah yang terpencil di suatu kota di Inazuma pun dimulai. Scaramouche dibawa kesana oleh pemilik sebelumnya dengan mobil alphard, dia sudah di rias dengan cantik dan mulus supaya menarik perhatian para Konglomerat mata keranjang disana.

Scaramouche menghela nafas, dia menenangkan dirinya sendiri yang agak gugup namun tertantang. Entah kenapa, setiap dia menunggu giliran untuk tampil dia selalu merasa berdebar.

Mungkin karena dia akan berganti pemilik, dan dia tidak tahu siapa yang akan memilikinya. Pernah sekali Scaramouche dibayar oleh seorang Pria tua yang buruk rupa dan itu membuatnya jijik. Namun Scaramouche bertahan demi uang yang tidak ada habisnya. Yah, setidaknya hidupnya cukup puas saat itu karena dapat berfoya-foya.

"Budak urutan ke 9 silahkan naik." Panggil seorang Pelelang, orang yang sama setiap kali acara perlelangan manusia diadakan, Diluc namanya.

Scaramouche mendengus gugup, kemudian dia naik ke atas panggung dengan penampilan yang begitu percaya diri. 

Dia menarik senyum untuk menggoda para konglomerat birahi yang ada disana. Bahkan ketika mata biru samudranya menatap kebawah, celana-celana itu sudah mengetat.

Senyumnya semakin tinggi karena reaksi alamiah itu. Artinya, dia berhasil menarik perhatian dengan seluruh pesonanya. Toh mereka tidak akan peduli jikalau Scaramouche sudah bekas sekalipun.

Dia mulai membuat gaya sensual dengan lidah terjulur keluar sebagai penambah kesan erotis, sesekali memainkan tali lingerie yang menutupi kemaluannya. Tangannya tidak bisa diam, meremas pahanya sendiri dan menggeliat di atas panggung. Liuk tubuhnya sudah seperti sebuah film tontonan.

"Budak ini jatuh pada harga 100 juta, ada yang ingin menambah?" Diluc berseru dengan nada yang cukup antusias, mungkin penasaran dengan harga yang akan diberikan.

"130 juta." Seorang Pria kekar langsung menambah harga tanpa tanggung, lihat saja tatapan matanya itu, sudah cabul sekali.

"130 juta, ada lagi?"

"150 juta." Seorang pria paruh baya menambah harga, ugh melihat wajahnya membuat Scaramouche menjadi jijik.

"150 juta, harga yang menarik!" Suara si pelelang semakin antusias. "Ada lagi?"

Sempat hening sejenak, bahkan Scaramouche sudah selesai dengan atraksinya dan hanya duduk diatas panggung sambil terdiam dengan gaya seksi seolah dia adalah display di pertokoan.

Karena bosan menunggu harga tawar menawar, Scaramouche iseng menatap sekelilingnya, para mata-mata cabul yang menatapnya dengan birahi selangit. sesekali Scaramouche menggoda para konglomerat yang bertatapan dengannya, misalnya dia sengaja melet atau mengigit bibirnya.

Hingga, dia bertemu dengan sebuah mata merah jingga yang mirip seperti senja di sore hari.

Mata itu terlihat teduh, menatapnya dengan senyum seolah dia yang akan menang dalam perlelangan ini.

Scaramouche terpaku untuk hampir satu menit, dia fokus menatap mata senja itu. Bahkan tubuhnya tidak bergerak saking tenggelamnya dirinya di dalam mata sunset yang menghanyutkan itu.

"200 juta."

Deg.

Scaramouche langsung memecah tatapan dan menoleh kepada Seorang Pria kaya berwajah tampan yang menawar dirinya tanpa segan seharaga 200 juta. Mata biru, rambut coklat dan tubuh tinggi yang tegap. Childe? Nama yang aneh ketika dia melihat nametag pria itu.

Namun, itu belum harga termahal karena limit penawaran mendekati 250 juta. Harga yang ditetapkan untuk budak dengan spek Scaramouche yang cukup mulus dan indah.

"Fantastis! Ada lagi?!"

Semua orang hening, harga itu sudah yang paling tinggi dan sepertinya tidak ada yang tertarik untuk membuang uang mereka lebih banyak lagi. 

"Baiklah kalau tidak ada, maka-"

"300 juta."

Sesaat sebelum Pelelang sempat memukul palu, suara lantang menawar dengan harga paling tinggi dan mencapai limitnya.

"300 juta, harga yang sangat Fantastis! Baiklah, budak nomor 9 terjual kepada Konglomerat nomor 7, deal!"

Palu langsung diketuk tiga kali, semua orang yang berada di dalam ruangan seketika cengo dan terdiam, mata mereka langsung  menatap kearah pemuda bersurai putih dengan helai merah itu. Sementara itu, Scaramouche melongo dengan mulut megap-megap. Dan ketika mata sunset yang familiar itu menatapnya, Scaramouche langsung merinding.

Sepertinya... Pemilik barunya yang ketujuh akan menarik.

.

.

.

Tbc.

Personal Assistant | KazuScaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang