The Beginning

792 119 39
                                    

Suara getaran ponsel membuat Sunghoon mengernyit dalam tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara getaran ponsel membuat Sunghoon mengernyit dalam tidurnya. Tangannya meraba-raba nakas di samping ranjang untuk mencari sumber pengganggu. Lalu segera menggeser tombol hijau tanpa melihat nama siapa yang tertera di layar.

"Halo." Suaranya terdengar parau.

"Harus berapa puluh kali ibu meneleponmu supaya kau mau menjawabnya?!"

Spontan saja Sunghoon menjauhkan ponsel dari telinganya kala mendengar teriakan dari sang ibu di seberang sana. Lalu mendekatkannya lagi ke telinga saat dirasa teriakan itu sudah berakhir.

"Ada apa, Ibu?" tanya Sunghoon malas. Matanya masih terlalu berat untuk bisa terbuka.

"Jam berapa ini? Bukankah ibu sudah menyuruhmu menjemput Sunoo di stasiun hari ini?"

Sunghoon membuka matanya seketika, lalu menutupnya kembali. Sepertinya kemalasan pria tampan ini benar-benar sudah di luar kendali.

"Tidak bisakah dia kemari sendiri, Bu? Aku sangat malas untuk bangun. Ini akhir pekan, omong-omong," ujarnya.

"Tidak bisa, Hoon. Ibu tidak mau tahu, kau harus menjemputnya. SEKARANG!!"

Sunghoon mendesah kesal, ibunya memang selalu seperti itu. Jika sudah meminta sesuatu maka itu harus segera dilaksanakan. Tidak ada kata nanti apalagi sebuah penolakan. Kecuali jika ia berniat bunuh diri.

"Ya, ya, ya... Baiklah, Bu." Sunghoon menjawab pasrah, lalu menutup panggilan teleponnya dan melempar ponselnya ke atas ranjang.

Ia menurunkan kaki panjangnya dari ranjang dan terduduk sejenak. Kepalanya masih berat karena sisa-sisa mabuk tadi malam.

"Aaarrrgghhh... Seperti anak kecil saja." Sunghoon itu meraung sembari mengacak rambutnya sendiri lalu menghilang di balik pintu kamar mandi.

***

Sunoo duduk di bangku stasiun dengan kepala tertunduk. Matanya memandang ujung kaki yang ia ayun-ayunkan. Terdengar desahan napas penuh kekecewaan setiap kali sudut matanya mengintip arah jarum jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Bagaimana tidak? Terhitung sudah dua jam ia di sini dan tak ada tanda-tanda pria tinggi yang ditemuinya beberapa hari lalu datang untuk menjemput dirinya.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" monolognya lirih.

Air matanya nyaris jatuh sebelum akhirnya ia melihat ada sepasang sepatu lain berhenti bergerak tepat di depannya. Netra rubahnya merambat pelan menyusuri tubuh sang pemilik sepatu hingga lelaki kecil itu dapat menemukan wajah yang sedari tadi ia tunggu-tunggu.

"Hai." Suara baritone itu terdengar acuh, namun melegakan hati si kecil Sunoo. Kini penantiannya sudah berakhir. Orang yang ia tunggu akhirnya datang juga.

Bibir Sunoo mengerucut. Menyorot tajam ke arah Sunghoon seakan ingin memakan pria itu hidup-hidup. Sungguh menggemaskan di mata seorang Park Sunghoon.

"Kau marah karena aku terlambat?" Sunghoon mencondongkan tubuhnya, membuat wajah kedua pria berbeda ukuran berhadapan dengan jarak tak lebih dari sepuluh senti saja.

HEAVENLY | SUNSUN BLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang