Eps.11🐹

262 37 1
                                    

            Baru memasuki kelas, rasanya ada yang aneh sebab tidak ada suara berisik dari Yuna yang meneriaki namanya dengan semangat. lalu menarik Y/n ikut bergossip bersama siswi lain di kelas mereka.

Ini baru pertama kalinya Y/n yang menyapa Yuna. "Hai Yuna. Kau kenapa diam saja dari tadi?" Y/n menarik bangku kosong di dekat Yuna, karena bangkunya di duduki Ningning.

"Aku tidak enak badan. Katanya kemarin kau yang sakit tapi malah aku yang pingsan di uks. Dari kemarin pun, aku merasa ada yang mengikutiku. Aku jadi merasa merinding."

Ningning memijat tengkuk Yuna. "Mungkin kau harus ke paranormal. Kemarin aku juga merasa ada yang aneh dengan kau." Lalu Ningning berbisik, agar hanya bisa didengar kedua sahabatnya. "Jangan-jangan kau kesurupan."

Y/n menatap tajam Sullyoon yang ada di belakang Jisung.

"Kau hanya lelah saja habis mengurus kegiatan sekolah, kalau tidak enak badan pulang saja," ucap Y/n.

Ningning mengangguk. "Ayo aku antar ke ruang guru."

"Boleh," jawab Yuna.

Y/n dan Ningning membantu membereskan barang bawaan Yuna. Meski pun amat sangat dan benar-benar ingin ikut pulang hari ini, Y/n tertahan oleh makhluk tak kasat mata yang mengganggu dirinya entah sampai kapan.

Tak lama Ningning dan Yuna meninggalkan kelas. Jisung juga ikut keluar ruangan. Sullyoon tiba-tiba sudah berada di depan Y/n.

"Jisung pasti ke ruang musik."

Y/n mengumpat tanpa suara karena Sullyoon muncul tiba-tiba didepannya. Gadis itu mengambil bekal yang sudah disiapkannya, sebelum pergi menyusul Jisung.

"Y/n, kau bawakan makanan untukku ya?" ledek salah satu anak lelaki di kelasnya.

Y/n tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan menunjukan jari tengahnya.

Langkahnya memelan menyusul Jisung, jaga-jaga agar tidak ada yang sadar kemana dirinya pergi. Ketika dirasa lantai 2 dan 3 sudah sepi karena kebanyakan murid sudah berada di lantai 1 untuk menuju ke kantin.

Kakinya sudah berhenti di depan pintu ruang musik. Dia melihat sekelilingnya, tak ada siapa-siapa termasuk Sullyoon.

Perlahan, Y/n memutar kenop pintu. Terdengar suara piano lagi, serta Jisung yang duduk seraya menekan tuts piano dengan harmonis.

Y/n butuh memutar otak bagaimana agar dirinya tak canggung.

"Eh ternyata ada orang juga di sini?" tanya Y/n pura-pura baru sadar.

Konyol. Ya, Y/n tahu tingkahnya konyol. Sekarang malah terkesan pertemuan yang sangat tidak natural.

Jisung menghentikan permainan pianonya. Dia memperhatikan Y/n, diam sebentar hingga Y/n merasa harus berlari dari sini. "Dari tadi. Mau pakai ruangan ini?"

Y/n menggeleng cepat. "Aku memang biasanya makan di sini. Kau...mau pakai ruangan ini sendiri?"

Jisung tersenyum tipis. "Tidak kok." Jisung menarik kursi kosong di sampingnya, dan menepuk kursi itu. "Ayo duduk."

Y/n mendekati lelaki itu. Duduk di tempat yang disediakan Jisung.

"Aku kira siswi famous sepertimu lebih suka kumpul dari pada makan sendirian diruangan yang sepi." Jisung membuka obrolan lain.

"Biasanya aku makan bersama Ningning dan Yuna. Tapi mereka berdua sedang pergi."

Bohong. Y/n lebih suka keramaian dari pada berlaku layaknya orang introvert.

"Makan mu banyak juga ya sampai bawa 2 bekal begitu."

"Ini untuk Ningning, karena dia sakit jadi aku bawakan makanan."

Jisung mengernyit. "Bukannya Yuna yang sakit? Tadi sekilas aku lihat Ningning antar Yuna ke ruang guru untuk ijin pulang."

Sepertinya Y/n benar-benar harus mengubur dirinya hidup-hidup.

"Ha ha..." Y/n tertawa kaku. "By the way, dari pada kebuang. Kau mau makan?"

"Boleh." Jisung menerimanya tanpa ragu, membuka bekal tersebut setelah mengucapkan terimakasih. "Aku kira kau masak ayam goreng. Ternyata sandwich ya."

Perlahan, Y/n mencium baju seragamnya yang masih beraroma ayam goreng gosong. Gadis itu menoleh ke arah lain untuk mengumpat tanpa suara. Lalu kembali tertuju pada Jisung yang tersenyum miring seakan mengerjainya.

Polos dan menyebalkan itu beda tipis.

Y/n benar-benar yakin, pasti karena sikapnya ini Jisung percaya dengan gossip yang beredar tentang Y/n yang menyukai Jisung.

Dan jelas sekali lelaki itu sedang menggoda Y/n, yang sebenarnya tidak ada perasaan apa pun untuk Jisung.

"Enak," ucap Jisung. "Kalau bisa sering-sering saja kau tidak ikut makan bersama temanmu dan bawa 2 bekal seperti ini."

"Ayah kau 'kan chef. Pasti lebih sering makan yang lebih enak dari pada ini."

"Tapi sesekali makan sesuatu yang sederhana dan rasanya tidak banyak becampur. Lebih terasa enak," jelas Jisung. "Tapi kok kau tahu kalau ayah ku chef?"

"Obrolan anak perempuan. Sesuatu tentang lelaki tampan itu jadi topic yang hangat."

Jisung diam tak menjawab. Merasa ada yang salah, Y/n menela'ah kembali ucapannya, dan Y/n baru sadar jika secara tak sengaja dia memuji penampilan Jisung.

***

"Dia orang yang baik 'kan?"

Y/n memijit keningnya dan menatap tajam Sullyoon yang duduk di depannya. "Dari pada baik, Jisung lebih cocok di bilang menyebalkan karena sikapnya yang pura-pura polos."

Sullyoon menjentikan jari. "Itu daya tarik yang dia punya selain wajahnya."

"Kau pasti suka dengannya karena tampangnya saja," cibir Y/n. "Terserah lah aku tidak peduli, yang penting urusan kita selesai secepatnya." Y/n mengibaskan tangannya.

"Kenapa mau cepat selesai? Jisung 'kan bukan orang jahat, dia juga cukup seru untuk diajak bicara."

Y/n menganga tak percaya. "Kau gila ya? Masih bisa tanya begitu. Jelas saja aku mau cepat selesai supaya kehidupan ku berjalan normal tanpa adanya kau."

"Maaf ya aku jadi merasa tidak enak denganmu."

"Kalau merasa tidak enak kita batalkan saja kesepakatan ini."

"Kalahi begitu, aku akan menetap di bumi dan mengganggu mu terus karena urusan ku belum selesai."

"Kau..." Y/n menunjuk Sullyoon. Suaranya tertahan karena ini masih berada dalam sekolah, "dasar hantu menyusahkan!"

"Kan yang bisa melihat ku, hanya kau saja. Lagi pula bukannya bagus? Kau jadi bisa dekat sama Jisung?"

Y/n menjadi frustasi sendiri dibuatnya. "Dibilang aku tidak menyukai Jisung."

"Terus siapa yang kau suka?"

"Ada, seseorang," Y/n mengalihkan pandangan ke arah lain. "tapi bukannya masih suka. Hanya masih teringat terus sebab banyak kenangan yang indah."

"Cinta mu bertepuk sebelah tangan ya? Kasihan sekali."

Y/n mengelus dada. Sekarang Y/n mengerti kenapa Sullyoon menyukai Jisung begitu juga sebaliknya. Mereka itu hampir mirip.

Gadis itu bangun dari duduknya. Bel masuk berdering, orang-orang bisa menganggapnya aneh kalau tahu dirinya berdiam lama di gudang dengan alasan ingin mengambil barangnya yang tertinggal.

"Aku ke kelas dulu. Jangan muncul di depan ku lagi selama aku sekolah, apa lagi masuk ke tubuh Yuna atau teman-teman ku yang lain."

"Y/n, jangan lupa, besok bawa bekal lagi ya untuk Jisung."

Y/n melirik Sullyoon yang masih duduk di tempat yang sama. "Iya. Supaya aku jadi teman Jisung dan kau cepat menghilang dari muka bumi ini," ucap Y/n, sebelum keluar dari gudang sekolah.

I Want To Tell You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang