Eps.18🐹

307 45 1
                                    

Iris hijau itu melihat papan tulisan ruangan yang tak jauh darinya. Ruang musik.

Tangannya menggenggam erat dua kotak bekal yang dia bawa. Rasanya berat untuk memberikan makanan buatannya kepada Jisung setelah apa yang dibicarakan lelaki itu ke dirinya.

"Y/n!" Soobin memanggilnya. Sampai Y/n terlonjak kaget.

"Apa sih?"

"Asik bawa makanan banyak." Soobin mengambil bekal itu. Dan memakan sandwich yang dibuat Y/n. "Buatku ya."

"Iya makan saja."

Jendela ruang musik sedikit terbuka ada siluet seorang lelaki di sana. "Makan di lapangan yuk?"

"Oh oke."

Y/n mencoba memfokuskan matanya agar tidak melihat Jisung yang berada di ruang musik. Rasanya sesak untuk bertemu Jisung dulu, bahkan waktu di kelas Y/n pindah tempat duduk yang terjauh dari Jisung.

"Sudah lama sejak terakhir kali kau membuat sandwich," ucap Soobin menyadarkan Y/n dari lamunannya. "Ada orang yang kau suka lagi? Setelah Jay."

"Tidak ada."

"Bertahun-tahun kita kenal. Tidak mungkin aku tidak tahu tingkah laku mu." Soobin menyinggungkan senyum. "Jadi siapa orang yang beruntung itu setelah Jay?"

"Tidak ada, Soobin."

"Kalau tidak ada. Kenapa pandangan mu ke Jisung sama persis seperti waktu kau melihat Jay?"

Y/n diam. Dia mengusap tengkuknya yang terasa hangat karena sinar matahari siang. "Aku tidak mau bahas."

Y/n si keras kepala. Tak akan berbicara hal yang dia pendam meski sudah menjadi teman dekat. Butuh jadi orang kepercayaan Y/n agar gadis itu lebih terbuka.

Soobin merangkul Y/n. "Mau coba menghibur diri dengan ikut acara reuni tidak? Sudah lama tidak bertemu dengan teman SMP 'kan?"

Y/n mengacungkan ibujarinya. "Boleh. Aku juga ingin bertemu dengan Chenle lagi."

***

Beberapa hari menghindari Jisung. Mereka layaknya dua orang yang tidak pernah menghabiskan waktu bersama. Seolah kedekatan di ruang musik selama ini adalah bayangan semata.

Y/n selalu merindukan hal itu. Diam-diam dia selalu melewati ruang itu dengan langkah pelan, mencuri melihat bayangan Jisung dari balik gorden.

Tapi sepertinya, Jisung tak merasa demikan. Di mata Y/n lelaki itu terlihat baik-baik saja.

Mereka hampir berpapasan. Y/n mencuri padangan terhadap Jisung, lelaki itu berjalan melewatinya seraya membawa tumpukan buku tugas pelajaran seni musik. Sepertinya punya 1 kelas karena tumpukan itu banyak.

"Y/n kok tidak bantu Jisung? Kasihan itu kesusahan."

Lorong sekolah menjadi ajang untuk meledek Jisung dan Y/n, karena terlalu banyak orang Y/n sampai tidak tahu siapa orang yang pertama kali meledeknya.

Karena hal itu pula, Jisung sepertinya terlihat malu, bahkan saat berpapasan Jisung seakan mengambil jarak terjauh dari Y/n, lelaki itu tak melihat sekitar sampai menabrak tembok yang berada di tengah kaurong hingga buku yang dibawanya terjatuh semua.

Buku-buku yang terjatuh itu tepat berada di samping Y/n, tak mungkin Y/n tak membantunya meski teriakan di lorong semakin nyaring.

Seakan berharap jika Jisung dan Y/n tak sengaja mengambil buku yang sama kemudian tangan mereka bersentuhan selanjutnya akan ada adegan tatapan mata yang romantis.

Sayangnya, tak ada sama sekali.

Y/n hanya membantu merapihkan buku yang dibawa Jisung selayaknya teman tanpa ada adegan romantis.

I Want To Tell You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang