Y/n tertawa lepas. Sementara lelaki berseragam SMP di sampingnya, hanya memperhatikannya.
"Kehidupan aku di SMA benar-benar seru. Temanku gila semua, ada saja kelakuan mereka yang buatku mau lebih banyak habiskan waktu di sekolah. Kau masih ingat Soobin tidak?"
Lelaki di sampingnya itu mengangguk.
"Dia sangat membencimu lho."
Lelaki yang tadinya hanya diam saja, kini mengeluarkan suara baritonenya. "Kenapa?"
Y/n bertumpu pada lututnya yang mengenakan rok abu-abu. "Karena semenjak kau pergi. Aku menangis terus tidak bisa melupakan mu, dan dia menyalahkan kepergian mu, Jay."
Tangan kekar lelaki itu mengusap kepala Y/n. Y/n memegang erat tangan itu. Meski ini hanya mimpi, entah mengapa terasa amat nyata.
"Kalau sekarang, apa kau masih sedih karena kepergian ku?"
Y/n menggeleng.
Jay tertawa renyah. "Pasti karena kau sudah bertemu dengan lelaki yang tepat ya?"
Y/n mengedikan bahunya. "Aku belum tahu dia tepat untukku atau bukan. Tapi sekarang ini kami pacaran," ucap Y/n malu-malu.
"Dia itu lelaki yang ditakdirkan untukmu, Y/n," kata Jay meyakinkan. "Aku kan janji, aku akan bicara dengan Tuhan kalau untuk selanjutnya kau akan jatuh cinta dengan lelaki yang ditakdirkan untukmu. Dan Tuhan sudah kabulkan permintaan ku."
"Jay, aku juga berharap Jisung orang terakhir di hidup ku. Aku tidak mau kehilangan lagi."
"Kau secinta itu dengannya ya?"
"Iya."
Jay menipis jarak antara mereka. Hingga hidung mereka bersentuhan. "Aku selalu minta ke Tuhan untuk kebahagianmu, Y/n."
"Kau selalu baik padaku ya."
"Aku senang, bisa dicintai sedalam itu olehmu. Kau memang layak dapat lelaki sebaik Jisung. Tolong titip salam buat dia. Pesan ku ke dia, aku minta dia harus menjagamu baik-baik."
Y/n mengangguk.
"Y/n aku boleh benar-benar pergi sekarang?"
Y/n pun memeluk Jay. "Iya Jay. Boleh."
"Y/n. Aku minta satu hal. Aku mau dengar kau bilang cinta padaku lagi."
"Jay. Aku mencintaimu. Doa ku, semoga kau bisa beristirahat dengan tenang di sana ya. Oh iya, kalau di sana bertemu Sullyoon. Tolong bilang ke dia. Aku dan Jisung baik-baik saja."
Jay melepas pelukan Y/n. "Kau pasti bisa hidup tenang sekarang. Karena pengelihatan mu akan normal seperti sebelumnya. Selamat tinggal, Y/n."
***
"Y/n! Y/n! Y/N!"
Y/n terlonjak kaget ketika diteriaki oleh Yuna tepat di samping telinganya.
Ketika dia masih setengah sadar. Orang di sekelilingnya memandangnya khawatir. Jisung yang memegang tangan Y/n dengan kedua tangannya. Yuna dan Ningning yang matanya sudah memerah menatap Y/n. Juga Soobin dan Haechan yang menunggu persis kaki ranjang uks yang Y/n duduki.
"Kenapa kalian keliatan panik?" tanya Y/n.
"Kau pingsang tadi," jawab Yuna. "Saat upacara kau pingsan lalu waktu di bawa ke uks kau tiba-tiba menangis."
Y/n menyentuh sudut matanya. Ah benar ada air mata di sana.
"Kau baik-baik saja, Y/n?"
Y/n menoleh. Jisung sedang menatapnya dalam. Iris biru yang amat Y/n sukai, dari orang yang membuat hidupnya jadi lebih berwarna sejak kematian Jay.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want To Tell You✔
FanfictionFirst Love Series Book 1 Teen fiction, School Life, Fantasy, Horror, Romance. "Bantu aku menyatakan perasaan padanya. Dan aku janji, tidak akan mengganggu mu lagi." Y/n si gadis indigo yang terjebak permintaan konyol Sullyoon si arwah penasaran yan...