assistant

919 64 6
                                    

Srek! Srek

Suara gesekan kertas yang bersahutan membuat ribut dalam suasana hening di ruangan itu. Di antara kedua orang tersebut tidak ada satupun dari mereka yang hendak membuka suara. Hal tersebut tentu jelas membuat gadis yang sedari tadi berdiri di sebelah pemimpin menjadi canggung. Ia menoleh pada pemimpin tersebut sesekali menggerakkan kakinya yang mulai pegal.

Nyutt!

'sial! Kakiku kesemutan,' batin Jisoo panik sambil menekuk kakinya sedikit lebih rendah. Ia tidak terbiasa berdiri di satu tempat lebih dari 3 jam, sungguh menyiksa bagi Jisoo yang harus berdiri tegak atas dasar suruhan Jennie.

"Jisoo?," tanya Jennie menyadari perubahan gestur tubuh Anggota barunya tersebut. Ia melirik gadis itu yang gelagapan kembali pada posisi awal dan menetralkan wajahnya.

"Ada apa nyonya?," tanya Jisoo dengan nada tenang tanpa menoleh pada Jennie yang sedang menatapnya intens.

Jennie menaruh berkas kertas di tangannya ke atas meja dan maminkan jemarinya di tumpukan tersebut. Manik kucingnya menelaah setiap wajah Jisoo yang semakin dekat, semakin membuatnya tertarik.

'kau telah berubah banyak ya,' batin Jennie melihat sifat Jisoo beberapa waktu silam saat pertama kalinya ia bertemu dengan gadis tersebut jelas sosok yang menyebalkan dan energik. Kini menjadi sosok yang terlihat tegas dan aura dewasa semakin terpancar di sekitarnya.

'namun ekspresi tersebut jelas tidak bertahan lama jika kau berada di ranjang sayang,' batin Jennie menyeringai kecil memikirkan hal tersebut sambil menatap wajah Jisoo.

"Nyonya?," panggilan Jisoo membuyarkan lamunan Jennie yang menatapnya sedari tadi.

Gadis itu menatap bingung Jennie yang terlihat aneh pergerakan nya, sosoknya tidak jauh beda saat ia pertama kali bertemu. Hanya saja ia tidak menyangka bahwa Jennie masuk ke dunia kriminal seperti ini, ia ingin menanyakan soal kabar wanita itu. Namun ia sadar bahwa sekarang Jennie menjadi musuhnya, musuh yang harus di mata-matai.

"Ekhem," Jennie berdehem. Manik kucingnya melirik berkas di hadapannya sembari berkata,"apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Mengapa kau terasa familiar? Bahkan suara mu terdengar tidak asing?."

Jelas itu pertanyaan bodoh bagi Jennie namun itulah pembuka yang terbaik baginya saat bertemu teman lama. Bukankah begitu?.

"Pardon?," tanya Jisoo bingung. Jennie awalnya cukup tertegun mendengar jawaban Jisoo, namun ia kembali menetralkan ekspresinya, dan hal itu dapat dilihat oleh Jisoo sekilas.

Meski di benaknya ia henda menjawab pertanyaan yang sama pada wanita di hadapannya ini, namun otaknya berisi keras untuk menahannya. Ada sepucuk rasa rindu ingi. Kembali mengajak wanita ini bermain seperti dulu.

"Tidak... lupakan. Kurasa aku salah orang," ucap jennie cepat dan di balas oleh Jisoo dengan anggukan paham.

Suasana kembali hening lagi. Selama beberapa saat, itu membuat Jisoo sedikit tidak nyaman. Pikirannya menjadi kalut.mengingat pertanyaan Jennie yang membuatnya kaget bukan main dalam hati, Jennie mengetahui dirinya? Apakah berbahaya? Apakah identitas nya terbongkar?.

Gadis itu takut jika misi ini gagal dan menjadi sebuah bencana besar yang mungkin bisa saja menjad masalah yang bertimbun. Jikalau Jennie mengetahui identitasnya, ia yakin bahwa wanita itu akan membunuhnya saat ini juga serta perekonomian negara Korea Selatan menjadi tidak stabil yang akan selalu di hantui oleh bayang-bayang mafia ini.

"Duduk," perintah Jennie yang membuat Jisoo cukup tersadar.

"Baik nyonya," ucap Jisoo sebelum akhirnya berencana duduk di kursi tamu panjang satu-satunya di ruangan Jennie. Namun sebuah tangan wanita itu menahan blanzernya hingga membuat langkah terhenti.

OBEY ME PUPPY (OMP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang