sad

570 42 0
                                    

cekrekk...

"tada imaa."

Jisoo membuka pintu apertemen perlahan lalu menutupnya, Irene yang sedari tadi berada di sofa seketika bangun dan menghampiri Jisoo dengan nada khawatir.

"kenapa kau pulang larut malam huh. apakah mafia itu menahanmu? kau tidak papa," tuturan pertanyaan Irene berjejer dilemparkan pada Jisoo. namun jawaban gadis itu hanya diam, seolah tidak berminat menjawab pertanyaan tersebut. ia hanya berdehem dan berjalan melewati Irene.

Irene yang merasa dirinya terabaikan mulai kesal. bagaimana tidak? hampir seharian ia kalang kabut menelepon Semua orang untuk menanyakan kabar kekasihnya, namun kenapa ia seperti bodo amat. apakah perjuangannya sia-sia saja menghawatirkan dirinya.

grepp

Irene mencengram lengan kanan jisoo dengan kuat hingga Jisoo berbalik dan meringis kesakitan takala cengkraman itu di paksa putar agar ia menatap Irene. terpaksa Jisoo menatapnya. terlihat wajah irene yang muram sembari menunduk.

"lepaskan aku irene," ucap jisoo tajam. ia kelelahan setengah mati selama bekerja, sedangkan saat pulang kini harus berhadapan dengan urusan wanita ini.

"aku selalu terpikir akan hal ini sayang. selama ini kelakuanmu selalu menolakku, bahkan kau tidak mau memanggilku mesra seperti dulu lagi, kecuali di luar ruangan. apa kau... marah padaku?," ucap Irene berat. Jisoo tertegun mendengarnya, perasaan kesal dan nyeri menyeruak kedalam dadanya mendengar ucapan Irene. apa selama ini sosok di depannya ini tidak sadar akan kelakuannya yang kasar padanya?! sial.

"ya," jawaban singkat itu membuat Iren mendongak menatap Jisoo nanar. ia melepaskan cengkaraman lalu berbalik menahan kedua bahu gadis itu agar tubuhnya menatap dirinya.

"jelaskan kenapa?! apa salahku?!. jika aku bersalah, maafkan aku sayang. aku tida tahu akan hal ini," ucapan Irene membuat Jisoo semakin sesak mendengarnya. bayangan akan kekasih di hadapannya ini yang suka berada dalam hubungan buruk yang tidak wajar ini membuatnya muak.

mengingat dirinya selalu merasa dilecehkan, sifat pencemburunya yang tidak wajar, bahkan sifat kasarnya membuat Jisoo merinding tanpa sadar. gadis itu tertawa hambar meratapi nasibnya, ia lelah dengan semua ini, apalagi saat mendengar bahwa irene minta maaf dengan mudahnya pada dirinya. entah kekuatan darimana yang ia dapatkan, Jisoo mendorong Irene hingga wanita itu terjungkal kebelakang.

"bertanyalah pada dirimu sendiri," jawaban final jisoo sebelum akhirnya ia pergi kekamarnya, meinggalkan Irene sendirian termenung mengutuk dirinya yang baru menyadari bahwa dirinya salah disini.

Wanita itu terdiam kaku layaknya patung, keterkejutan nya cukup terlihat dari ekspresi yang di ukir pada wajah cantik itu. Hatinya masih merasakan kecewa dan amarah yang belum reda, membuat ia merasa sesak hingga mengambil nafas saja terasa sangat berat. Ia berjalan gontai menuju sofa yang sebelumnya ia tempati, sembari terduduk lemah Irene memikirkan kesalahannya.

 ia sama sekali tidak merasa bahwa ia memiliki salah pada Jisoo, di mana letak kesalahnnya?. Sebagai seorang kekasih ia selalu menjaga Jisoo dengan baik dan menurutnya caranya sudah benar. wajar saja jika sesekali ia merasa cemburu, kan?

 namun ekspresi jisoo terakhir, membuatnya kembali bertanya-tanya pada dirinya sendiri. tatapan teduh yang selama ini membuat Irene candu kini ia sadari bahwa di dalam sana hanya ada ketakutan dan tekanan. 

Irene menjambak rambutnya frustasi, ia meraung berat. melepaskan rasa menyakitkan dalam pikirannya, meski terasa menyakitkan, namun ia tidak ingin perasaan ini bersarang terus-menerus dalam benaknya. pikirannya dipenuhi dua kata saja saat ini. 

apa salahku?


tidak berbeda jauh dengan Jisoo yang kini menatap layar ponselnya dengan merenung. di sana terlihat momen kebersamaan mereka ketika saat foto itu di ambil pertama kali mereka berkencan. tampak wajah bahagia di antara mereka, terlihat tulus satu sama lain. Jisoo terpaku pada wajah Irene yang terlihat sangat bahagia di sana. 

OBEY ME PUPPY (OMP)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang