HAPPY READING ♡
• • •
.
.
.
Ini hanya cerita seorang anak sulung yang selalu menanggung semuanya sendirian. Di dalam kehidupannya, ia bukan tak mendapat kasih sayang, ia hanya tak mendapat keadilan. Di saat dunia mengujinya, dirinya selalu hanya seorang diri, tak ada teman, sahabat, ataupun keluarga. Entahlah, mungkin karena ia selalu menyelesaikan masalahnya sendirian, kini ia terbiasa hidup dengan dirinya sendiri.
Apa keluarganya tahu bagaimana dirinya sekarang? Apa adik-adiknya pernah memikirkan posisi dirinya selama ini? Apa pernah orang-orang disekitarnya memperdulikan dirinya? Semua jawabannya tidak. Hanya tidak dan selalu tidak. Entah kapan jawaban itu akan berubah.
Entah bagaimana mentalnya sekarang, ia hanya menjalani kehidupannya yang selalu di atur tanpa ada keinginan. Pikirnya, jika ia memiliki keinginan, lebih baik dirinya cepat-cepat membuang hal itu.
Hanya kamar yang menjadi saksinya menangis, sebuah bantal yang menjadi tampungan air matanya saat ia menangis, dan tubuhnya sendiri yang menjadi sandaran saat ia menangis.
Dirinya pernah mendengar, gila di dunia yang gila itu normal. Dan hal itu benar, ini normal baginya. Merasa gila dengan hidup di dalam dunia yang sangat gila, itu hal yang wajar.
Cerita ini, menceritakan seorang gadis bernama Ayana. Ia bukan anak dari keluarga terpandang, bukan juga anak dari keluarga kaya raya juga. Ia hanya anak dari seorang karyawan biasa di kantornya. Tak ada jalan-jalan, tak ada belanja, tak ada bermain-main dan pergi bersama teman, bahkan tak ada banyak teman juga.
Hidup menjadi anak pertama bukan lah hal gampang. Anak pertama diluaran sana juga pasti berpikir bahwa ini bukanlah hal yang patut dibanggakan juga. Jika anak kedua berkata dirinya lebih sengsara karena selalu menjadi pengganti anak pertama, apa kabar dengan anak pertama yang selalu dijadikan tempat membuang masalah kedua orang tuanya. Jika anak ketiga berkata dirinya tidak mendapatkan apa yang kakaknya dapatkan, apa kabar anak pertama yang hidup di usia kecil ya tidak mendapatkan apa yang anak ketiga dapatkan.
Tapi itu tergantung bagaimana lingkungan dan cara berpikir kalian terhadap hal seperti ini. Mungkin banyak anak tengah, atau anak bungsu yang kurang setuju dengan ini semua. Namun di sini, pemeran utamanya adalah Ayana di anak sulung.
Itu semua pasti pernah terjadi, atau bahkan terbesit dipikiran para anak yang selalu memikirkan masalahnya sendiri. Tapi mungkin sebagian anak pertama tidak, mereka selalu memikirkan keluarganya, masalah dalam keluarganya, masalah kedua orang tuanya, masalah adik-adiknya, bahkan mungkin permasalah ekonomi juga.
Beban anak pertama itu berat, tapi anak terakhir harapan terkahir orang tua. Kalimat yang selalu didebatkan oleh anak pertama dan anak bungsu, itu memang benar. Tapi bagaimana jika anak pertama mengorbankan pendidikannya hanya untuk adik-adiknya agar bisa bersekolah tinggi, mengangkat derajat keluarganya dan dengan gampangnya dia membuang semua impian yang sejak kecil ia harapkan. Itu tidak mudah bukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
AYANA
General Fiction"Maaf siapa?" "Angkasa." • • • Sedikit cerita tentang bagaimana seorang gadis yang memiliki prinsip untuk tidak berhubungan dengan lelaki manapun. Tapi prinsip itu dihancurkan oleh seorang lelaki bernama Angkasa yang berusaha untuk masuk ke dalam...