CHAPTER XI ║ Gila

264 13 0
                                        

HAPPY READING ♡

• • •

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Angkasa, gue cuman mau bilang, takdir ga ada yang tahu. Jangan lo nungguin gue terus, gue takut kalo itu semua, usaha lo semua bakal sia-sia. Gimana kalo kita ngga-"

"Kaya yang lo bilang, takdir ga ada yang tahu. Kenapa lo terus berasumsi?!"

Ayana yang terlihat pasrah tanpa perlawanan ini terlihat cukup buruk bagi Angkasa. Ayana selalu bersikap seperti ini, terlalu realistis dan tidak mau berharap.

Ini semua sudah Angkasa perhitungkan, apalagi setelah dirinya mendengar bagaimana pola pikir Ayana dari Raina waktu itu. Ayana bersikap seolah tidak mau berharap, padahal dirinya banyak takut dengan harapannya yang mungkin nanti malah berakhir menyakitkan. Angkasa mengerti ketakutan itu.

"Karna hampir sebagian besar, apa yang gue pikirin itu bener semua. Gue udah mulai nyaman sama kehadiran lo, tapi gue ga percaya kalo lo bilang lo bakal terus sama gue kaya yang lo bilang tadi. Gue ga percaya itu semua, siapapun yang bilang kaya gitu. Seratus persen gue ga percaya... Semua manusia bisa berubah kapan aja. Bisa aja sebelum gue lulus SMA lo udah pergi, kan? Ga ada yang tahu... Jadi lo jangan terlalu berharap dulu sama gue."

Ayana mengatakan hal itu dengan kepercayaan dirinya yang tinggi. Ia tidak malu untuk mengatakan hal seperti ini. Karena Ayana sudah tahu, apa maksud Angkasa hadir dalam kehidupannya. Maka dari itu ia berani berkata demikian.

Tapi berbeda dengan angkasa yang selalu berpikir positif saat berhadapan dengan pola pikir Ayana yang keras seperti ini. "Gue percaya. Kalo kita ga akan kaya gitu."

"Okey, gue terima lo." Tanpa pikir panjang, Ayana mengatakan kalimat itu dengan mudah. Sontak Angkasa menatap Ayana dengan menegakan tubuhnya. Berpikir Ayana menerima perasaannya.

"Kenapa? Gue bukan nerima soal yang lo pikirin. Gue nerima lo, dan mungkin lo akan jadi orang yang sering gue hubungin setelah ini. Gue ga akan nyangkal kalo gue nyaman sama lo. Tapi gue bakal terus ngawasin sikap lo sama gue." Ayana menatap tajam Angkasa kali ini. Berharap Angkasa tidak akan melakukan hal-hal yang mungkin akan menyakitinya nanti.

"Sebenernya gue geli ngomong kaya gini. Tapi jujur gue udah nyaman sama lo. Kehadiran lo yang selau ada bikin gue terbiasa dengan itu semua. Makanya kemarin gue marah sama lo, padahal waltu itu kita deket cuma beberapa hari... Tapi kalo pun lo ngilang tiba-tiba setelah ini atau ga lama dari hari ini gue ga aneh sih, hampir semuanya juga kaya gitu. Jadi jangan bosen sama gue. Dan bilang kalo lo mau pergi. Tolong!" Kali ini Ayana menundukan kepalanya saat berkata seperti tadi. Ia tak mau lagi kecewa karena menaruh harapan pada ucapan seseorang.

AYANA' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang