CHAPTER XVIII ║ Effort

95 5 0
                                    

HAPPY READING ♡
• • •

HAPPY READING ♡• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Makasih... Buat jalan-jalan yang kali ini aku puas banget." Ucap Ayana. Keduanya sudah kembali ke rumah Ayana. Tinggal menunggu Angkasa pergi untuk pulang.

"Sama-sama, tapi lain kali jangan bilang makasih terus." Ada apa dengan perkataannya itu? Tentu jika sudah diberi sesuatu bukankah harus berterimakasih? Pikir Ayana.

"Thanks."

"Hahaha... Iya. Aku pergi dulu." Dan seperti biasa, mungkin ini jadi kebiasaan Angkasa. Tangan Angkasa terangkat dan mendarat di atas kepala Ayana. Terasa usapan kecil di kepalanya, kembali membuat Ayana menahan senyuman. Dan itu selalu Angkasa lihat, setiap kali.

Itu membuatnya gemas sendiri melihat Ayana menahan senyumnya.

Masker yang Ayana pakai, benda itu sudah sejak tadi ia lepaskan. Sebenarnya benda itu tidak terlalu berguna untuk perjalanannya kali ini. Benda itu hanya dipakai saat Ayana melangkahkan kaki ke luar rumah hingga di tengah perjalanan Ayana turunkan hingga dagunya untuk menikmati semilir angin.

"Hati-hati." Setelah itu, Angkasa langsung melajukan motornya dan pergi dari tempat itu. Senang. Itu yang Ayana rasakan sekarang. Yahhh... Meski kepalanya penuh dengan suara-suara yang terus membuat suasana hatinya rusak. Tapi kali ini Ayana senang, setidaknya untuk beberapa saat ini.

.

.

.

Beberapa hari sejak itu, Ayana kembali mendapat pesan dari salah satu temannya, Raina.

Raina mengajaknya untuk pergi menonton pertandingan basket yang diselenggarakan di luar sekolah setelah waktu sekolah selesai. Dan tentu hal itu sempat Ayana tolak karena rasa malasnya mulai menguasai dirinya hari itu.

Tapi dengan segala macam paksaan yang Raina lakukan, akhirnya Raina mematahkan segala alasan yang Ayana katakan. Mulai dari alasannya yang hanya ingin beristirahat hingga tidak adanya kendaraan yang Ayana miliki. Raina menghadapi itu semua dengan semangat. Entah apa alasan gadis itu terus memaksanya untuk ikut bersamanya agar menonton pertandingan yang tidak pernah menarik bagi Ayana.

Menonton pertandingan bukanlah hobi atau hal yang ayana sukai. Menurutnya, melakukan hal seperti itu cukup menguras social energy nya. Belum lagi waktunya yang tersita banyak.

Dan tak lama, Ayana kembali mendapat pesan dari lelaki yang akhir-akhir ini selalu ada didekatnya. Lelaki itu mengingatkannya untuk datang ke pertandingannya besok. Sepertinya, ada kedekatan lain diantara Raina dengan Angkasa. Mereka berdua selalu menghubunginya secara bersamaan dalam hal seperti ini. Terkadang itu membuat Ayana sedikit jengkel dengan kedekatan mereka berdua yang diam-diam serih merencanakan sesuatu dibelakang Ayana yang berakhir Ayana selalu ditarik untuk terlibat.

AYANA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang