2. Sialan

4.1K 427 53
                                    

Harry harus mulai terbiasa, ketika rumahnya dihuni oleh makhluk jadi-jadian diluar nalar. Voldemort, bisa-bisanya dia tidak sadar jika anak yang telah dirinya tolong adalah jelmaan dari pria ular itu.

Ingin menangis dan meraung, ketika mengetahui bahwa pria itu sangatlah cabul, benar-benar cabul. Harry sudah berkali-kali berteriak untuk hari ini, ketika pria itu terus meraba pantatnya di banyak kesempatan.

"Bisakah kau menyingkirkan tangan cabulmu?!" Harry menatap Voldemort dengan tajam, menyebalkan sekali.

"Hmm, sayangnya tidak." Pria itu menyeringai, terlihat tampan tapi mengerikan juga.

"Segeralah memasak, aku sudah lapar Mama..."

"Arrgghhh!!!" Menahan jeritannya, ejekan itu membuat Harry semakin marah dan frustasi.

"Syuttt, kau bisa membuat Ted terbangun." Liriknya tertuju pada Ted yang tertidur di atas bouncer.

"Sialan..." Bisiknya semakin kesal.

Tangannya yang lentik semakin mengaduk adonan pancake dengan cepat, melampiaskan rasa amarahanya kedalam adonan yang tidak bersalah. Jika disini ada racun, mungkin Harry akan meletakkannya kedalam adonan, atau setidaknya dia harus ingat untuk membeli racun saat pergi ke Diagon Alley nanti.

Mau sampai kapan pria itu tinggal di rumahnya, bisa-bisanya dia mengadopsi seorang pria dewasa.

"Pikiranmu sayang, tolong dijaga. Aku bisa membacanya."

Harry menatap Voldemort dengan pelototan, pria itu menggunakan Legillimens padanya sejak tadi.

"Kalau begitu, turunkan tangan cabulmu dari pantatku, sialan!" Dia bahkan sudah berani membentak pria dihadapannya. "Aku bahkan tidak bisa mengaduk adonan dengan benar."

Terus menggerutu, bibirnya tampak seperti ikan cupang dalam akuarium rumahnya.

"Perhatikan cara bicaramu." Okey, agaknya Voldemort tersinggung dengan bentakan itu, tidak pernah ada yang berani membentaknya.

"Presetan dengan cara bicara!"

Dirinya yakin, akan segera cepat mati muda jika pria cabul itu terus berada di dekatnya, Harry yakin 100% akan gak tersebut.

Voldemort terlihat memutar bola matanya malas, membaca pikiran Harry Potter sungguh konyol menurutnya.
.
.
.
.

Itu dimulai sejak 3 hari yang lalu, saat dirinya terbangun dan menyadari jika kejadian yang di alaminya bukanlah mimpi belaka. Ketika melihat melihat Tom kecil yang imut dan lucu berubah menjadi pria dewasa dengan penis besar di selangkangannya.

Ekhemm, Harry tidak bisa melupakan bayang-bayang hari itu, ketika mengingatnya dia jadi malu sendiri.

Tapi yang lebih menyebalkan dari hal tersebut adalah, Tom kecil yang berubah mengaku sebagai Voldemort. Tentu saja Harry hampir terkena serangan jantung akan hal itu.

Ini adalah kesalahannya sendiri, kenapa tidak mencari asal usul Tom dengan jelas, bukan karena rasa kasihan malah langsung mengadopsinya, jadi-kan dirinya terkena sial.

Ingin menangis dan menjerit, melampiaskan kekesalannya, ketika Voldemort ternyata adalah pria cabul yang memiliki nafsu besar. Harry takkan pernah lupa bagaimana pria itu dengan cabul selalu mencari kesempatan untuk memainkan pantatnya, atau menggoda titik sensitifnya, itu sangatlah mengerikan.

Dia ingin melawan, tapi Voldemort menyita tongkat sihirnya bahkan mengancam akan memperkosanya jika dia memberitahu Ordo Phoenix bahwa Voldemort tinggal di rumahnya, menakutkan! Harry tidak ingin lubang keperawanannya direnggut oleh kakek tua—meskipun pria itu masih terlihat tampan dengan perawakan 25.

Cute Papa HawwyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang