Epilog I

2.5K 246 26
                                    

Tubuhnya meringkuk diatas sofa, sementara wajahnya dengan sengaja ditutupi oleh bantal dan dihalangi kedua tangan. Nampak terlihat sengsara, dibalik bantal itu dia meringis serasa ingin menangis.

Suara tawa keras diluar sana saling bersahutan, sebagaimana cerianya masa kanak-kanak 2 orang bocah cilik yang terlalu hyper aktiv. Tom nampak sengsara, mengasuh kedua anaknya yang tidak bisa diam. Berharap menunggu Istri kesayangannya segera datang dia sudah tidak tahan lagi.

"Ahahahaha–"

"Hihihi... Alatair kejar aku!"

2 bocah itu saling mengejar satu sama lain, sementara Ted duduk tenang membaca bukunya.

"Aaaaa— tidak kena!" Lunar menjerit senang saat berhasil menghindar dari kembarannya. "Ayo kejar aku, bwleee!" Suaranya yang cempreng nampak nyaring.

Keduanya berlari di ruang keluarga, Lunar dengan sengaja menaiki sofa dimana Ayahnya tidur meringkuk dengan cara meloncat keras, dan—

"Aaarrgghhhh!" Tom berteriak kesakitan saat Lunar menginjak tepat di daerah burungnya. Wajah tampan itu meringis, sementara tangannya menahan penis yang berdenyut sakit.

"Father maaf, aku tidak sengaja!" Meskipun begitu, tidak ada rasa bersalah pada wajahnya.

"Lunar, hati-hati!" Bentaknya kesal, Tom terlihat ingin menangis.

Altair tertawa melihat ayahnya yang nampak lucu, dua bocah kecil itu sudah terbiasa mengusili ayahnya sampai kesal.

"Lunar, ayo kita bermain di atas."

"Kamar kalian sudah di bereskan, jangan mengacaknya kembali!" Tom berteriak, melihat kedua anaknya yang mulai pergi. Menjadi ayah sungguh tantangan terberat, lama-lama bisa darah tinggi juga.

Suara bantingan mainan dari lantai atas mulai terdengar, Tom mengusap dadanya pelan. Lalu segera mengikuti keduanya menuju lantai atas. Takut jika mereka berbuat onar kembali dan mengacak kamar, bisa-bisa Harry marah saat pulang nanti dan dia semakin stress kena omel.

"Hei!" Tom terkejut saat menemukan mainan yang sudah berserakan. "Bereskan kembali!"

"Nanti, setelah kami puas bermain." Lunar sibuk mengeluarkan semua isi keranjang mainannya.

"Mama kalian bisa marah!"

"Tidak, Mama tidak akan memarahi kami yang lucu."

"Tentu saja kalian tidak, tapi aku yang kena."

"Father takut dengan Mama? Bagus... Aku akan mengadu tentang yang tadi." Altair menyeringai kecil.

"Apa? Mengadu apa?" Jika ini film kartun, mungkin sudah ada keringat sebesar biji jagung di dahi Tom.

"Kau..." Tunjuknya tidak sopan. "Memukul pantat kami, tadi."

"Itu karena kalian nakal." Suaranya semakin terdengar kesal, menahan untuk tidak menarik telinga keduanya.

"Aaa-aah.... Mama harus tau." Ejekan demi ejekan Lunar keluarkan, senang sekali melihat ayahnya mengamuk.

"Altair, Lunar..." Ancamnya kesal.

"Apa? Memangnya kami kenapa?" Wajah polosnya sangat menyebalkan.

'Sial, anak-anak kurang ajar.' Tom menggigit bibir, menahan makian dalam hatinya. Ingat Tom! Mereka berdua, bocah ingusan itu adalah hasil bibit sempurna milikmu.

"Anak-anak, kalian dimana?" Suara teriakan dari ruang bawah terdengar. "Sayang?"

"Itu Mama yang datang." Altair segera berlari terlebih dahulu, lau Tom mengikuti mereka berdua setelahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cute Papa HawwyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang