04. JALAN JALAN

850 55 13
                                    

Suasana malam yang sepi. Di hiasi oleh tebaran para bintang di langit gelap. Sinar rembulan yang bercahaya menerangi malam sunyi itu. Suasana yang begitu tenang, mendengar suara canda tawa di setiap sisi maupun depan rumah masa kecilnya. Suasana yang pas untuk menyendiri dan menenangkan pikiran sejenak.

Suara siulan terdengar dari atas balkon rumah keluarga berdarah Jerman. Seorang gadis dengan rambut dwiwarnanya terurai cantik tertiup oleh angin malam nan dingin.

Kepulan asap rokok berhembus dari mulut kecilnya. Dengan iris biru bagaikan langit di siang hari menatap ke arah dimana bintang bintang bertebaran berada.

Dua jarinya menjepit batang nikotin yang telah ia hisap sedari tadi, entah berapa batang yang telah ia hisap untuk menyiksa organ pernapasan nya.

Alunan lagu bernada rendah yang terdengar dari dalam kamarnya, menambah suasana kegalauan si gadis malam ini.

"Hadeh.. gimana kalau gue gak balik lagi jadi cowok? Masa nanti gue ngerasain tubuh gue di grepe grepe sama cowok yang titidnya lebih kecil dari milik gue?! Dimana harga diri gue bjir?!" Ocehan demi ocehan keluar dari lisan sang gadis sebari menatap ke arah para bintang yang berada di atas jauh dirinya.

"Gue harus ngelakuin apa agar kutukan keparat ini di cabut ?! Tuhan! Lo pasti liat gue kan?! Gue tau gue salah, tapi kenapa harus gini balasannya sih. Apa enaknya jadi cewek, gue harus ngelayanin cowok gitu? Nyerahin diri gue sepenuhnya buat ngurus dia gitu? Gue harus siap buat di kekang hah?! Anying dah"

Sang gadis memuntahkan segala kekesalannya, mengadukan luapan isi hatinya kepada sang pencipta. Ia masih belum menyadari dan paham apa yang Tuhan inginkan darinya—mana ngomongnya kaga sopan lagi.

"Bangsat gue bener bener muak. Apa gue resign aja dari umat tuhan ya? Umatnya kan masih banyak, ngurang satu gak ngaruh wir. Enggak deng yang ada karma gue makin parah—"

Brum..

Perkataannya terpotong ketika suara deru mesin terdengar di pendengaran si gadis. Pandangannya beralih ke asal suara tersebut. Dapat ia lihat mobil hitam keluaran terbaru masuk ke pekarangan rumah besarnya.

Sosok pria yang kira kira sudah berkepala empat keluar dari mobil hitam tersebut. Dengan di sambut ramah oleh nyonya rumah keluarga berdarah Jerman itu. Senyum manis di keduanya terus tercetak di wajah menawan mereka berdua.

Sang pria mencium kening si nyonya dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta, menggambarkan keromantisan mereka tidak akan ada akhirnya sampai kapanpun.

Namun,  dimata si gadis yang sedang melihat keharmonisan sepasang kekasih itu hanya menatap datar dari atas sana dengan dagunya ia topang menggunakan tangan kanannya.

"So sweet bingit emak bapak gue, beda ama anaknya yang suka gunta ganti pasangan gini" si gadis mendengus kesal dan berlalu pergi kedalam kamarnya. Sudahlah, ia sudah muak dengan segala sesuatu yang berbau dengan asmara.

✂-------

Dua pasang kaki memasuki kediaman mewah mereka. Wanita yang menjadi pasangan seumur hidup si pria menggandeng tangan kekar milik suaminya. Wajah dengan senyum yang terus merekah terus tercetak di wajah istrinya, yang membuat sang suami terheran heran dengan  sikap istrinya malam ini.

"Hari ini mama kayanya lagi seneng banget ya? Ada apa nih, cerita dong sama papa"

"Iya! Mama lagi seneng hari ini, seneng banget malahan. Mama jamin, nanti papa pasti akan kaget deh" si istri terkekeh dan menatap pria di sampingnya yang masih dengan tatapan heran ke arahnya.

CHANGE [Michael Kaiser]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang