PETARUNG HYPOSTATIS

2 1 0
                                    

Suasana lenggang sejenak.
“Kerja bagus telah membuat orang ini kehilangan konsentrasinya Gan.”
“Sisanya serahkan kepadaku.” Ka Mila tersenyum sambil mengacungkan jempolnya kepadaku.
“Cih padahal sedikit lagi aku bisa melenyapkannya.” Sosok berjubah hitam menggeram kesal.
“Sungguh... Kamu sudah kelewatan! Ryper!” Ka Mila berseru lantang.
“Heh, memangnya aku mau memberi ampun?”
Pertarungan kembali berlanjut.
Ka Mila memasang kuda-kuda berpedangnya, tangan kanannya siap mengeluarkan katana dari selongsong. Pupil mata ka Mila berubah warna menjadi biru, rambut hitam lurusnya terurai kemana mana, ia siap menyerang kapan saja. Sosok berjubah hitam mengepal kedua tangannya, jubah hitamnya terurai kemana-mana karena angin. Kemudian ia menepak kedua telapak tangannya satu sama lain.
“Teknik Regis... PULVIS GOLEMS!!!” Sosok berjubah hitam berteriak Lantang, seketika butiran debu yang berserakan baik yang berada di- udara maupun tanah berkumpul menjadi satu Golem pasir.
WUSSHH
Dengan cepatnya Golem Pasir terbentuk. Tingginya lima belas meter, mukanya menyeramkan. Kedua bola matanya merah, bertelinga seperti kucing, mulutnya tidak beraturan zig-zag. Kedua Lengannya panjang, masing-masing lengan memiliki lima jari yang sangat runcing. Badannya besar, kakinya pendek.
“RAAARGH!” Golem pasir berteriak dengan suara yang menggema.
“GAWAT, KALO SAMPAI PUBLIK MENGETAHUI INI-”
WUSHH
“Serahkan padaku! Teknik Hypostatis, IGNIS OBICE!” Tiba-tiba seorang anak kecil berlari menembus kepulan debu yang tersisa dari puing-puing bangunan, kemudian dia membanting tangannya ke tanah tidak jauh dari posisi Ka Mila berdiri dan wushh api beradius sekitar seratus meter muncul melingkari pertarungan seolah terjadi kebakaran.
“Ohh Mika!” Ka Mila seketika berhenti melakukan konsentrasinya.
“Halo Mila, lama tidak bertemu” Seorang anak kecil menyapa balik Ka Mila.
“Mika, tolong jaga tiga orang disana! Kucing satu ini biar aku yang hadapi!” Ka Mila menunjuk ke arah kami bertiga yang sedang terkapar babak belur.
“Tidak masalah, lanjutkan pertarunganmu.” Anak kecil itu berlari menghampiriku yang masih terjaga.
“Hey, bagaimana keadaanmu?” Seorang anak laki-laki berambut putih, tingginya kurang lebih seratus dua puluh sentimeter, berdiri lalu jongkok di depan kami bertiga yang tengah bersandar di puing-puing bangunan.
“Yahh seperti yang kau lihat, aku masih bisa terjaga. Sedangkan dua- orang ini... Sepertinya pingsan”
“Tenang saja, aku ada di pihak kalian. Teknik Hypostatis, Ignis Scutum...” Seketika tubuh kami di lapisi oleh lapisan api merah transparan berbentuk balok. Saat aku berada di dalam perisai ini, aku mulai merasakan bagian badan yang terasa nyeri mulai pulih, terutama kaki- kananku yang sakitnya luar biasa, mulai bisa digerakkan.
“Siapa kamu?” Aku bertanya.
“Aku akan menjelaskannya nanti, sekarang biarkan aku fokus memulihkan kalian bertiga” Anak itu duduk sambil mengepalkan kedua lengannya menjadi satu.
“Baiklah...” Aku melemaskan seluruh bagian badanku agar mendapatkan pemulihan. Entah apa sebenarnya yang terjadi disini. Cepat atau lambat, aku akan mengetahuinya.
Sementara itu pertarungan kembali berlanjut.
Ka Mila kembali memasang kuda-kuda dihadapan Golem pasir buatan Sosok berjubah hitam.
“Kamu sudah terperangkap, menyerahlah!” Ka Mila berseru
“MENYERAH HANYA UNTUK ORANG LEMAH! TEKNIK REGIS! HARENAE FLUCTUS IMPACTUM!”
“RAARGHH!!!” BLARR Seketika Golem yang dibuat sosok berjubah hitam membantingkan kedua lengannya ke tanah membuat glombang pasir seperti tsunami setinggi lima meter menyerang Ka Mila dan kami di belakangnya.
“Teknik Hypostatis, FATAL KURAGE!” Ka Mila berlari menuju Golem pasir itu. Sambil berlari, bilah katana Ka Mila memancarkankan cahaya biru terang diselimuti gelombang air.
Wushh!
Ka Mila berlari menuju tsunami pasir.
Slash Slash Slash
Ka Mila menangkis tsunami pasir mengayunkan katana-nya.
Gelombang air dari katana ka Mila yang mengayunkan katananya terlihat sangat jelas, tidak lama jubah putih Ka Mila terlepas dari tubuhnya. Sekarang ka Mila terlihat mengenakan kemeja putih dengan dasi kupu-kupu berwarna abu-abu, rok abu-abu pendek, stocking hitam, sepatu hitam. Eh tunggu, itu kan seragam sekolahku!
“Teknik Hypostatis, FATAL KURAGE!” Ka Mila meng-ayunkan katananya dengan sangat cepat. Disamping itu, bilah katana ka Mila masih mengeluarkan gelombang air berwarna biru yang sangat terang.
Cliat Cliat Cliat! Blarrr…
Tsunami pasir itu telah berubah menjadi lumpur berserakan dimana mana.
Sekarang giliran ka Mila menyerang, ia melompat dan berputar mulai mencincang lengan kanan Golem pasir.
Slashh Slashh Cliat!
Ka Mila berhasil mencincang lengan kanan Golem pasir. Golem pasir kesal tidak terima, ia memuntahkan gumpalan pasir dari mulutnya kearah ka Mila  yang tengah berdiri di bahu kanannya.
“BUAAAAAAGHH!”
“Teknik Hypostatis, Bluee Artic!”
SLASSHH
Ka Mila membelah gumpalan pasir itu sampai terbelah menjadi dua.
“TEKNIK Hypostatis! FLUCTUS IMPACTUM!”
SLAASSSHHH!!!
Ka Mila melompat ke atas, lalu melancarkan serangan terjun membelah Golem dari atas kepala sampai bawah.
Blaarr
Seketika Golem terkapar di tanah, wujudnya berubah menjadi lumpur.
“Ryper!” Dari bangkai Golem, ka Mila dengan cepat berlari menuju sosok berjubah hitam.
“TU-TUNGGU SEBEN-“
Slashh
Ka Mila berhasil memenggal leher Sosok Berjubah Hitam. Sebelumnya Sosok Berjubah Hitam sempat membuat pertahanan berupa Cincin Pasir yang melindungi lehernya, namun itu bukan masalah bagi Ka Mila untuk memenggal lehernya.
Berbeda dari manusia biasa, bukan darah yang bercucuran dari tubuh Sosok Berjubah Hitam ketika lehernya dipenggal. Melainkan tubuh itu sedikit demi sedikit berubah menjadi pasir, sampai sepenuhnya berubah menjadi pasir.
Sebenarnya, apa yang terjadi di sini?!

***

“Teknik pasir… Boleh juga.” Ka Mila berdiri didepan pasir sambil memasukkan Katana ke selongsongnya.
“Hey kamu, udah baikkan?” Claang Anak itu memegang kaki kananku, bersamaan dengan pecahnya balok transparan yang menyelimutiku.
“Eh iya… kok bisa?”
“Aku akan menjelaskannya nanti, kamu bisa berdiri? Atau mau aku bantu?”
“Sepertinya bisa.” Dengan perlahan aku mulai berdiri.
“Untuk dua betina ini, aku buat tertidur agar mendapatkan pemulihan ekstra.” Anak itu menunjuk Lisa dan Fani yang tengah tertidur.
“Baguslah. Tunggu sebentar betina?”
“Kalian baik-baik saja?” Ka Mila datang menghampiri kami sambil memungut jubah yang terlepas sebelumnya.
“Ya begitulah Mil.”
“Oh ya, perkenalkan dia Mika, Kakakku!”
“Ha? Aku ga salah denger?” Ucapku dalam hati kebingungan.
“A-ahh iyaa terimakasih sebelumnya karena telah menyembuhkanku. Perkenalkan namaku Gani.”
“Haloo Gani, salam kenal. Kamu bisa panggil aku Mika.”
“Kamu punya banyak pertanyaan ya Gan? Ahaha pastinya iya, tenang saja akan aku jelaskan setelah keluar dari tempat ini.” Ka Mila mengenakan jubah putihnya kembali.
“Yaaa begitulah, sekarang apa?”
“Apa yang kau lakukan saat orang tadi menyerangmu?”
“Aku mati matian menahan serangan dari Sosok Berjubah Hitam, dan sekali aku berhasil menendang orang itu sampai jatuh. Tapi itu sia sia dan sekarang aku berakhir seperti ini…”
“Tidak apa, kamu tadi melihatku bertarung menggunakan Katana sambil mengeluarkan air kan? Itu adalah Teknik Hypostatis Elemen. Tidak banyak pengguna Hypostatis yang dapat melakukannya tau!” Ka Mila menyilangkan lengan di dada berseru bangga.
“Apa aku dapat melakukannya?”
“Hmm…” Ka Mila berpikir sejenak.
“Kamu mungkin bisa Gan!” Seru Mika.
“Gimana?”
“Lihat ini.” Ucap Mika sambil mengangkat lengan kiriku.
Aku melihatnya dengan jelas. Tanpa sadar, terdapat motif sulur berwarna hijau seperti tato memutar di lengan kiriku.
“ASTAGA!” Ka Mila berseru lantang.
“Ini motif sulur yang menandakan seorang Hyper memiliki Teknik Elemen.”
“Warna hijau muda bercahaya pada motif sulur, ini menunjukan bahwa Gani, kau memiliki Teknik Elemen Angin.”

HYPOSTATISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang