Duchess Laurent¹¹

2.2K 116 10
                                    

Mengunjungi beberapa tempat dikekaisaran Blean memang benar-benar menyenangkan. Kekaisaran yang memiliki pesona laut yang amat indah.

Sayangnya keindahan alam ini tidak bisa dinikmati lebih lama lagi. Dikarenakan pekerjaan yang sebenarnya tidak boleh terus ditunda. Duke Nave tidak boleh menunda pekerjaannya yang ada di kekaisaran timur terus menerus.

Selain itu, Duchy juga membutuhkan keduanya untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang ada didaerah kekuasaan Duke.

3 hari sudah cukup mereka berada di kekaisaran Blean. 1 minggu juga sudah cukup untuk sampai di kekaisaran tetangga, kekaisaran timur.

Waktu memang cepat sekali berlalu.

7 bulan sudah usia kandungan Duchess Laurent. Hari ini sudah hari ke-5 mereka dalam perjalanan menuju Duchy. Waktu memang cepat sekali berlalu.

Rasanya tak rela bagi Laurent, kesenangan yang ia rasakan akan segera selesai. Namun tak sabar juga menunggu kehadiran anaknya yang akan menemaninya didunia ini beberapa bulan lagi. Ya, anaknya akan segera lahir!

Antusias? Tentu saja. Menyambut kedatangan anak pertama yang akan lahir kedunia, tentunya para orang tua akan sangat antusias menyambut buah hati pertama mereka.

"Tidurlah. Aku akan membangunkanmu saat sudah akan tiba di Duchy." Tersenyum sebagai jawaban. Laurent lalu memejamkan matanya. Duke Nave membawa kepala istrinya ke pundak kokohnya itu. Tangan besarnya sesekali mengelus surai panjang milik Laurent.

Duke Nave melirik kearah jendela. Pria itu menghela nafas. "Semoga surat itu cepat sampai." Gumamnya.
Duke Nave melirik Laurent yang tertidur dengan nafas beraturan.

"Aku takut, kau akan sedih mengetahui keadaan kakakmu." Gumamnya lirih sembari mengecup lembut kening istrinya itu.

~o0o~

"Aku tidak mauuu."

"Nona anda harus makan, kasihan bayi yang ada dikandungan anda." Tilly mengerucutkan bibirnya. Sungguh, nafsu makannya sedang tidak beraturan belakangan ini.

Tilly menunduk, aku merindukan Nave. Tilly merindukan Duke itu. Tilly merindukan ayah dari anaknya. Sungguh, Tilly amat merindukannya.

"A-aku merindukannya." Tidak enak rasanya merindukan seseorang. Itulah yang dirasakan Tilly. Rasanya amat menyesakkan dan amat menyakitkan, nafsu makan tidak beraturan, jantung berdetak tidak beraturan karena khawatir terjadi yang tidak tidak.

"Nona, namun anda harus makan. Saya tau nona merindukan Yang mulia Duke. Namun anak anda harus menerima asupan nona." Tilly menundukkan kepalanya melirik perut besarnya. Benar, anaknya butuh asupan.

"Kau benar. Anakku butuh asupan agar dia berkembang dan tumbuh dengan baik. Benar bukan?" Pelayan itu menganggukkan kepalanya dengan tenang.

"Benar, itu semua benar." 

~o0o~

"KATAKAN ITU SEMUA TIDAK BENAR!!" Duke Nave menatap manik abu-abu itu.

Diam ditempat adalah hal yang dilakukan oleh Duke Nave. "T-tidak mungkin." Gumamnya. "TIDAK MUNGKIN KAKAK MENINGGALKANKU!"
Tyan Heredick Maxime Vont Cellea, pergi meninggalkannya menyusul kedua orang tuanya.

Tyan wafat saat tengah melakukan peperangan melawan kerajaan tetangga yang berniat melawan kerajaan Cellea.

Namun, Tyan dinyatakan gugur bersama dengan raja dari kerajaan yang melawan kerajaan Cellea. Keduanya wafat bersama, namun kerajaan Cellea berhasil mengalahkan kerajaan yang lawan. Hanya saja, mereka kehilangan pemimpin mereka, Raja Tyan Heredick Maxime Vont Cellea.

Duchess LaurentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang