Tet....
Lelaki yang sedang duduk menonton televisi itu tersenyum begitu mendengar suara bel. Dia mematikan televisi lalu berdiri. Lantas dia berjalan pelan menuju pintu.
Tet....
"Siapa?" Vezy membuka pintu dan mendapati Arma. Sesuai dugaannya. Yah, bertanya sebagai formalitas saja.
Arma memperhatikan wajah Vezy yang tidak sepucat tiga hari lalu. "Saya...."
"Masuk," ajak Vezy lalu membuka pintu lebih lebar. Dia menggerakkan tangan meminta Arma berjalan lebih dulu.
"Permisi," ujar Arma lantas berjalan masuk. Dia melepas flatshoes-nya lalu berjalan menuju ruang tamu. Dia terdiam, melihat ruang tamu yang merangkap sebagai ruang santai. Terdapat sofa berwarna putih berukuran agak besar, tampak nyaman. Di samping sofa itu terdapat lemari dengan piala penghargaan yang diterima Vezy.
Vezy tersenyum memperhatikan Arma yang mengenakan kemeja krem dengan rok di bawah lutut. Baru kali ini dia melihat wanita itu mengenakan bawahan yang agak pendek. Kaki Arma cukup kecil, padahal tubuhnya agak berisi.
"Oh, ya. Mau minum apa?" tawar Vezy lalu berjalan menuju dapur.
"Nggak perlu repot-repot."
"Soda mau?"
"Boleh," jawab Arma masih berdiri di posisinya.
Vezy mengambil dua buah soda lalu menghampiri Arma. "Nih!" Dia menyerahkan minuman itu lalu duduk di sofa panjang. "Duduk sini."
Arma berjalan mendekat dan duduk di seberang Vezy. Dia mengambil berkas yang berada di tas dan meletakkan di meja. Vezy segera mengambil dan membubuhkan tanda tangan. Lelaki itu lalu menyerahkan kontrak yang lain.
"Huh...." Arma membuang napas panjang sebelum membubuhkan tanda tangan. Setelah itu dia menyerahkan berkas itu ke Vezy.
"Simpen baik-baik." Vezy menyerahkan berkas yang sebelumnya berada di meja.
"Jadi, kerjaan pertama saya?"
"Itung jumlah kerugian gue," ujar Vezy sambil berdiri. "Gue udah print buku tabungan, lihat berapa jumlah yang terkuras. Gue nggak tahu Ojan ambil dari ATM juga atau enggak."
"Boleh saya lihat?"
Vezy berjalan menuju kamar dan mengambil beberapa buku tabungannya. Dia kembali dan meletakkannya di meja. "Gaji pertama gue, tiga juta. Kalau nggak salah, selama enam bulan gajian gue simpen di brankas."
Arma memilih duduk di lantai dan melihat buku tabungan itu. "Kalau kayak gini saya juga harus tahu beberapa uang yang keluar ini buat apa."
"Dia baru kerja dua tahun lalu. Lo lihat dari situ aja."
"Tetap saja. Khawatir ada uang yang Anda ambil sendiri."
Vezy mengerjab melihat Arma yang begitu profesional. "Bisa ngomong santai aja?"
"Maaf nggak bisa."
"Kan, gue bosnya!"
Arma menatap Vezy yang sepertinya akan kembali menyebalkan. "Ya udah."
"Gitu, dong!" Vezy ikut duduk di bawah dan menghadap Arma. "Coba lo cek dulu. Sambil gue inget."
"Pengeluaran tanggal enam Juli dua ribu dua puluh. Kira-kira buat apa?"
Vezy memejamkan mata. "Kalau nggak salah gue beliin dia HP."
"Berarti ini bukan gara-gara dia, ya!" Arma mengambil pulpen dan memberi tanda titik. Dia membaca pengeluaran lain yang jumlahnya cukup besar. "Sepuluh juta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Posesifku
General Fiction"Are you happy?" Tes.... Air mata Arma seketika turun. Dia mendongak, berusaha menghalau air mata itu. Tetapi, cairan bening itu tetap berdesakan keluar. Vezy refleks menangkup pipi Arma dan menghapus air mata yang membasahi pipi. "Gue tahu lo seben...