Kedua kalinya, Arma dibuat kalang kabut oleh Vezy. Bedanya, dia masih diberi kesempatan pulang untuk mengambil pakaian dan berpamitan. Tidak seperti sebelumnya yang terkesan seperti diculik.
Papa dan mamanya tentu kaget mengetahui Arma harus ke Bali. Tetapi, karena memang urusan pekerjaan, mereka mencoba mengerti. Sangat berbeda dengan Salma yang sempat curiga. Tetapi, ujungnya iri karena ingin ikut serta.
Pukul tujuh, Arma baru sampai bandara. Dia menggeret koper berwarna hijau neon di tangan kiri. Sementara tangannya menenteng tas berukuran kecil. Dia mengedarkan pandang, mencari Vezy dan Razi yang katanya sudah datang.
"Arma!"
Langkah Arma terhenti mendengar panggilan itu. Dia menoleh dan melihat Razi yang mengenakan topi hitam agak ke bawah. Di belakangnya ada lelaki yang mengenakan topi yang sama sedang meminum kopi.
Arma mendekat sambil melirik kanan kiri. Beberapa orang ada yang menatap dua lelaki itu, tetapi tidak ada yang berani mendekat. "Kalian udah lama?"
"Daritadi," jawab Vezy sambil mendekat. "Mau minum?" Dia mendekatkan minumannya ke bibir Arma.
"Thanks." Arma bergerak mundur.
"Yuk! Mumpung kondisi aman," ujar Razi lalu menggeret koper hitam dan tas punggung yang digeletakkan begitu saja.
Vezy menggerakkan kepala meminta Arma mengikuti. Wanita itu lantas berjalan di sampingnya. Dia tersenyum melihat wanita itu mengenakan celana panjang dan kaus berwarna pink.
"Kenapa?" tanya Arma sadar tengah diperhatikan.
"Tumben banget nggak pakai tertutup?"
Arma refleks menunduk, melihat krah kausnya berbentuk persegi. "Emang kenapa?"
"Ya nggak apa-apa. Cantik."
"Ck!" Meski bereaksi sebal, tetapi Arma tersenyum.
Vezy menahan tawa melihat kelakuan Arma. Dia merogoh saku belakang celananya lalu memakai kacamata. "Ganteng nggak gue?"
Arma menoleh, melihat Vezy mengenakan kacamata hitam berbentuk oval. Tanpa menjawab, seharusnya lelaki itu tahu jika memang tampan. "Biasa aja."
"Masa?" tanya Vezy tak yakin. "Penyanyi favorit lo siapa?"
"Nggak begitu ngikutin."
"Oh, ya? Pas remaja dulu nggak ngikutin?"
Arma mengangkat bahu. "Ayo! Razi udah jauh," ajaknya kala melihat Razi yang berjalan dengan langkah lebar.
Vezy menegak minumannya yang tersisa sedikit. "Kebiasaan tuh orang! Nggak bisa apa jalan santai?"
"Haha...." Arma menahan tawa mendengar gerutuan Vezy.
***
Sampai Denpasar, mereka segera ke hotel. Sepanjang perjalanan Vezy sudah mengeluh lapar. Keluhan itu sampai membuat Razi sebal, karena Vezy seperti anak kecil. Sedangkan Arma jadi panik, karena terlihat sekali Vezy benar-benar lapar.
"Udah, gue mau makan!" Vezy berlari ke restoran meninggalkan dua orang yang baru turun dari mobil.
Arma geleng-geleng melihat kelakuan Vezy. "Nggak perlu ditemenin?"
"Nggak usah," jawab Razi lalu menuju bagasi belakang. "Check in dulu. Biar nggak nunggu lama."
"Oke!" Arma berjalan masuk dan ada dua petugas yang menghampiri. Salah seorang lalu mendekati Razi untuk membantu.
"Selamat datang."
"Ya," jawab Arma lalu melirik ke restoran di sebelah kiri. Tidak terlihat sosok Vezy. Lantas dia menuju meja resepsionis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berondong Posesifku
General Fiction"Are you happy?" Tes.... Air mata Arma seketika turun. Dia mendongak, berusaha menghalau air mata itu. Tetapi, cairan bening itu tetap berdesakan keluar. Vezy refleks menangkup pipi Arma dan menghapus air mata yang membasahi pipi. "Gue tahu lo seben...