01. Kepingan Puzzle

3K 191 83
                                    


“Apa pendapatmu tentang Cahaya?”

Kalau misal ditanya seperti ini, kalian para readers akan menjawab bagaimana?

Solar's First Son: Cahaya Dineshcara
―――

Mio tidak pernah mengerti, tentang Cahaya. Bukan cahaya matahari atau yang lain, tapi Cahaya. Kak Cahaya; sepupunya yang merupakan anak sulung Solar.

Seringkali beberapa pertanyaan tentang Cahaya muncul di kepala Mio. Seperti, kenapa Cahaya selalu terlihat tenang? Kenapa Cahaya selalu berusaha terlihat tegar? Kenapa Cahaya selalu menghabiskan waktu luangnya hanya untuk belajar? Kenapa Cahaya tak pernah mau terlibat dalam percakapan tak penting ataupun percakapan sekilas? Mio tidak mengerti.

Akan tetapi, ada satu hal yang bisa Mio pahami. Cahaya itu sudah banyak melewati masa yang sulit di tempat yang mungkin terpaksa harus menjadi rumahnya. Selain itu, cara Cahaya memandang dunia itu terlalu dalam, seakan-akan ia sangat dekat dan paham akan bagaimana dunia bekerja.

Pernah sekali Mio iseng bertanya kepada Cahaya tentang rumah, "Kak Aya, gimana cara Kakak memaknai rumah?" begitu, dan jawaban Cahaya terlalu panjang sampai-sampai Mio sendiri tak tahu apa yang Cahaya bicarakan karena lama-lama ia tak mendengarkan.

"Cara Kakak memaknai rumah itu agak rumit. Mungkin juga agak kurang ajar." Sudah, hanya itu saja yang Mio ingat. Sisanya ia tak ingat lagi.

Kadang pula, Mio merasa iri karena Cahaya begitu pintar. Seperti ayahnya. Mio memang pernah mendengar tentang Solar yang selalu mendapatkan piala dan penghargaan dari pihak sana, situ, sini. Jadi tak heran jika Cahaya suatu saat akan menjadi seperti itu juga. Namun, yang membuat Mio iri adalah kenapa ia tak bisa pintar seperti Cahaya? Padahal ayahnya adalah seorang guru, ibunya adalah seorang guru, kakak pertamanya adalah seorang guru juga. Bukankah aneh jika ia tak pintar? Apalagi, Mio termasuk anak yang seringkali remedial. Selain aneh, menurut Mio itu juga membuat malu keluarganya. Walau keluarganya tak pernah mempermasalahkan nilainya.

Sudah cukup berlarut-larutnya. Ayo kembali ke masa sekarang; Mio dan Cahaya sedang jalan bersama sepulang sekolah.

Dulu, tiap pulang sekolah Mio dan Astra akan dijemput oleh Bang Iwan; kakak pertamanya. Namun, berhubung Bang Iwan sudah menikah dan memiliki anak ― yang artinya kini Mio sudah menjadi tante dan Supra menjadi kakek ― jadi Mio jarang atau mungkin sekarang tak pernah dijemput lagi oleh Bang Iwan.

Kadang sih sama Astra, tapi hari ini Astra ada rapat OSIS sehingga Astra memintanya untuk pulang bersama Cahaya yang merupakan kakak kelas sekaligus kakak sepupu (jauh) mereka.

Selama perjalanan, tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Keduanya fokus pada kesibukan masing-masing sambil berjalan. Cahaya fokus pada buku sainsnya, dan Mio fokus memperhatikan jalannya dengan Cahaya agar mereka tidak tertabrak.

Sebenarnya agak sebal sih karena Cahaya masih tetap membuka buku di luar sekolah, akhirnya, Mio tarik saja lengan Cahaya dengan sedikit kasar.

"Sibuk banget, sepenting itu ya buku?"

"Ah―oh, maaf. Kakak jadi gak merhatiin jalan karena liat buku terus, ya?"

"Pake nanya."

Samar-samar, Cahaya tertawa kecil mendengar jawaban Mio dan melihat perubahan ekspresinya. Segera dia menutup buku sainsnya dan menaruhnya kembali di dalam tas.

"Maaf, ya. Kakak harus fokus buat olimpiade sains nanti. Karena olimpiade kali ini penting banget. Lebih penting daripada yang sebelumnya bagi Kakak."

"... Tapi masa fokusnya sampe gitu juga?"

Lagi, Cahaya dibuat tertawa kecil olehnya, "Kata Papi―maksudnya Om Solar, kalo misal kali ini aku bisa dapat juara satu, berarti aku sudah pantas buat jagain Mami."

"Hah? Memangnya jagain dari apa?"

Pemuda itu mengendikkan bahunya, "Gak ada yang tau. Cuma Papi yang tau."

"Kok Kakak percaya gitu aja sih? Bisa aja itu bohongan cuma biar Kakak terpacu buat belajar lebih."

"... Papi enggak pernah bohong soal keluarga dan Mami. Waktu Kakak kecil, Kakak pernah dikasih pesan sama Papi, Kakak juga dikasih surat kecil untuk Mami. Sampe sekarang masih Kakak simpan. Karena kata Papi, Kakak boleh buka atau kasih itu ke Mami pas umur Kakak udah 18 tahun."

"Memangnya sekarang umur Kakak berapa deh?"

"Kakak masih 17 tahun, Mio. Hehe. Beberapa bulan lagi bakal 18 tahun. Makanya, kali ini Kakak lagi dikejar-kejar banget sama Papi buat nunjukkin kalo Kakak memang bisa ngejagain Mami."

"Ngeri juga ya...."

"Apa yang ngeri, Mio?"

"Nggak. Cuma omongan dan surat gituan dari Om Solar ngeri. Udah kayak di film misteri aja."

Kalau dipikir-pikir, ucapan Mio ada benarnya. Solar tak langsung memberitahu tapi malah memberi teka-teki pada Cahaya.

"Juga... Aku pernah dengar tentang Om Solar yang katanya bakal pergi ninggalin ini semua."

Mendengar ucapan Mio, langkah Cahaya langsung terhenti. "... Maksudnya?"

"Umh... Aku cuma dengar dari Om Upan, sih. Katanya Om Solar mau pergi jauh buat berobat. Memangnya Om Solar punya penyakit apa?"

"... Hah?"

Sejak hari itu, Cahaya merasa satu kepingan puzzle lagi berhasil ia temukan.

-------

HALOOO CINTAAAKUU 😭😭 sorry sekali yh ak tinggal kalian lagi lama, tapi sbagai ganti ak up ini deh. banyak banget yang rikues tentang anak boel atau potongan cerita yang gantung, jadi aku sop ilerin disini ya WKWKWK

maaf sekali lama buat ininya. tapi semoga sekarang kalian enggak begitu penasaran sama solar dan keluarganya.

ini aku up sewaktu-waktu ya! see u when i see u ❤

satu kesatuan; boboiboy series Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang