Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi namun Rosie masih saja belum memejamkan matanya. Rasa kantuk juga tidak ingin menghampirinya gara gara fikirannya lagi dipenuhi dengan masalah yang dihadapi oleh kedua orang tuanya.
Ternyata benar. Masalah yang dihadapi oleh kedua orang tua benar benar memberikan dampak yang buruk kepada anak anak.
"Aishhh menyebalkan!" Gerutu Rosie.
Dengan terpaksanya Rosie mengambil obat tidur dari nakasnya lalu dia langsung meminumnya.
Walaupun usia Rosie masih 16 tahun, Rosie harus meminum obat tidur gara gara insomnia. Semuanya bermula ketika sang Mommy dan sang Daddy sering berdebat dan memberikan dampak yang buruk kepada Rosie.
Pagi harinya, Rosie sudah selesai mandi dan bersiap untuk ke sekolah. Dengan senyuman dibibirnya, Rosie berganjak turun dari tangga untuk menghampiri kedua orang tuanya yang pasti sudah menunggu dimeja makan.
Namun secara tiba tiba langkah Rosie terhenti ketika dia mendengar dengan jelas perdebatan kedua orang tuanya.
"Sudah aku bilang, aku sama Lim hanya temanan!" Teriak Jennie.
"Kamu sering menghabiskan waktu bersama Limario! Apa kamu fikir kamu itu tidak punya suami hah!?" Marah Sean.
"Suami? Ck, aku bahkan tidak sudi punya suami seperti kamu! Aku menyesal mengenal kamu! Aku menyesal hidup disini bersama kamu! Aku benci kehidupan aku yang sekarang!" Balas Jennie dengan nafas yang memburu.
"Jadi itu artinya Mommy juga benci dengan kehadiran Rosie?" Timpal Rosie membuat kedua orang tuanya tersentak kaget.
"Rosie" lirih Jennie "Mommy tidak bermaksud seperti itu sayang. Mommy-"
"Aniyo" potong Rosie. Dengan mata berkaca kaca, Rosie menampilkan senyumannya "Rosie mengerti. Mommy memang tidak pernah bahagia dengan kehadiran Rosie" tanpa aba aba, Rosie langsung berlari keluar dari rumahnya itu.
"Lihat apa yang sudah kamu lakukan!" Marah Sean.
"Aku tidak sengaja! Lagian itu semua juga salah kamu!" Balas Jennie yang masih egois.
Tin tinn!!!
Brughhh
Jennie dan Sean saling tatap ketika mendengar suara itu. Dengan buru buru, mereka berlari keluar dari rumah.
"Rosie!" Jennie berteriak histeris ketika melihat sang anak yang sudah terbaring bersimbah darah dijalan gara gara ditabrak oleh sebuah mobil.
"Rosie, kamu dengarin Mommy?" Jennie memangku kepala Rosie bahkan tangannya sudah mengusap darah yang sudah menutupi wajah sang anak.
"Rosie, tolong bertahan" ujar Sean panik. Dia bergegas mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi ambulance.
Brankar yang dinaiki oleh Rosie langsung didorong oleh petugas rumah sakit ketika mereka tiba disana. Jennie dan Sean ikut menyusul dengan baju mereka yang sudah dipenuhi oleh darah sang anak.
"Hiks Rosie" isak Jennie menatap Rosie yang sudah dibawa masuk keruangan UGD.
Sean hanya mampu berdiam diri dengan tatapan kosongnya. Dia merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi kepada anaknya itu "K-Kalau sesuatu terjadi kepada Rosie-" Sean menjeda kata katanya lalu dia menatap Jennie "Kita cerai saja" lanjutnya membuatkan tangisan Jennie semakin keras.
Didalam ruangan UGD pula, terlihatlah para Dokter yang berusaha mengembalikan detak jantung Rosie yang tidak stabil itu.
Bunyi mesin monitor detak jantung Rosie juga sudah kedengaran memenuhi ruangan itu.
"Dok, tanda vital nya menurun!" Lapor seorang suster.
"Terjadi pendarahan dikepalanya. Siapkan ruangan operasi!" Arah sang Dokter yang langsung diikuti oleh para suster.
*
Rosie mengerjabkan matanya berkali kali. Fikirannya terasa tenang seakan semua bebannya sudah diangkat.
Namun, dimana dia sekarang? Kenapa tidak ada siapa siapa disana? Apa kedua orang tuanya benar benar pergi meninggalkan dirinya?
"Rosie" satu sosok pria berwajah dingin muncul didepan Rosie membuat yeoja itu mundur satu langkah.
"S-Siapa kamu?" Tanya Rosie ketakutan.
"Kamu tidak perlu tahu siapa saya. Yang pasti, kamu masih diberi peluang untuk melanjutkan hidup kamu"
"Maksudnya? Aku bisa kembali hidup?"
"Iya"
"Tidak! Aku tidak mau! Mendingan aku mati saja daripada aku harus melihat kedua orang tua aku bercerai"
"Jangan menyia nyiakan kesempatan kedua! Kamu harus menggunakan kesempatan ini"
"Percuma juga aku hidup bukan? Orang tua aku sudah tidak membutuhkan aku!"
"Kamu tidak bisa menyia nyiakan kesempatan ini!"
"Bagaimana kalau kesempatan ini ditukar saja?"
"Memangnya apa yang kamu inginkan?"
"Aku ingin Mommy dan Daddy kembali ke masa lalu. Dengan ini, aku yakin Mommy akan menikah dengan Uncle Limario"
"Kamu tahu resiko kalau Mommy kamu bersama Limario bukan?"
Rosie mengangguk dengan senyuman tipis dibibirnya "Aku tahu kok. Itu artinya aku tidak akan wujud bukan? Ah, tidak apa apa si. Lagian kewujudan aku juga tidak penting. Kalau Mommy menikah dengan Uncle Lim, aku yakin mereka akan mendapatkan anak yang lebih menggemaskan dan Mommy juga pasti akan bahagia. Aku juga yakin Daddy pasti akan menemukan sosok yang baik untuk dijadikan istrinya"
"Kamu yakin ingin mengorbankan kehidupan kamu demi mereka?"
"Aku yakin!"
"Tapi ada syaratnya"
"Apa syaratnya?"
"Kamu juga akan kembali ke masa lalu orang tua kamu. Dan itu adalah tugas kamu untuk menyatukan Mommy kamu bersama Limario. Tapi, kamu akan kembali ke masa lalu dalam kondisi yang berbeda"
"Kondisinya yang berbeda?"
"Kamu akan menjadi anak kecil yang berusia 5 tahun. Tapi kamu tetap akan menggunakan jiwa kamu yang sekarang"
"Itu artinya badan aku menjadi bocah dan jiwa aku ialah jiwa seorang gadis?"
"Iya. Apa kamu siap untuk menerima segala resikonya?"
Tanpa berfikir panjang, Rosie langsung memberikan jawabannya "Aku siap!"
"Waktu kamu hanya tersisa 30 hari. Lakukanlah tugas kamu dengan baik agar masa depan orang tua kamu juga dapat diubah"
Bersamaan dengan itu, satu cahaya tiba tiba muncul membuat Rosie menutup matanya.
"Little Rosie, silakan menikmati kehidupan kamu!"
Wushhh~
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Future ✅
FanfictionRosie yang datang dari masa depan untuk menyelamatkan kehidupan Jennie Shipmom📌 Chaennie📌 Fanfiction📌