6

958 84 3
                                    

LISA





Aku melihat wajahnya yang tersenyum kaku dengan sekaleng minuman bir di dalam genggamannya. Aku dan Chaeyoung, suasana sedikit kikuk karena soal pembahasan kami atas kejadian dua bulan yang lalu.

Bukan karena penasaran, makanya aku melontarkan pertanyaan seperti itu hanya saja memang benar-benar ingin tahu. Chaeyoung adalah seorang lesbian sejak aku mengenal dan bersahabat dengannya. Rasanya mustahil jika ia tidak memiliki perasaan padaku, mengingat wajahku tidaklah jelek dan bisa di bawa kemanapun yang ia mau.

Ataukah aku yang terlalu percaya diri?

"Chaeyoung ah?"

"Hmm?"

"Sepertinya apa rasanya berkencan sesama wanita?" Tanyaku.

"Well, tidak ada bedanya ketika kamu berkencan dengan pria" Chaeyoung meletakkan kaleng bir di atas meja.

"Really?"

"Kamu bisa melakukan banyak hal, seperti menonton,makan malam berdua ataupun melakukan hal-hal kecil lainnya" Chaeyoung menjelaskan dengan tersenyum manis.

"Seperti aku dan kamu?" Tanyaku lagi,ingin tahu reaksinya.

"Ya, seperti itu"

"Jadi rasanya sama ketika jalan berdua dengan sahabat?" Ulang ku dengan hati-hati dan Chaeyoung hanya diam sambil meneguk minumannya.

Setiap bersama Chaeyoung,aku selalu merasa senang dan bahagia,bisa melakukan banyak hal dengannya. Dan yang paling penting,aku menjadi diriku sendiri ketika dengannya. Beda hal jika aku berkencan dengan pria,maka aku akan jaga image dan memberikan batasan yang tak boleh di lewati.

Apakah perasaan terhadap Chaeyoung memang ada dari dulu dan aku yang tak menyadarinya?

"Hei,ayo kita petik buah persik" aku tersenyum jahil padanya guna mencairkan suasana.

Bulan ini adalah musim buah persik dan kami bisa memetiknya dari pohon tetangga yang bersebelahan dengan rumah Chaeyoung. Kejadian unik seperti ini sudah kami lakukan secara berulang selama tujuh tahun bersama. Mengendap-endap dan mencuri beberapa buah dari pohon persik.

Chaeyoung celingukan, matanya memantau agar tidak ketahuan dengan aksiku yang sudah mencolok buah lewat tongkat panjang,di atas pagar tetangga.

"Hei,ke kanan" Chaeyoung memerintah dengan nada was-was juga pelan.

"Pakai pergelangan tanganmu. Seperti ini" Chaeyoung melakukan gerakan di bawah.

"Kenapa kamu ingin memetik buah persik selarut ini?" Chaeyoung berdiri sambil tetap memantau.

"Sial" aku tak mendengar ocehan Chaeyoung karena sedikit lagi bisa meraih buah persik dari pohonnya.

"Kamu dapat!" Chaeyoung segera mendekat dengan suara teriakan yang melengking hingga buah yang harusnya sudah berada di tangan harus terjatuh ke jalanan.

"Aku tidak bisa dapat karena kamu" aku meneriakinya.

"Sial!" Aku menghentakkan kaki dan sangat kesal padanya.

"Astaga" Chaeyoung mengambil buah yang sudah tak berbentuk dari atas jalan.

"Ya Chaeyoung ah! Itu buah persik ku jatuh!" Aku meratapi buah tersebut.

"Chaeyoung ah! Aku butuh bantuan " aku tetap kekeuh ingin mengambil buah lagi.

"Coba lihat, berapa harga buah persik?" Chaeyoung duduk dengan menatap ke layar ponselnya.

"Harganya 14,90 dollar per dua kilo. Aku bisa memesannya untukmu"

"Chaeyoung ah" aku kesulitan karena tongkatnya sedikit patah di ujung.

CAN WE? [ CHAELISA ]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang