12

794 90 12
                                    

LISA







Perasaan apa yang ku punya ini? Aku bahkan tidak sudi melihat kedekatan Chaeyoung dengan Jennie sekarang. Ini bukan pertama kalinya aku melihat dia bersama orang lain. Mengapa aku merasa akan jauh jika wanita ini benar-benar menjadi kekasih dari seorang Park Chaeyoung.

Lihatlah! Jennie bahkan mengaitkan tangannya pada lengan Chaeyoung, seolah-olah mereka berdua berjauhan. Cih! Aku seperti seekor nyamuk sekarang.

"Temanmu baik sampai mengizinkan mu menginap. Bukankah sulit jika Chaeyoung memiliki seksualitas yang berbeda dan bersama dengan seorang wanita?" Jennie berkata sambil matanya tajam mengarah padaku.

Teman?? Aku menoleh sebentar pada Chaeyoung yang sedang duduk di depanku meminta pembelaan tapi ia hanya mengedipkan mata sebagai tanda aku harus mengalah. Menyebalkan!

Enak saja! Aku bukan hanya sekedar teman bagi Chaeyoung! Tapi sahabatnya! Ingin rasanya ku berteriak sekarang.

"Aku tidak berteman dengan seseorang yang memiliki seksualitas yang berbeda dan di tambah aku menyukainya. Kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi " Jennie tersenyum pada Chaeyoung. Mengapa hatiku rasanya sangat panas sekarang?

"Pasti koleksi wanita mu sangat banyak" aku mengucapkan kalimat sarkastik dan langsung dapat tatapan protes dari Chaeyoung. Huh! Aku tidak perduli.

"Kebanyakan wanita ku lepas. Hanya sedikit yang tersisa. Bolehkah aku menambah satu lagi?" Jennie bersikap manja pada Chaeyoung dan si wanita bodoh itu hanya planga-plongo.

"Lakukan saja sesukamu" Chaeyoung malah membalas senyuman yang tak kalah manis. Dih, kemana Chaeyoung yang selalu bersikap random?

"Itulah pesona mu. Kamu terdengar masa bodoh" puji Jennie dan tak berkedip melihat ke arah Chaeyoung yang berada di sebelahnya.

"Kamu benar. Dia psikopat emosional. Aku penasaran cara dia berpacaran" aku meneguk habis minuman. Mengapa rasa haus ku bertambah malam ini?

"Aku memakai caraku sendiri" protes Chaeyoung. Mengapa ia sangat ingin terlihat keren di mata Jennie?

Seperdetik kemudian Chaeyoung menyenggol kaki ku yang berada di bawah meja seakan ingin menegaskan aku harus segera pergi dari sini. Oh, tidak bisa! Aku tidak akan membiarkan ia dan Jennie berduaan seperti ini!

"Lisa!!" Seseorang memanggil ku dari arah pintu luar? Suara yang sangat ku kenal.

"Apa itu Sehun?" Tanyaku kemudian segera beranjak dari tempat duduk, segera berlari ke arah pintu.

Oh! Mengejutkan! Pria ini datang bertamu ke rumah Chaeyoung!

"Memangnya rumahku ini ruang rapat" Chaeyoung terdengar kesal begitu aku dan Sehun duduk bersama di ruang tamu.

"Bagaimana kabarmu? Aku merindukanmu" Sehun tak terpengaruh kalimat Chaeyoung dan tetap menatapku dengan manis.

"Kita baru bertemu kemarin" ucapku malu-malu.

"Kenapa kalian berdua berpacaran di rumah orang?" Chaeyoung melipat kedua tangan di dada, memperhatikan aku dan Sehun yang asik melepas rindu.

"Ada banyak tempat bagus. Hongdae, tempat anak muda, tidak jauh dari sini" Chaeyoung seperti mengusir kehadiran Sehun. Dasar!

"Hongdae mahal. Kami sepasang kekasih miskin" Sehun membalas kemudian merangkul bahuku dengan erat.

"Kita belum resmi pacaran" aku sedikit kaget akan penuturan Sehun yang terlalu agresif.

Aku melihat pada Chaeyoung dan mendapati wajahnya yang sedang menunduk. Reaksi macam apa itu? Ia bahkan tak berkata apapun ketika mendengar kalimat Sehun barusan.

"Kemiskinan bukan sesuatu yang bisa di pamerkan. Aku tidak suka pria seniman yang berkata seperti itu. Mereka membahas renungan dan inspirasi saat tidak berkarya. Mereka juga membiarkan diri mereka di kendalikan wanita" Jennie mengutarakan pendapat dan di angguki oleh Chaeyoung. Secara tidak langsung mereka berdua mengatakan Sehun pria lembek?

"Aku suka di kendalikan" Sehun membalas dengan senyuman.

"Entah pria atau wanita, hewan atau objek, makanan atau minuman,uang atau kemiskinan aku selalu menunggu di kendalikan"lanjut Sehun dengan menggebu

"Aku juga berharap Lisa mengendalikan ku" Sehun menoleh sekilas padaku hingga mendengar Chaeyoung berdehem dengan sangat keras. Sikap apa itu?

"Kamu mendapatkan sesuatu jika ia dapat mengendalikan mu?" Tanya Jennie.

"Ya. Sebuah lagu" Sehun tersenyum malu-malu.

"Benarkah? Memangnya apa yang ku perbuat?" Aku membelalakkan mata tak percaya.

"Itu belum selesai dan ...."

"Nyanyikan saja. Nanti akan ku nilai" Chaeyoung memotong pembicaraan, seolah ia adalah seorang mentor dan juga penyanyi papan atas.

"Suasananya sedikit terang di sini" Sehun mengedarkan pandangan ke sekitar ruangan.

Setelah mengubah kondisi ruangan dengan sedikit cahaya lampu,Sehun mulai memetik senar gitar dan suara indahnya mengalun dengan merdu.

Selama beberapa menit aku terbuai dengan suasananya dan juga Chaeyoung yang sedang berada tepat di depanku. Bukan karena Sehun membawakan lagu tapi karena tatapan Chaeyoung sedari tadi tidak lepas padaku. Matanya menyiratkan kesedihan? Apa karena lagu Sehun yang sedikit melow atau karena ada hal lain?

Mata Chaeyoung tak beralih dariku sekian detik hingga aku merasakan wajah merona juga jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya. Perasaan aneh ini muncul lagi ke permukaan.

Aku memeluk kedua lutut sembari menikmati tatapan indah dari Chaeyoung. Mengapa ia sangat terlihat cantik malam ini?

"Kamu menangis?" Jennie menginterupsi dan aku langsung menyadari wajah Chaeyoung yang sudah basah akan air mata.

"Aku... Aku hanya kelilipan" Chaeyoung mengelak dan menghapus kasar air matanya dan tetap beradu pandang denganku.

"Tidak pernah ada yang menangis mendengar laguku" Sehun berhenti dan meletakkan gitar di sisi sofa.

"Seharusnya aku yang menangis" Sehun menatap heran pada Chaeyoung yang berlinang air mata.

Aku hanya diam tanpa berkata apapun. Memang lirik lagu yang di bawakan oleh Sehun sangat menyentuh hati dan aku mengakui bahwa Chaeyoung memiliki hati yang lembut. Tapi,apa hanya karena hal itu?







LISA END.






Chaeyoung tak mengucapkan sepatah kata apapun begitu ia mengantar Jennie ke luar rumah. Karena sudah larut, Jennie memutuskan untuk segera pulang.

"Kamu manis" Jennie mencairkan suasana.

"Apa?" Tanya Chaeyoung.

"Aku suka seseorang yang menangis" Jennie berhenti sebentar dan menatap penuh pada Chaeyoung.

"Jadi,ya atau tidak?" Jennie mengaitkan jemarinya dengan lembut pada jemari lentik Chaeyoung.

"Apa maksudnya?" Chaeyoung sedikit menunduk karena tubuhnya lebih tinggi daripada wanita itu.

"Soal kita" Jennie menegaskan.

Seperti biasa, Chaeyoung hanya diam membisu.








Gas ga nih Chaennie?🥵

Thank you yang selalu nunggu ff ini update 😘

See y!!

CAN WE? [ CHAELISA ]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang