4. Perundungan

13 7 17
                                    

🐠🐠🐠

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐠🐠🐠

"Bada!"

"Kamu dimana?"

Celaka! Aku tak bisa menemukan Bada, kucingku.

Aku dan ibu pergi ke sekolah, kami menguncinya di rumah. Namun, jendela rumah ini mudah sekali dibuka. Bada yang cerdas pasti melompat dari sana.

Ku lihat jendela kamarku terbuka. Ya, aku lupa menutupnya. Ibu pasti akan memarahiku karena ini. Sebaiknya ku tutup dengan rapi.

Haha! Aku memang cukup ahli menghancurkan barang bukti.

"BADA!!!"

Aku kembali mencarinya, dia belum mengenal lingkungan disini. Bagaimana jika dia tersesat? Bagaimana jika ada anjing liar yang melukainya?

Sekarang adalah jam makan siang Bada, bagaimana jika ia mencuri makanan warga dan mendapat tendangan karena itu?

Tidak! Itu tak boleh terjadi. Aku harus menemukan Bada.

"BADAAA!! Kamu dimana? Meow!!"

Aku terus melangkah menyusuri jalanan dengan rumah-rumah disekelilingnya. Kali ini aku melewati rumah gubuk itu. Ya, rumah dengan bilik kayu tanpa kompor pastinya.

Pranggg!

Suara benda pecah menghentikan langkahku. Apa jangan-jangan itu ulah Bada?

"Aku bilang TAK MAU!"

Aku terkejut mendengarnya, seorang gadis berambut pendek berdiri diantara pecahan kaca. Sementara nenek tua tampak khawatir dan berlari menghampirinya.

Ia menyingkirkan pecahan kaca yang berserakan dan tak menghiraukan cucunya yang terus meneriakinya.

"Jangan sentuh!"

Namun, seperti tak mendengar nenek tua itu terus memungut benda tajam tersebut. Gadis itu tertunduk sedih, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Tapi satu yang pasti aku yakin ia menangis. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku melihat situasi ini. Semalam saat pulang dari warung aku juga melihat hal serupa.

Nenek menarik lengannya, seakan menyuruhnya duduk di teras selagi ia membersihkan. Dia memungut mangga yang dijatuhkan si gadis. Sepertinya mangga itu kotor karena ia mengelap dengan bajunya.

Tanpa mengatakan apapun nenek  kembali memberikan mangga kepadanya. Lagi-lagi ia menepisnya. Sungguh kasar!

"Berapa kali ku bilang. AKU TIDAK MAU. kenapa aku harus memakan mangga busuk itu? Kenapa aku harus memakan sesuatu yang tidak layak?" ucap gadis itu.

"Kemarin kepala ikan, kemarinnya kepala ayam, hari ini apa? Aku juga mau makan bagian lain. Aku tidak suka kepalanya," sambungnya.

Ya, semalam inilah yang kulihat. Dia melakukan hal yang sama. Ia menolak memakan ikan buatan neneknya. Apa yang salah dengan kepala ikan? Bukankah enak?

FURY : Aku Suka lauTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang