3

702 24 0
                                    

  

       Akhirnya waktu terus berjalan dan sekarang tepat jam 19:30, Rena duduk sendirian di depan meja makan besar untuk makan malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


      Akhirnya waktu terus berjalan dan sekarang tepat jam 19:30, Rena duduk sendirian di depan meja makan besar untuk makan malam.

   Suasana sepi dan hening sangat di rasakan Rena, karena orang yang di katakan 'suami' tidak ada dirumah soalnya laki-laki itu sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, dan anak kecil yang sempat di temuinya itu telah tidur awal karena lelah dia ajak main.

"Ini kalau Lucy tau aku mengalami transmigrasi pasti dia nangis-nangis dan mengatakan kalau aku orang yang sangat beruntung." pikir Rena terhadap kelakuan sahabatnya yang memang doyan membaca novel dan menghayal.

"Tapi, kenapa yah nih raganya Atta gak ngirim ingatannya ke aku?" gumam Rena lagi yang masih memikirkan Renatta asli.

Sebenarnya raga ini sering di panggil Atta atau nyonya Atta, tapi karena sekarang raga Atta telah berganti dengan jiwa Rena terpaksa Author nyebutnya tetap Rena yah, kan pek-triplek aja nama mereka.

Setelah makan malam Rena kembali ke kamarnya dan mengingat kembali cerita bi sumi.

"Dasar Renatta sudah dapat keluarga masih aja bersikap seperti anak gadis." umpat Rena pada jiwa asli yang punya raga, sambil melihat wajahnya di cermin hias besar.

  Setelah Rena tau kalau jiwa asli raga ini, mempunyai sikap buruk pada suami dan anaknya, karena adanya pernikahan ini terjadi oleh perjodohan keluarga dan juga kehamilan Renatta akibat acciden cinta satu malam, sehingga perjodohan berjalan lancar.

  Dan selama berumah tangga dengan Alvian (si suami Renatta) hidup Renatta seperti gadis remaja yang selalu wara wiri bersama teman-teman nya tanpa menghiraukan anaknya yang masih membutuhkan kasih sayangnya dan bersikap cuek terhadap suaminya sendiri.

Dan itulah sifat yang Rena tidak sukai terhadap yang punya raga ini. Padahal di kehidupan pertama Rena, dia ingin selalu mempunyai keluarga sendiri agar hidupnya tidak sepi, tapi lihat dengan Renatta yang menyia-yiakan kehidupan yang di inginkan Rena.

"Huufh, baiklah Rena Vinadra Husein kita buat keluarga yang selalu kau inginkan! Dan tinggalkan sifat buruk Renatta itu." ujar Rena yang menyemangati dirinya sendiri.

"Kalau bisa jangan sampai Renatta bodoh itu kembali ke raganya, biarlah jiwa wara wiri kelain karena itu yang di sukainya."  ucap Rena lagi kali ini di hatinya tersimpan sikap egois.

   Lelah dengan perangainya sendiri membuat Rena mencari posisi nyaman di atas ranjangnya.

💫

    Pagi harinya Rena bangun dan langsung menuju dapur setelah di membersihkan dirinya kotoran dari sisa tidur semalam yang menempel pada tubuhnya.

"Nyonya Atta?"

"Panggil Rena aja bi, malas Rena dengar nama itu." sambar Rena cepat sebelum bi sumi melanjutkan ucapannya, memang jiwa bossy Rena tidak bisa dia hilangkan dan itu sudah melengket sempurna di jiwanya.

Bi sumi yang mendengar ucapan nyonya nya hanya mengiayakan saja walaupun dia masih heran dengan tingkah nyonya nya.

"Ini koki mau masak apa bi?" tanya Rena yang melihat tiga koki yang sibuk mengobrak-abrik isi dapur dan bahan masakan.

Bi sumi yang memantau dan memandori para koki langsung menjawab nyonya nya.

"Ohh, biar Rena aja yang buat sarapan untuk Rena dan Alvaro!" ujar Rena yang sudah mengulung rambutnya asal namun pancaran cantik masih teparti di wajahnya.

"Tapi nyonya ini sudah tugas para koki."

"udah, masakan koki itu untuk para pembantu disini, dan sarapan pagi ini biar Rena yang buat." ujar Rena tidak mau di banta, dan itu membuat bi sumi serta para koki pasrah saja.

Lima menit membuat nasi goreng ala Rena akhirnya selesai dan berdepatan dengan datangnya Alvaro yang di gandeng oleh babysisternya.

"Mama?" ucap Alvaro yang terlihat senang.

Mendengar suara lucu membuat Rena mengalihkan pandangan ke arah Alvaro yang sudah terlihat rapi.

"Pagi sayang." sapa Rena penuh ke ibuan.

"Pagi mama." sambut Alvaro tak kalah senagnya dan menerima pelukan Rena.

"Ayo sarapan, lalu nanti akan mama antar kamu ke sekolah."

"Iya ma." balas Alvaro

Kemarin setelah mamanya memanjakan nya untuk pertama kali membuat Alvaro tidak takut lagi untuk berdekatan dan berbicara.

"Mama perut Varo sudah terisi penuh." ucap Alvaro yang masih menyisakan nasi gorengnya.

"Baiklah sayang, kamu bisakan menunggu mama dulu selesai makan baru kita ke sekolah kamu?" jawab Rena dan menseka ujung bibir anaknya.

"Bisah mama." sahut Alvaro dan turun dari kursinya yang di bantu babysisternya.

Para pembantu yang ada di rumah mewah tempat Rena merasa takjub dan bersyukur karena perubahan sifat nyonya mereka, kecuali satu orang pelayan yang menatap Rena dengan mata membara.

"Ah, syukurlah nyonya sudah berubah, dan bibi harap nyonya tak kembali dengan sifat buruknya itu." ujar batin Bibi sumi

"Ciuehh, awas aja tuh jalang gak akan ku biarkan dia berubah seperti ini." desisi seseorang dengan penuh dendam.
 



RenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang