Sampai di kantornya Alvian langsung masuk ke dalam ruangannya yang berada di lantai 24, lantai paling atas karena dia adalah seorang CEO di perusahaan nya sendiri."Teri berikan berkas yang akan saya tanda tangani ini hari!" perintah Alvian dengan muka kelihatan segar, sehingga membuat Teri sang sekretaris melihat atasan nya menyerit alis.
"Aneh,. Apa tuan Al kejatuhan Jackpot semalam? Kemana muka dinginya itu?" ujar batin Teri.
"Teri? Apa kau tidak mendengar perintahku tadi?" ucap Alvian menyadarkannya Teri dari lamunan nya.
"Oh ma-maaf tuan. Akan saya ambilkan berkasnya." sahut Teri dengan membungkuk sopan.
Belum sampai menuju pintu Teri kembali memberhentikan langkahnya dan langsung menghadap Alvian.
"Tuan apa saya perlu menyuruh OB buat coffe?" tanya Teri, karena biasanya Alvian memesan kopi untuk mengisi perutnya.
"Tidak perlu." balas Alvian singkat, dan langsung di jawab Teri dengan anggukan.
Mengingat kata coffe, membuat Alvian teringat dengan kejadian pagi tadi, karena menu yang di buat istrinya sendiri sangat menggoda apalagi secangkir coffe yang juga di buat dari tangan istrinya, dan itu sangat nikmat di tenggorokan Alvian.
Kerena kejadian langkah tadi membuat hati Alvian menghangat akibat perhatian istrinya yang tidak biasa.
❣❣
Di sekolah Alvaro, Rena duduk dengan angun di kursi yang memang sudah tersedia.
"Lihat ibu-ibu berlian ini, suami saya yang belikan katanya hari anniversary pernikahan!" ujar seorang ibu-ibu yang memakai perhiasan kelewat batas sambil memamerkan barang-barang mewahnya.
"Hehehe baik banget suami kamu jeng, sama kaya suami saya suka memberikan hadiah. Tas brended ini aja di belikan suami saya juga!" sahut ibu-ibu satunya lagi.
Rena yang mendengar gosip tak bermutu dari segerombolan ibu-ibu itu tak menghiraukan. Malahan dia asik dengan dunia maya di hp nya.
"Permisi. Apa saya bisa duduk disini?" dari arah samping Rena tiba-tiba seorang wanita bermuka lembut menyapa Rena.
"Oh silakan mba." ujar Rena sopan.
"Mba nya lagi nunggu anak juga?" tanya wanita itu basa basi pada Rena.
"Oh kalu gitu sama dengan saya, yang juga menunggu anak saya!" jelas wanita itu
Rena yang mendengar kata wanita di sampingnya hanya diam dan tersenyum tipis.
"Ku kira nih ibu-ibu orangnya pendiam, rupanya cerewet." ujar batin Rena.
"Anak ibu masuk kelas apa?" tanya wanita itu lagi
"Anak saya kelas 'Ceria satu'." jawab Rena yang masih mengabut wanita itu.
"Ohh, sama dong dengan anak saya kalau gitu. Oh iya kenalkan nama saya mba, Tiffany!"
"Renatta." jawab Rena sambil menyambut tangan Tiffany.
"Mudahan kita bisa jadi teman yah mba Rena."
"Iya mba Tiffa."
Mendapat teman baru di sekolah anaknya membuat Rena ada teman ngobrol, walaupun Tiffany mempunyai mulut cerewet tapi dia terlihat baik dan sopan, persis dengan sahabatnya Jeslyn yang ada di kehidupan awalnya.
*masih ingatkan jeslyn yang salah satu sahabat Rena. Kalau lupa bisa cek lagi di part pertama*
Akhirnya bel yang mereka tunggu terdengar dan anak-anak 'TK BERMAIN' berkeluaran menuju orang tua mereka masing-masing.
"MAMA!" terikat cempreng yang menuju ke arah Rena dan Tiffany.
Dengan tangan terbuka lebar Tiffany menyambut anaknya yang tadi berteriak sambil berlari kecil.
"Anak mama, bagaiman sekolah barumu sayang?" tanya Tiffany yang sudah melepaskan pelukannya pada anaknya. Sedangkan Rena hanya melihat sepasang ibu dan anak itu.
"Mama?" panggil Alvaro senang namun tak se-antusias anak Tiffany.
Rena yang di samparin anaknya langsung memeluk dan memberikan cuman kecil di jidat anaknya tersayang, walaupun Rena tidak melahirkan Alvaro secara langsung namun Alvaro sudah termasuk tanggungan hidupnya karena Alvaro anak dari yang punya raga asli.
Apalagi Rena memang suka dengan anak-anak.
"Ma lihat anak ini. Dia terlalu sombong padaku, karena ku tanyai namanya dia tidak jawab malahan dia diam saja dan memasang muka datar!" ujar anak Tiffany sambil menujuk Alvaro dengan tangan mungilnya yang terlihat gendut.
Tiffany yang merasa tak enak langsung menegur anaknya.
"Jangan seperti itu Daren, gak baik karena ada tante Rena mamanya teman kamu itu."
Daren anaknya Tiffany langsung diam dan memasang muka bersalah.
"Gak papa Tiffa. Mungkin yang Daren bilang adalah benar." sahut Rena.
"Oh yah Daren, apa Alvaro tante membuat tak nyaman?" tanya Rena lagi pada Daren dan langsung di angguki Daren.
"Varo? Mengapa kau mengacungi teman mu yang ingin ngajak kenapa?"
"Dia terlalu cerewet ma." jawab Alvaro datar. Ketahuilah Alvaro kalau di luar terkesan datar dan cool walaupun dia masih anak-anak.
"Jangan seperti itu Varo. Mama gak suka, jika ada teman yang ngajak kenalan dan berteman kamu harus sambut dengan baik!" nasehat Rena lembut.
"Iya ma, maaf."
"Sekarang kenapa kembali dengan teman mu dan berteman baiklah." dan tanpa bantahan Alvaro langsung mengajak kembali teman sekelas nya itu berkenalan.
Dan anak gendut itu dengan senang hati menyambut tangan Alvaro.
"Sekarang kita tenanan Alvaro, atau Aro nama yang aku berikan." sahut Daren riang dan hanya di balas anggukan malas dari Alvaro.
"Kau juga bisa memanggil namaku dengan yang lain, kalau kau mau." ujar Daren lagi.
"Hm." jawab Alvaro singkat.
Selesai saling berkenalan mereka pun pergi secara terpisah menuju tujuan mereka masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rena
RandomRena wanita karir yang cantik dan masih lajang harus merasakan menjalani kehidupan rumah tangga setelah dia bangun dari tidur lelapnya. Dan gimana kisah selanjutnya pada Rena yang memiliki suami dingin dan anak kecil yang terlihat manis? Yuuk, langs...