Bab 1

1.8K 66 0
                                    

Edgar melenguh pelan ketika pria berusia 31 tahun itu merasakan sesuatu telah menghantam bagian belakang mobilnya dengan cukup keras. Tubuhnya sempat terguncang, tapi Edgar baik-baik saja. Pria itu hanya merasa terkejut. Namun, ia perlu segera memeriksa kondisi mobil kesayangannya terutama di bagian belakang. Edgar punya firasat buruk tentang mobilnya.

Pria bersetelan jas biru gelap itu bergegas turun dari mobil setelah melepas sabuk pengaman dari tubuhnya. Ia bahkan belum sempat menyalakan mesin mobil ketika insiden kecil itu terjadi.

Sebuah mobil sedan berbalut cat hitam benar-benar menghantam kendaraan milik Edgar dari belakang. Tapi, masih belum tampak tanda-tanda jika empunya berniat keluar dari dalam mobil dan menyelesaikan masalah yang ditimbulkannya.

Setelah memeriksa, Edgar menemukan bagian belakang mobil kesayangannya sedikit penyok. Tidak fatal. Hanya saja pelakunya mesti mempertanggungjawabkan apa yang telah ia perbuat.

Edgar mengetuk kaca mobil sedan hitam itu karena pemiliknya tidak kunjung menampakkan batang hidungnya sekadar untuk melihat apa yang telah ia timbulkan.

Seorang pria setengah baya, dengan bau alkohol yang menyengat membuka kaca jendela mobil yang sesaat lalu diketuk Edgar. Penampilannya tidak cukup rapi. Wajahnya ditumbuhi bulu-bulu kasar dan beberapa di antaranya tampak berwarna putih. Ia lebih tampak seperti orang depresi daripada seperti orang normal lainnya.

"Maaf, Tuan." Edgar mencoba untuk menegur lebih dulu dengan bahasa yang sopan. "Bisa kita bicara sebentar?"

"Ada apa?" sahut pria itu tanpa berniat turun dari mobilnya.

"Apa Anda tidak mau bertanggungjawab atas apa yang Anda lakukan, Tuan?" Pria yang berprofesi sebagai pengacara itu sudah bertemu dengan begitu banyak orang dengan berbagai macam karakter. Kasus yang ia menangkan juga cukup banyak. Untuk hal sepele semacam ini mestinya bisa diselesaikan dengan cara baik-baik. Mungkin hanya dengan permintaan maaf sudah cukup, tanpa ganti rugi sepeserpun. Itupun jika si pengemudi menyatakan penyesalannya dan meminta maaf dengan tulus. Edgar bukan seseorang yang mementingkan uang ganti rugi. Tapi tampaknya pria pemilik sedan hitam itu enggan untuk bertanggungjawab atas perbuatannya.

"Memangnya apa yang kulakukan, hah?" Pria itu justru menaikkan tingkat suaranya seolah tidak pernah melakukan kesalahan apapun. Dan ketika ia membuka mulut, bau alkohol langsung merebak ke sekitar.

"Anda sudah menabrak mobil saya, Tuan. Lihatlah," ucap Edgar dengan satu tangan menunjuk ke arah bagian belakang mobilnya.

"Oh, itu." Pria beraroma alkohol itu menilik sekilas ke arah mobil Edgar. "Aku memang menabraknya sedikit, tapi aku tidak sengaja melakukannya." Ia masih tidak menunjukkan rasa penyesalan padahal telah menabrak bagian belakang mobil milik Edgar.

"Anda mabuk, Tuan. Anda tidak boleh menyetir dalam keadaan mabuk. Itu melanggar undang-undang berlalu lintas. Selain bisa membahayakan diri sendiri, Anda juga bisa membahayakan orang lain. Anda tidak mau celaka dan masuk penjara, kan?"

Pengemudi sedan hitam itu menyeringai. Dilihat dari ekspresi dan bicaranya, pria itu tidak bisa dianggap cukup sadar.

"Aku tidak mabuk. Aku masih bisa menyetir pulang," ujar pria itu dengan angkuh.

Edgar terkejut ketika tiba-tiba pria pemilik sedan hitam itu menutup kaca mobilnya dan lantas mengarahkan ban mobilnya mundur beberapa meter sebelum akhirnya tancap gas.

Edgar hanya bisa terdiam di tempat tanpa berbuat sesuatu. Ia tidak sempat mengeluarkan ponsel untuk mengambil gambar si pria penabrak itu atau mobilnya. Namun, Edgar masih beruntung karena nomor plat mobil sedan itu terbaca dengan jelas olehnya. Edgar menyimpan sebaris nomor plat mobil itu di dalam benaknya.

Pria pemabuk itu memilih melarikan diri daripada menyelesaikan urusannya dengan Edgar.

Setelah mobil sedan hitam itu meluncur ke jalan raya, Edgar berbalik dan berjalan ke arah mobilnya yang masih terparkir di halaman kafe. Langkah-langkahnya terkesan tenang seakan tak pernah terjadi apa-apa dengan mobilnya. Namun, harus diakui jika insiden kecil itu telah menghambat rencananya kembali ke rumah.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya hari ini, Edgar sengaja mampir ke kafe untuk membelikan kudapan kesukaan Fiona, istrinya. Fiona paling suka dengan muffin cokelat buatan kafe itu dan rasanya sudah lama Edgar tidak membelikan kudapan itu untuk istrinya. Namun, siapa sangka ada seorang pria pemabuk menabrak bagian belakang mobilnya dan enggan untuk bertanggungjawab atas perbuatannya. Ia justru kabur begitu saja.

***

MY DANGEROUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang