Bab 20

901 47 0
                                    

Edgar menghentikan mobilnya beberapa ratus meter dari lokasi kejadian. Ia tak bisa lebih dekat lagi karena situasi yang tidak memungkinkan. Dua mobil pemadam kebakaran masih terlihat di depan matanya. Sebuah mobil polisi juga ada di lokasi. Begitu juga dengan warga yang masih berkumpul untuk menyaksikan sisa-sisa kebakaran. Sulit untuk menemukan sosok Mira di antara kesibukan itu.

"Halo?" Di antara kegelisahannya, Edgar memutuskan untuk menghubungi nomor Mira.

"Apa kamu sudah sampai?" Mira langsung menjawab panggilan Edgar begitu ponselnya berdering. Ia memang sedang menunggu kedatangan Edgar.

"Ya, tapi aku tidak bisa turun dan ke sana," ucap Edgar dengan suara lemah.

Mira terdiam.

"Jika aku turun dan menemuimu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi orang-orang saat melihatku. Mungkin juga salah satu anggota polisi di sana mengenaliku," ujar Edgar menjelaskan situasinya.

"Oh, iya. Aku mengerti." Meski merasa sedikit kecewa, Mira bisa memahami situasi yang dialami Edgar.

"Maafkan aku."

"Tidak perlu minta maaf. Aku mengerti  situasimu. Jadi, jangan merasa bersalah seperti itu."

Ucapan Mira seketika mengingatkan Edgar pada Fiona. Istrinya juga pernah mengatakan hal serupa.

"Malam ini kamu menginap di hotel saja. Aku akan mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu."

"Uangku masih ada, Ed."

"Tidak apa-apa, Mir. Kamu membutuhkannya. Kamu perlu membeli barang-barang, bukan? Kamu juga perlu untuk mencari rumah sewa baru."

"Baiklah." Suara Mira terdengar berat, tapi bagi Edgar cukup melegakan. Setidaknya sebagian beban Mira bisa diatasi dengan uang yang diberikan Edgar.

"Apa kamu baik-baik saja?" Edgar masih saja mencemaskan wanita itu.

"Ya, aku baik-baik saja. Tidak perlu mencemaskanku."

"Baiklah. Aku akan pergi sekarang."

"Sampai jumpa."

Edgar terdiam cukup lama di sana. Ia bahkan tak lagi mencari sosok Mira di  antara kesibukan orang-orang. Pikirannya mendadak beralih pada Fiona.

Apa yang ia telah lakukan? Haruskah Edgar menyakiti perasaan Fiona lagi dan lagi?

**

Ketika Edgar sampai di rumah semalam, pria itu mendapati Fiona telah terlelap seperti yang sudah-sudah. Ia juga masih memeluk buku lama itu. Membuat Edgar tak habis pikir.

"Apa ada yang ingin kamu katakan padaku?" Menyadari Edgar terus menatapnya tanpa berpaling, membuat Fiona menegur suaminya.

Edgar tergagap, lantas meraih cangkir di hadapannya. Pria itu tak pernah melewatkan secangkir kopi saat sarapan.

"Kamu tidur lebih awal lagi semalam," tandas Edgar setelah berhasil menyesap isi cangkirnya. Sebenarnya bukan itu yang ada dalam benak Edgar, tapi hal lain.

"Ya. Aku tertidur lagi saat membaca," ucap Fiona beralasan. Wanita itu menyelipkan seulas senyum di bibirnya.

"Apa kamu lelah akhir-akhir ini? Apa kita perlu pergi ke dokter?"

Edgar merasa kebiasaan Fiona bukan hal wajar. Pasti terjadi sesuatu dengan wanita itu. Mungkin Fiona tidak menyadarinya atau bisa saja ia menyembunyikan sesuatu dari Edgar.

"Tidak. Aku sehat. Aku tidak merasa sakit," ucap Fiona percaya diri.

"Meskipun tidak merasa sakit, bukan berarti tubuhmu sehat, Sayang. Aku hanya takut ada efek samping pasca kecelakaan itu."

"Kalau kamu secemas itu, nanti aku akan pergi ke rumah sakit. Aku akan menyuruh Krisna agar mengantarku," ucap Fiona tanpa mendebat.

"Biar aku yang mengantarmu," tukas Edgar tak terima jika Krisna yang mengantar Fiona pergi ke rumah sakit.

"Tapi kamu sibuk, Ed. Jangan memaksakan diri."

"Aku bisa mengatur jadwal... "

"Baik. Kamu bisa mengantarku nanti," ucap Fiona berniat mengakhiri perdebatan kecil itu.

"Bisakah kamu tidak membaca buku itu sebelum tidur?"

"Aku belum selesai membacanya."

"Kamu bisa membacanya saat siang hari."

Fiona menghela napas panjang, lantas mengangguk. Wanita itu menyanggupi permintaan Edgar.

"Baiklah. Aku tidak akan membaca saat malam hari."

Edgar merasa sedikit lega mendengar kesanggupan Fiona. Meskipun Fiona menyetujuinya dengan terpaksa, itu bukan masalah besar bagi Edgar.

***

MY DANGEROUS WIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang