Chapter 13: Now is the Time to Talk

1.8K 225 19
                                    

Harusnya aku tahu hal ini akan terjadi setelah semua tindakan beraniku. Bagaimana bisa aku melupakan fakta jika Sasuke juga tengah berada di jalanan utama ibukota karena mengurus para bandit? Lalu bisa-bisanya aku membuat kehebohan dengan menunjukkan wajah dan rambutku, itu sudah pasti akan mengundang Sasuke menghampiriku. Sekarang apa yang tengah terjadi ini?

Diriku, Sasuke dan teh melati di dalam ruangan pertemuan pribadi. Aku tak pernah membayangkan hal seperti ini bisa terjadi. Dan jangan lupakan tangan kami yang terborgol bersama-sama namun jelasnya ada sesuatu yang lebih menggangguku.

Lihatlah, lihat bagaimana Sasuke begitu tampan dan mempesona dalam pakaian resmi ksatria. Aku tak tahu Sasuke bisa menjadi lebih tampan berkali-kali lipat dari ketampanannya yang sudah berkali-kali lipat itu. Lihatlah bagaimana wajah tegasnya menatapku dengan sorot mata yang penuh selidik, bibirnya yang terkatup rapat sampai ingin rasanya aku membukanya secara paksa.

Glek. Aku menahan salivaku susah payah, pikiranku kacau. Tolong jauhkan manusia tampan ini dari hadapanku, aku rasanya bisa lepas kendali. Aku ingin bibirnya sekarang sialan.

"Saya tahu pasti pikiran Anda saat ini Nona," ucap Sasuke tiba-tiba dengan wajah datarnya itu serius. Namun pernyataannya itu sukses membuat aku merasa tak nyaman dan malu.

Aku memalingkan wajahku yang memerah, enggan dilihat olehnya. Bagaimana ini? Bagaimana bisa ia mengetahui isi pikiranku? Jadi dia tahu jika aku ingin menciumnya dengan sedikit kasar? Membuat bibirnya yang terkatup ini terbuka dengan gemetaran menahan sesuatu yang membuat tubuhnya panas dingin? Oh astaga, ini berbahaya.

"Anda pasti penasaran bagaimana saya bisa menemukan Anda," ucapnya kemudian membuat aku mengangguk-angguk kepalaku.

Apa? Tunggu dulu. Itu bukan isi kepalaku.

"Saya sama sekali tidak penasaran dengan hal itu. Hanya saja saya penasaran akan maksud dari ini," jawabku, mengangkat tanganku yang terborgol bersamanya dengan raut kesalku, kesal karena Sasuke berlagak tahu isi pikiranku padahal nyatanya ia tak tahu apa-apa.

"Saya hanya ingin bicara namun Anda terus lari," ucap Sasuke serius membuat aku menghembuskan nafasku kasar. Sasuke ini benar-benar membuat aku merasa frustrasi dengan tingkahnya.

"Namun saya kini penasaran apa alasan Anda terus lari dari saya?" tanya Sasuke kemudian membuat aku mengerutkan keningku.

"Permisi Tuan, apakah menurut Anda normal jika ada seseorang yang begitu terobsesi dengan Anda dan terus mengejar-ngejar Anda? Saya rasa kucing pun akan lari," jawabku dengan sedikit jengkel.

Sasuke tiba-tiba mendengus membuat aku menatapnya dengan tatapan heran. Kenapa lagi manusia ini?

"Begitukah? Tapi saya rasa kucing saya tak akan lari jika ia dikejar, ia akan mengejar balik," ucapnya membuat aku terdiam memikirkannya. Benar juga tapi tergantung orangnya, kalau tampan pasti kukejar balik.

"Sudahlah, apa urusan Anda dengan saya? Lepaskan borgol ini, ini sangat tak nyaman," ucapku pada akhirnya, menggerakkan tanganku yang terborgol bersamanya dengan jengkel.

"Kalau begitu Anda harus menjawab pertanyaan saya tentang siapa diri Anda dan alasan mengapa Anda menyelematkan saya," ucapnya membuat aku menghembuskan nafasku kasar. Ini dia, alasan Sasuke yang genius tiba-tiba berotak udang hanya karena ingin mendapati alasan itu. Bukannya bersyukur dan menerima pertolongan tapi ia malah mempersulit hidup penolongnya.

"Anda benar-benar gigih ya," ucapku malas.

"Tentu," jawabnya tegas.

Aku menarik nafasku dalam-dalam sebelum akhirnya menghembuskannya perlahan. Baiklah, mari kita tenang Sakura. Kamu hanya perlu berpura-pura tidak tahu.

"Saya hanya seseorang yang sedang mampir ke kota ini dan saya tidak mengenali Anda sama sekali. Saya tidak mengerti mengapa Anda terus menerus mengejar saya dan terobsesi terhadap saya. Saya tidak mengerti mengapa Anda berpikir saya sudah menyelamatkan Anda namun saya menyakini jika seharusnya Anda tidak perlu melakukan hal seperti ini. Bukankah Anda mencari sosok penolong Anda? Jika ia kabur maka sebaiknya Anda cukup menerima pertolongannya itu saja," ucapku panjang lebar sampai kulihat sudut bibir Sasuke sedikit terangkat, ia sedikit tersenyum di wajahnya yang datar itu.

"Sampai akhir ternyata Anda akan terus begini," ucapnya membuat aku mengangguk-angguk kepalaku dalam hati. Tentu saja, aku hanya ingin hidup damai sebagai kucingmu sampai beberapa tahun hidupmu lagi sebelum aku akhirnya kesepian kembali.

"Baiklah namun sekarang saya tahu sebuah fakta bahwa Anda mengenal saya karena Anda tidak terkejut mendengar saya mempunyai seekor kucing," ucapnya dengan wajah tenangnya itu. Ya, tentu saja aku tidak terkejut sialan, kucingmu itu aku.

Sasuke mengeluarkan sebuah kunci dari balik bajunya. Laki-laki itu jelas-jelas memperlihatkannya di depan wajahnya sebelum akhirnya ia melepaskan borgol yang mengikat tangan kami. Aku pun segera menarik tanganku, menyentuhnya dan merasa sedikit sakit tepat di pergelangan tanganku.

"Saya melepaskan Anda karena pastinya kita akan bertemu kembali. Anda membeli gaun, itu artinya Anda akan pergi ke sebuah pesta. Saat dimana kita bertemu lagi saya akan memastikan untuk benar-benar merantai Anda sepenuhnya sampai Anda tak bisa kabur lagi," ucap Sasuke membuat aku ingin memakinya, dasar bajingan posesif.

Aku tak ingin berkomentar lagi dan segera meninggalkan tempat itu. Aku bergegas pulang dan tidur di atas kasur dalam bentuk kucing tentunya. Aku berusaha mengumpulkan energi dengan bermalas-malasan sambil memaki Sasuke. Hingga akhirnya laki-laki itu muncul dari balik pintu.

"Sakura, aku pulang," ucapnya dengan senyuman hangat, menjatuhkan atasannya di atas sofa hingga memperlihatkan tubuh atletisnya itu yang tak akan bisa membuat aku tergoda kali ini.

Sasuke berusaha mendekat, ingin memelukku yang berada di atas kasur namun aku segera menghindar. Aku menjauh darinya dan Sasuke tampak terkejut dengan hal itu namun biarlah, ini adalah hukuman atas sikap kurang ajarmu hari ini.

"Sakura, apa kamu merajuk?" tanyanya dengan ekspresi sedih itu. Matanya tampak berkaca-kaca membuat aku merasa tak tega namun aku sudah membulatkan tekadku. Pokoknya malam ini kamu tidur sendirian.

"Sakura, apa kamu marah karena aku pulang larut malam?" tanyanya dengan suara yang terdengar merasa bersalah namun aku tak peduli. Aku memalingkan wajahku lalu pergi menuju sudut ruangan.

"Begitu rupanya, kamu benar-benar marah," ucapnya membuat aku mendengus remeh. Sudah tau begitu masih saja bertanya? Dasar manusia.

Aku menolehkan kepalaku, kulihat Sasuke tertunduk lesu. Aku sedikit kasihan padahal ia sudah bekerja keras seharian dan ingin istirahat dengan damai. Jika aku merajuk begini apakah tidak terlalu jahat? Padahal ia sepertinya ingin ketenangan saat kembali ke kamar setelah hari yang panjang. Aku kasihan padanya dan merasa tak tega. Apa? Tunggu dulu. Darimana pikiran itu berasal? Jelas-jelas ia mempersulit hidupku hari ini.

"Sakura kamu bisa menggunakan ranjangnya, jangan tidur di sudut ruangan seperti itu. Kamu bisa kedinginan. Aku akan tidur di sofa, besok kita bicara lagi tapi aku minta maaf karena membuatmu menunggu seharian, kesepian dan khawatir. Lain kali aku tak akan begini lagi, maafkan aku padahal aku memikirkanmu setiap saat," ucapnya yang kemudian berbalik menuju kamar mandi.

Aku terdiam di tempatku merasa tak enak hati karena ucapannya itu. Aku berjalan menuju kasur lalu segera menaikinya sampai kulihat pintu kamar mandi yang tertutup rapat, aku jadi merasa bersalah karena merajuk. Aku ingin minta maaf namun saat Sasuke keluar dari kamar mandi aku malah pura-pura tidur karena malu.

Aku mendengar sebuah suara, suara dimana Sasuke menjatuhkan dirinya di atas sofa hingga aku membuka mataku. Sasuke benar-benar tidur di sofa membuat aku merasa bersalah. Aku pun menghampirinya lalu menaiki tubuhnya sampai akhirnya aku memposisikan diri untuk tidur di atas dadanya.

"Terima kasih untuk tidak marah lagi Sakura, selamat malam," ucapnya mengelus tubuhku. Ah, aku ini memang benar-benar lemah terhadap manusia ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful Cats are ImmortalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang