Prolog

1.1K 108 24
                                    




Pagi ini angkara masih memporak-porandakan hatinya, rasa sesal memuncah seperti asam lambung. Namun yang dapat Sujin lakukan hanyalah mematung bagai boneka perca yang tidak berdaya.

Ia benci pada pria itu, pria yang berbaring di sampingnya tanpa sehelai benang pun di balik selimut. Dalam keadaan rumit ini, harusnya Sujin tidak diam saja. Alih-alih meneriaki pria itu dengan umpatan Sujin lebih memilih menenggelamkan tubuhnya di bawah selimut kendati sinar matahari semakin merengsek ke atas.

Tidak pernah terlintas sedikitpun niat baiknya akan berujung naas, sejak awal harusnya Sujin tak perlu peduli pada urusan orang lain, sekalipun orang itu meminta bantuannya, harusnya Sujin tidak perlu bersimpati.

Karena jika iya, ia tidak akan berakhir diluluh lantak seperti ini, direndahkan dan diperlakukan seperti wanita buangan. Namun semua ini sudah terjadi, ia tidak bisa memutar waktu dan sekarang Sujin linglung siapa yang bisa ia salahkan.

Alkohol atau si peneguknya? Atau kebodohannya sendiri?

"Kesialan adalah bagian dari rintangan, berhati-hatilah."

Di tengah ratapannya, tahu-tahu saja ia ingat ramalan kartu seharga sepuluh ribu won waktu itu. Ramalan tarot itu bilang, ia akan kena sial. Jadi, apa bisa Sujin simpulkan jika ini adalah salah satu hari sialnya?

Ia khawatir akan ada hal yang lebih buruk lagi yang menghadang. Sebab bila itu terjadi, ini sangat tidak adil untuknya.

Baru secuil rasanya Sujin diterbangkan ke atas langit, lantas tiba-tiba ia dibanting begitu keras ke bawah. Harga dirinya dijatuhkan, ia terjerat pada sebuah kemewahan tanpa tahu ada muslihat buruk di dalamnya. Pria yang tadi malam mengaulinya itu menakutkan, penuh misteri dan mematikan. Seolah tidak memiliki hati, pria itu menikmatinya tanpa memberi ampun.

"Tapi dia seorang perawan."

"Kau berengsek sekali kalau begitu."

Meski telah terjaga Sujin tetap pada posisinya, ia mencuri dengar panggilan telepon orang itu. Sambil menjepit ponsel di antara telinga dan bahunya, pria itu sibuk memakai pakaiannya kembali—mengacuhkan Sujin yang masih tenggelam dalam selimut—orang itu hanya belum menyadari kalau Sujin sudah terbangun sejak tadi dan menyimak pembicaraan.

"Tadi malam aku kehilangan kewarasanku dan sekarang harus bagaimana?"

"Itu urusanmu, aku tidak mau ikut campur."

Ada jeda sejenak setelah pria itu berhasil memakai celana panjangnya, sementara panggilan telepon itu terus berlangsung diliriknya sekilas perempuan yang masih meringkuk di bawah selimut itu.

"Kau tau posisiku, meniduri sembarang wanita bisa merusak reputasi. Bukan hanya reputasiku, tapi juga reputasi keluargaku."

"Yaah... aku tau. Resiko terlahir sebagai keluarga taipan. Tapi kau terlambat, semoga saja kau beruntung."

Sujin meremas selimutnya kuat-kuat setelah orang itu mengakhiri teleponnya.

Pada menit-menit berikutnya pria itu sudah lengkap dengan pakaiannya. Ada gerakan tangan yang perlahan-lahan menyentuh bahunya, pria itu rupanya telah menyadari Sujin sudah terjaga. Tetapi, Sujin terlalu pendiam untuk menyikapi situasi rumit mereka.

"Tolong tinggalkan aku." Akhirnya kalimat Sujin mengudara setelah terjadi keterdiaman yang cukup panjang.

"Ini kartu namaku, jika kau merasa dirugikan. Akan kukirim berapa pun yang kau minta."

Sujin bereaksi, ia menahan selimut pada dadanya lantas beranjak untuk duduk. Memandang jelaga si pria yang sudah lancang menjajah tubuhnya tadi malam. "Jangan menjadikan hal ini sebagai kesalahanku." Sujin mendelik marah.

"Lantas semua ini salahku?" tanya pria itu seolah tidak percaya.

"Oh ya, tentu saja!"

"Bukankah kau juga suka melakukannya denganku? Kita sama-sama menikmatinya."

"Aku dipaksa!"

"Ya, pada awalnya. Tapi pikirkan setelah itu. Kau menerimaku."

Sujin sudah menduga jika kalimat seperti itu akan keluar dari lidah si pria hidung belang. Dengan tenang ia menatap lekat-lekat mata jelaga pria itu. "Aku membencimu."

Pria itu menggangguk-angguk, seakan puas oleh jawaban Sujin. "Baguslah, dengan begitu kita tidak perlu berurusan."

"Aku juga tidak mau berurusan denganmu lagi."

"Yah, anggaplah malam kemarin tidak pernah terjadi. Lantas jangan pernah menuntut apa-apa dariku."

Sujin tidak mau bicara apa-apa lagi, selain hanya membiarkan pria yang telah menidurinya itu pergi begitu saja meninggalkanya. Layaknya orang asing yang tak mau saling mengenal begitulah pagi mereka berakhir.

Setelah kepergian pria itu Sujin melirik kartu nama yang sempat pria itu berikan padanya.

General Manager Santa Group.

Kang Taehyung.

Pantas saja pria itu sangat menjaga nama baiknya, Taehyung memiliki posisi, martabat; moralitas, etika yang perlu dijaganya sampai mati.

Tetapi bagi Sujin ini kejam.

Ia juga punya harga diri. Tidak seharusnya pria itu bersikap demikian pada seorang perempuan yang telah dihancurkannya tadi malam.

-----


Visual cast:

Kang Taehyung;

Kang Taehyung;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liu Sujin;

Liu Sujin;

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

16/10/23

Haloo selamat datang di cerita baruku😂
Sebelumnya aku memang udah nulis cerita ini dari jaman Nemesis masih on going, tapi baru aku update hari ini. Senoparty itu alurnya ringan kok, jadi ini cocok buat yg mau baca cerita tapi gamau pusing😂 Perlu aku kasih tau kalo cerita ini terinspirasi dari salah satu drakor yang aku tonton judulnya The King Land, aku tuh penonton drakor akut gess Ahahaha😭🙏  but jelas tulisanku bakal berbeda dari drama yang aku tonton😂✌

Dan satu lagi, Chapter 1 ke depan itu adalah flashback sebelum prolog ini terjadi. Paham ya✌

Senoparty [HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang