02. Alcohol Free

950 114 46
                                        


Pelajaran pertama untuk bertahan hidup di dunia ini ialah melatih caramu menerima, seperti halnya menerima masalah yang mau tidak mau ditanggung secara suka rela. Sujin sedang melakukannya sekarang, menerima persetubuhan yang tidak di dasari persetujuannya. Tentu Sujin berhak menyumpah-nyumpah atau mencabik-cabik wajah si pemerkosanya—bisa disebut begitu, tetapi Sujin benci istilah bahwa dirinya sedang diperkosa sekarang, itu sebutan yang terlalu kasar sebab ia sendiri pun mulai menikmati sentuhan-sentuhan pada tubuhnya. Agak terdengar munafik, tetapi Sujin sudah terlanjur terbawa suasana, lantas yang terjadi terjadilah.

Malam panas mereka tentu belum berakhir  dengan hanya satu tembakan di ujung rahim, meski Liu Sujin sudah letih sebab mendapat bebagai perintah untuk berganti-ganti posisi, pria itu tidak peduli. Dimulai dari kecupan panas di sekujur punggungnya sampai tamparan-tamparan kencang di bokong, Sujin mendesah-desah bagai perempuan yang haus sentuhan. Ia melaknat gairah yang menjadikannya tak berakal, Sujin kacau, hancur dan begitu murahan malam ini.

Mungkin saja alkohol bisa membuat pria itu lupa ingatan besok pagi, jadi Sujin harus terima kenyataan bahwa yang sedang mengaulinya sekarang bukanlah manusia yang memiliki nurani, sebab Taehyung tidak menyentuhnya atas dasar suka—melainkan tabiat bejat tanpa didasari akal sehat. Sujin meratapi keperawanannya yang harus berakhir direngut tanpa peduli, tetapi apa pentingnya itu sekarang? Sebab ini semua terjadi karena kebodohannya yang mudah sekali terjerat oleh rayu pria hidung belang. Kenyataanya mereka adalah orang asing, dikali pertama pertemuan mereka Taehyung sudah berhasil menidurinya, di luar sana pria ini mungkin sudah meniduri lusinan perempuan. Sebab itu, sebutan lelaki hidung belang pantas disematnya pada panggilannya. 

Ini sudah ketiga kalinya pria itu tumpah ruah di dalam tubuhnya, Sujin menggelinjang hebat bersama lenguh yang panjang. Di bawah sana penuh, sangat banyak sampai rasanya meluber keluar, sialan betul pria ini sebab tidak memikirkan resiko apa pun ketika mencapai pelepasan. Kendati ada segunung perasaan muak, Sujin tetap mendamba sebuah pelukan dari pria itu untuk sejenak menenggak euphoria, Taehyung mengabulkannya, memeluknya erat-serat sambil mengumpat-umpat kasar sebagai penutup percintaan.

"My slut..." Taehyung menekan serangan terakhirnya di sana, dalam sekali dan semburannya terasa kencang.

"Be—berhenti." Sujin bermaksud melepas tautan mereka, jika terus dibiarkan sangat besar resiko terjadinya kehamilan.

"Kau sialan, kau—membuatku melanggar batasan. Fuck! Ahhh!"

Pada detik berikutnya di balik gulungan selimut pria itu jatuh ke alam tidur tanpa peduli pada sosok Sujin yang mandi keringat dan kelelahan. Meski Taehyung telah menggores luka pada hatinya, Sujin menyikapi dengan ketenangan. Sebut saja ini adalah sebuah konvervatif diri—untuk bertahan. Mendiang ayahnya bilang, diam adalah emas. Meski sebenarnya semua ini mirip seperti polemik, antara memang sudah lelah atau marah yang sudah tidak terbendung lagi. Keduanya nyaris menyaru dalam warna yang serupa.

Sepasang matanya kemudian bergulir, memandangi paras rupawan milik si lelaki yang telanjang bulat itu di sampingnya.
Jemari-jemari Sujin lantas menyulur menyentuh hidung bantas itu, dengan pandangan dingin, Sujin menilai dari sudut pandangnya. Orang ini adalah pria yang membara, dari caranya menyentuh Sujin tahu Taehyung penuh dengan kemarahan seolah-olah sedang di bawah tekanan.

Kira-kira apa yang menjadikannya pria berengsek malam ini?

Pertanyaan itulah yang Sujin simpan sampai dirinya merengsek masuk ke dalam selimut untuk menyusul lelap pria itu.

-----

Pagi ini angkara masih memporak-porandakan hatinya, rasa sesal memuncah seperti asam lambung. Namun yang dapat Sujin lakukan hanyalah mematung bagai boneka perca yang tidak berdaya.

Senoparty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang