08. Hadiah

22 4 0
                                    

Happy Reading






❝ Mungkin sekarang belum, tapi nanti akan ada banyak surat dengan kata cinta dari kita.❞

08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08. Hadiah

Malam telah larut. Langit sehitam tinta gurita serta desir angin yang dingin nya menembus tulang.

Aire terdiam di halaman belakang istana Leiron. Gadis manis itu beserta saudara nya menginap di Leiron atas permintaan Kaisar.

Sedikit tak terbiasa dengan suasana sunyi Leiron. Tak ada suara pedang bersahutan. Berisik langkah kaki kuda, maupun suara besi yang ditempa. Terlalu hening dan menenangkan.

Ia sempat bertemu dengan Elio dan berbicara sejenak dengan nya. Masih dalam keputusan untuk menyembunyikan hubungan mereka dari publik.

Obsidian hitam nya berpendar ke sekitar nya. "Kapan Eirian bisa sesunyi ini?"

Surai bergelombang milik nya seolah sedang menari mengikuti angin. Gaun polos berwarna hijau pucat menghiasi tubuh nya.

Acuh dengan sekitar membuat nya tak sadar terdapat sepasang mata yang tengah menatapnya. Ia terlalu larut dalam pikiran nya hingga seikat bunga lily berwarna putih terlihat tepat di depan mata.

"Malam yang indah untuk termenung seraya menatap bulan dan teman teman nya. Tapi berhati-hatilah karena Leiron tak setenang pikiran anda tuan putri."

Sosok jangkung dengan tubuh berbalut kemeja putih dan celana bahan hitam tampak berdiri tegap di hadapan Aire.

Tangan kekar seputih porselen yang mengenggam seikat bunga lily putih indah yang tersodor di hadapan Aire saat ini.

"A-emm salam hormat pangeran mahkota." Dengan segera Aire berdiri memberi salam yang di jawabin anggukan oleh Sohan.

Netra biru indah menatap teduh kepada sang tuan putri yang menatapnya bingung. Mau tak mau ia kembali menyodorkan bunga itu kepada Aire lagi.

"Untuk anda tuan putri."

Dengan sedikit kikuk Aire menerima pemberian Sohan mesti terdapat gurat bingung di wajah nya. Ia tak lupa berterimakasih setelah di persilahkan duduk kembali di kursi yang semula ia tempati. Begitupun dengan Sohan yang ikut mendudukkan diri di samping Aire.

"Anda terlihat begitu tenang di sini. Maaf jika menganggu ketenangan Anda"

Sohan berinisiatif membuka obrolan agar suasana canggung tak menyelimuti mereka berdua.

"Tidak masalah pangeran."

"Ini sudah larut, mengapa Anda belum tidur?"

Berusaha memecahkan suasana yang begitu hening. Sohan terus berpikir keras untuk mencairkan suasana. Ia bukanlah tipe orang yang bisa mencari topik pembicaraan.

VESPERA: Siapa Iblisnya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang