11. Sang Penyihir Kembali

17 4 0
                                    

Happy Reading•••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading







❝ Era perubahan akan di mulai dengan merubah dirimu sendiri. ❞

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. Sang Penyihir Kembali

Deras nya air terjun, rumput yang bergoyang mengikuti angin. Serta burung burung berkicau merdu. Langit kebiruan dengan awan awan seputih susu yang menghiasi. Sejuknya udara di hutan belantara bagian terdalam.

CTAKK

Anak panah yang di lesatkan dengan jari menancap tepat di pohon pinus tak jauh dari tempat nya berdiri. Nampak si kembar menggemaskan kita sedang bersantai sembari menikmati kue kering yang mereka bawa dari tempat tinggal mereka.

"Belum ada informasi yang bagus Zaven?" Zion si manis kita sedang duduk di bawah pohon yang rindang. Ia menatap Zaven yang tengah berdiri seraya mengasah pedang nya.

"Belum ada. Tapi sepertinya kita akan mendapat tugas dari tuan." Jawab nya tanpa menatap kakak nya.

Zaven mecoba mengayunkan pedang yang sudah menemani nya tiga tahun terakhir selama menjadi bandit. Pedang itu hadiah dari seseorang yang sangat di hormati oleh nya. Seseorang yang di panggil 'tuan'.

"Tugas? Apakah sulit?" Zaven menggeleng menjawab pertanyaan Zion. Ia berjalan mendekati kakak nya, ikut memakan kue kering kacang kenari.

"Tuan jarang memberikan tugas yang sulit. Paling paling menjadi mata mata." Zion mengangguk dan mengupaskan sebuah apel untuk adik nya. Ia sungguh sangat telaten mengupaskan apel berwarna merah segar itu.

Saat netra nya menatap ke arah buah tersebut. Tak jarang pikirannya melayang entah kemana membayangkan bagaimana jadianya jika saat itu tidak ada wanita cantik yang membantu mereka.

Flashback on

Hujan turun begitu deras. Suara guntur saling bersahutan, dan kilat menyambar bak pecutan. Suhu malam hari yang begitu dingin dengan suara aneh yang terdengar dimana-mana. Dua bersaudara yang baru berusia delapan tahun itu berjalan dengan tubuh gemetar ketakutan dan kedinginan.

VESPERA: Siapa Iblisnya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang