13. Desa Putih

18 1 0
                                    

Happy Reading







Sang pemusnah iblis nyatanya adalah iblis itu sendiri. ❞

13.Desa Putih

Sekolah di liburkan satu minggu sejak festival Eirishine berakhir. Bisa mendapat waktu libur sepekan membuat Aire bersemangat mencari cari kegiatan agar tidak bosan di istananya.

Tanah total tertutup salju. Bunga bunga es bahkan membekukan pepohonan. Aire dengan sekeranjang roti hangat menaiki kereta kuda nya.

Hari ini, Serena mengajak nya untuk pesta minum teh. Entah ada apa tiba-tiba tuan putri galak itu mengajak nya minum teh. Berbeda sekali dengan gayanya yang biasanya.

"Ayo berangkat."

Roda berputar, suara langkah kaki kuda mulai terdengar.

Aire membuka jendela kereta kudanya melihat lihat suasana sekitar. Ia tersenyum manis kala beberapa rakyat yang berlalu lalang memberi nya salam.

Ia menatap bagaimana rakyat nya begitu bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga mereka. Hatinya menghangat melihat beberapa anak kecil yang masih aktif bermain di kala musim dingin seperti sekarang.

"Maaf menganggu tuan putri, tapi di belakang sepertinya ada pangeran Nero mengejar menggunakan kudanya."

Aire sontak melihat ke belakang melalui jendelanya. Terlihat Nero dengan pakaian rajut biru tua mengejarnya menggunakan kuda berwarna coklat.

"B-berhenti!!"

Kereta yang di tumpangi nya perlahan berhenti.

Aire turun dari kereta kudanya. Ia berkacak pinggang melihat Nero yang menjulang dengan kudanya di hadapan.

"Apa?!" ketus nya.

Sang adik tersenyum jahil kepadanya. Ia turun dan mendekat ke arah sang kakak.

"Aku ingin ikut... " ia menunduk seraya memainkan jemari nya. Jika seperti ini Aire bisa melihat adik yang memiliki tinggi nyaris sepantaran kakak sulungnya seolah kembali ke jati diri nya sebagai anak bungsu.

"Pesta minum teh itu untuk perempuan. Kau yakin?"

Nero mengangguk cepat menanggapi. Ia menatap sepatu kakak nya, "Aku diminta kak Hagen melindungi mu. Hanya dari kejauhan saja."

Aire menghela nafas pasrah dan menarik tangan adik nya. Ia berjalan cepat sambil memperhatikan jam kecil yang ia bawa.

Bungsu Eirian itu bersorak senang. Sejujurnya ia juga sedang ingin berjalan jalan ke luar istana. Hampir setiap hari Hagen mengurung nya di istana. Ia boleh keluar pun dengan embel-embel menjaga kakak perempuannya.

VESPERA: Siapa Iblisnya? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang